Waspadai 4 Pemicu Penyakit Mematikan Bagi Jemaah Haji Ini
ADVERTISEMENT
Puncak ibadah haji memang telah berlalu bagi jemaah asal Indonesia. Namun, jemaah yang kini berada di Madinah diminta tetap menjaga diri karena kerawanan kesehatan masih terjadi.
ADVERTISEMENT
Tim kesehatan haji Indonesia masih terus menggalakkan sosialisasi kepada jemaah haji di Madinah. Mereka yang masih kelelahan usai Armuzna (Arafah, Muzdalifah, Mina) diimbau untuk tidak memforsir ibadah di Madinah.
Edi Supriyatna, Kepala Seksi Pelayanan Kesehatan Haji Daerah Kerja Madinah, mengatakan pada Senin (26/8), angka kematian jemaah haji hingga saat ini mencapai 341 orang. Jumlah ini naik sekitar 15 persen dibanding periode yang sama tahun lalu, yaitu 292 orang.
Menurut Edi, ada tiga penyakit yang banyak menyebabkan kematian pada jemaah haji. Penyakit pertama yaitu serangan jantung, kedua masalah pernafasan, dan ketiga sirkulasi darah atau stroke. Ketiga penyakit ini dipicu oleh empat hal yang menurut Edi harus diwaspadai.
Pertama, adalah kekurangan air. Edi mengatakan, kekurangan air menyebabkan jemaah dehidrasi dan memicu berbagai penyakit, bahkan penyakit yang tidak pernah diderita sebelumnya. Apalagi, udara panas membuat jemaah semakin mudah kehilangan cairan.
ADVERTISEMENT
"Cuaca tinggi berpotensi menyebabkan dehidrasi karena kelembabannya rendah, hampir di bawah 50 persen, sehingga jika kurang air akan mencetus gangguan kesehatan," kata Edi dalam penyuluhan kesehatan kepada jemaah di sektor 1 pemondokan Madinah.
Kedua, adalah suhu tinggi. Cuaca panas dengan suhu lebih dari 43 derajat Celcius di Madinah atau Makkah memicu dehidrasi jika jemaah kurang minum air dan melindungi diri dengan payung. Hal ini berpotensi memantik penyakit bagi jemaah.
"Kekhasan di Madinah itu kalau batuk berarti dehidrasi, tenggorokan kering karena kurang minum. Kemudian badan menjadi panas. Kebanyakan kalau sudah dehidrasi akan mengalami disorientasi, tidak tahu waktu atau tempat. Jadi dehidrasi bisa mencetus demensia," kata Edi.
Ketiga adalah kelelahan. Prosesi haji adalah ibadah melibatkan kegiatan fisik yang melelahkan. Kelelahan akan semakin berdampak buruk terhadap jemaah lansia. Edi mengimbau jemaah untuk banyak beristirahat dan tidak memforsir ibadah, terutama usai Armuzna ketika tubuh jemaah masih lelah.
ADVERTISEMENT
"Jika dipaksakan terus ziarah, maka faktor risikonya tidak bisa dikendalikan, ini bisa menyebabkan serangan jantung," kata Edi.
Keempat adalah adaptasi. Proses penyesuaian tubuh dengan kondisi Saudi yang panas ekstrem dan kering tidak sama setiap jemaah. Proses adaptasi ini kadang memberatkan tubuh sehingga memicu penyakit.
"Empat hal ini sebenarnya ringan, tapi bisa menyebabkan seseorang mengalami gangguan kesehatan, bahkan kematian. Kematian seperti ini disebut fatigue death," kata Edi.
Edi mengatakan jemaah bisa mengurangi risiko gangguan kesehatan jika bisa mengatasi keempat faktor pencetus penyakit tersebut. Di antaranya adalah banyak minum, memakai payung, atau masker, dan tidak terlalu memaksakan diri dalam beribadah.