news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Warga Sigi di Pengungsian, Tak Lagi Beratap Langit

28 Oktober 2018 20:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tenda di posko Desa Jono Oge dan Desa Lolu di malam hari. (Foto: Efira Tamara/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Tenda di posko Desa Jono Oge dan Desa Lolu di malam hari. (Foto: Efira Tamara/kumparan)
ADVERTISEMENT
Satu per satu infrastruktur di Sulawesi Tengah mulai pulih usai diguncang gempa dan dihempas tsunami. Warga Sigi, misalnya, kini tak lagi mengungsi beratap langit karena kondisi pengungsian sudah jauh lebih baik.
ADVERTISEMENT
"Sangat berubah sekali. Tadinya beratapkan langit sekarang di tenda," kata seorang warga Desa Lolu Tengah, Sigi, Sulteng, Sandi (32), Minggu (28/10).
Dzikir bersama di posko Desa Jono Oge dan Desa Lolu, Palu. (Foto: Efira Tamara/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Dzikir bersama di posko Desa Jono Oge dan Desa Lolu, Palu. (Foto: Efira Tamara/kumparan)
Sandi secara khusus datang ke posko kesehatan yang dibangun Dompet Dhuafa di pengungsian Desa Jono Oge dan Desa Lolu, Sigi. Beberapa hari setelah bencana, Sandi merasakan kondisi di pengungsian sangat sulit.
Wajar saja, karena pasokan air, listrik, maupun bantuan logistik lainnya belum masuk ke Sigi. Terlebih, Sigi merupakan salah satu wilayah yang sulit ditembus oleh tim SAR.
Dzikir bersama di posko Desa Jono Oge dan Desa Lolu, Palu. (Foto: Efira Tamara/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Dzikir bersama di posko Desa Jono Oge dan Desa Lolu, Palu. (Foto: Efira Tamara/kumparan)
Saat itu, Sandi dan keluarga hanya tidur beralaskan rumput. Tubuhnya hanya dibalut kain yang diambil dari rumah yang hampir rata dengan tanah akibat runtuh diguncang gempa. Sandi bersama istri dan ketiga anaknya merasakan kesusahan selama 4 hari setelah bencana melanda.
ADVERTISEMENT
"Awal itu banyaknya hanya mie saja," tuturnya.
Tenda di posko Desa Jono Oge dan Desa Lolu, Palu. (Foto: Efira Tamara/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Tenda di posko Desa Jono Oge dan Desa Lolu, Palu. (Foto: Efira Tamara/kumparan)
Kondisi mulai berubah saat tim SAR dibantu relawan berhasil masuk ke Sigi. Pasokan makanan tersedia banyak, begitu juga dengan listrik yang sudah menyala di seluruh tenda pengungsian.
Ketersediaan air juga mulai mencukupi, terutama air minum. Beda dengan tiga sampai empat hari pertama yang sangat sulit akan air bersih. Tidak hanya itu, di pengungsian ini juga mulai dibangun rumah sementara (Runtara).
Akibat gempa bumi di Palu, sebanyak 2.086 orang meninggal dunia. Kerugian yang disebabkan dari bencana ini mencapai Rp 18,48 triliun.
"Dari Rp 18,48 trilliun dampak ekonomi akibat bencana tersebut, kerugian mencapai Rp 2,89 triliun sementara kerusakan mencapai Rp 15,58 triliun," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam siaran pers, Minggu (28/10).
ADVERTISEMENT