Kawasan Taman Nasional Tanjung Puting yang terdampak Karhutla

Wiranto: Karhutla Tak Separah yang Diberitakan

18 September 2019 18:30 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kawasan Taman Nasional Tanjung Puting yang terdampak Karhutla Foto: Dok. Balai TN Tanjung Puting
zoom-in-whitePerbesar
Kawasan Taman Nasional Tanjung Puting yang terdampak Karhutla Foto: Dok. Balai TN Tanjung Puting
ADVERTISEMENT
Kebakaran hutan dan Lahan (Karhutla) terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia. Karhutla disebut berdampak terhadap kualitas udara di kawasan sekitar lahan terbakar, utamanya di Sumatera dan Kalimantan.
ADVERTISEMENT
Namun begitu pemerintah berdalih, kondisi yang tengah terjadi tidaklah seburuk sebagaimana diberitakan banyak media massa akhir-akhir ini. Hal ini dinyatakan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Polhukam), Jenderal (purn) Wiranto.
“Kemarin ketika saya mengunjungi bersama Presiden, antara realitas yang dikabarkan dengan realitas yang ada itu, sangat berbeda. Dan ternyata kemarin waktu kita di Riau, itu tidak separah yang diberitakan,” ungkap Wiranto di Gedung Kemenko Polhukam, Jakarta, Rabu (18/9).
Pengendara kendaraan bermotor melintas di jalan Soekarno Hatta ketika kabut asap pekat dampak karhutla menyelimuti Kota Pekanbaru, Riau, Selasa (17/9/2019). Foto: ANTARA FOTO/Rony Muharrman
Wiranto mengakui Riau memang terpapar asap. Namun hal itu belum membunuh aktivitas sehari-hari masyarakat. Bahkan katanya, langit Riau masih terbilang bagus dan masih banyak masyarakat yang beraktivitas tanpa menggunakan masker.
“Jarak pandang masih bisa, pesawat mendarat masih bisa, masyarakat juga belum banyak yang pakai masker dan sebagainya. Kita pun juga tidak pakai masker. Karena pada saat siang sangat jelas awan-awan terlihat dan Mudah-mudahan kondisi semakin baik,” ujarnya.
Suasana kebakaran hutan di Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Foto: Reuters/Willy Kurniawan
Terlepas masyarakat pakai masker atau tidak, Wiranto menyebut pemerintah serius menangani karhutla di Riau dan daerah-daerah lainnya. Ia menyebut, musim kering yang panjang merupakan kendala dalam penanganan karhutla kali ini, sehingga, upaya pemadaman api amat terbatas, bahkan sulit.
ADVERTISEMENT
Ia mencontohkan, upaya pemadaman melalui hujan buatan. Menurutnya, hal itu belum bisa terlaksana secara optimal, sebab kondisi awan juga tidak memadai untuk membentuk hujan.
Sejumlah orang utan Kalimantan terlihat di Pulau Salat di tengah kabut asap yang menyelimuti di Marang, Palangka Raya, Kalimantan. Foto: Getty Images/Ulet Ifansasti
Cara yang paling efektif saat ini, kata Wiranto, adalah penyiraman secara manual di titik-titik yang terbakar. Upaya ini pun masih terkendala akses yang terbilang sulit bagi petugas pemadam.
“Berarti butuh pesawat terbang, helikopter. Kalau dulu cuma 32, sekarang sudah 52 helikopter, kita lebihkan, mahal. Sebenarnya bom air paling mahal, sekali terbang sudah berapa dolar. Nah ini sudah sampai 71 ribu kali terbang. Air yang ditumpahkan sudah sampai 201 ton air,” ucapnya.
Sejumlah kapal terparkir di pelabuhan rakyat sungai Siak ketika kabut asap pekat dampak dari kebakaran hutan dan lahan menyelimuti Kota Pekanbaru, Riau, Jumat (13/9/2019). Foto: ANTARA FOTO/Rony Muharrman
“Nah masih terbakar kenapa? Karena pada saat musim hujan belum datang, lahan yang terbakar itu bukan hanya ladang-ladang kering tapi ladang gambut. Lahan gambut itu lahan yang mudah terbakar dan kalau sudah terbakar sulit untuk dipadamkan,” imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Wiranto melanjutkan, pemerintah saat ini sudah mengambil kesimpulan bahwa upaya penanganan karhutla paling efektif ada pada sisi pencegahan. Dalam hal ini pemerintah pusat mendesak agar pemerintah daerah bekerja keras dalam upaya pencegahan karhutla.
Presiden Joko Widodo (kanan) didampingi Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian meninjau penanganan kebakaran lahan di Desa Merbau, Kecamatan Bunut, Pelalawan, Riau, Selasa (17/9/2019). Foto: ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari
“Maka kita utamanya sekarang pencegahan. Pencegahan ini yang bertanggung jawab para pemerintahan daerah. Infrastruktur di daerah. Dari provinsi, kabupaten, kota, kecamatan, desa, kalau ada titik-titik api langsung dipadamkan. Jangan sudah sudah membesar baru lapor ke atas,” katanya.
“Makanya kemarin Presiden tekankan, pencegahan, pencegahan, pencegahan pada saat awal api itu ada,” pungkas Wiranto.
Data yang dihimpun, saat ini luasan lahan terbakar di sejumlah wilayah Indonesia mencapai 2. 7777, 85 hektare. 218 orang telah dijadikan tersangka oleh polisi atas karhutla di Sumatera dan Kalimantan.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten