Wisatawan Keluhkan Pungli di Lereng Gunung Merapi

11 Juni 2019 19:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana di lereng Gunung Merapi, Rabu (20/2). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana di lereng Gunung Merapi, Rabu (20/2). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
ADVERTISEMENT
Lereng Gunung Merapi di Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta, masih menjadi favorit wisatawan selama libur lebaran. Namun sayang, pamor wisata di lereng Merapi harus tercoreng dengan adanya praktik pungli.
ADVERTISEMENT
Salah seorang wisatawan bahkan mengeluhkan adanya pungli dengan kedok Solidaritas Taxi Motor Jelajah.
“Okelah, yang tiket bawah tidak begitu bermasalah, resmi dari Dinas Pariwisata Sleman. Yang atas 'Solidaritas Taxi Motor Jelajah' berkedok pemandu,” tulis salah seorang wisatawan yang diunggah salah satu akun Instagram.
Dalam foto yang dibagikan tersebut karcis tertulis Jasa Pandu dan Rental Motor. Lokasi tujuan pun bervariatif, seperti petilasan rumah Mbah Marijan hingga bunker di Kaliadem. Tarifnya pun mulai Rp 30.000 hingga Rp 150.000.
Suasana di lereng Gunung Merapi, Rabu (20/2). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Menanggapi itu, Ketua Asosiasi Jip Wisata Lereng Merapi (AJWLM) Wilayah Barat Dardiri, membenarkan adanya pungli. Dardiri mengatakan pungli marak terjadi di gerbang retribusi barat menuju petilasan Mbah Marijan.
Oknum tersebut memaksa wisatawan untuk naik menggunakan jasanya.
ADVERTISEMENT
“Kendaraannya motor biasa, seperti memaksa harus naik, enggak bisa (kendaraan pribadi naik ke atas) yang jelas menakutkan. Di gerbang retribusi barat yang mau menuju petilasan,” kata Dardiri di Kompleks Pemkab Sleman, Selasa (11/6).
Dardiri menjelaskan pungli tersebut dilakukan oleh salah satu orang. Masalah ini sudah dibahas di tingkat desa namun orang tersebut memang susah diatur.
“Memang orangnya (oknum) agak susah. Tapi kebetulan wisatawannya pintar, pas seperti itu, akhirnya di media sosial itu (diunggah). Kita sudah klarifikasi semuanya tapi, ya. Oknumnya memang agak susah. Tidak semuanya (semua orang) hanya satu orang itu,” ujarnya.
Dari penelusurannya, oknum tersebut hanya beroperasi di hari-hari besar dan libur panjang. Oknum tersebut juga memilih momen yang tepat seperti pagi hari. Sehingga pemangku wisata di lokasi tersebut tidak bisa memantau.
ADVERTISEMENT
Dardiri menyesalkan kejadian tersebut. Karena menurut dia, pungli bisa menurunkan daya tarik wisata di lereng Merapi. Jika menemukan hal serupa, wisatawan dipersilakan melapor ke pemangku wisata di sekitar.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata (Dinpar) Kabupaten Sleman, Sudarningsih, mengatakan telah melakukan koordinasi dengan Kepala Desa Umbulharjo.
Dari hasil koordinasi itu, ditemukan adanya peraturan desa setempat yang mengatur pembatasan jumlah kendaraaan wisatawan jika hendak naik ke dan menyusuri lereng Merapi.
Wisatawan, disarankan naik kendaraan yang telah disediakan warga setempat. Peraturan desa itu sifatnya tidak memaksa.
“Tetapi setelah kita klarifikasi dengan perangkat desa mereka menyampaikan cuma mau membatasi kendaraan yang naik. Satu, karena kapasitas parkirnya terbatas. Yang kedua, itu untuk menambah perekonomian masyarakat alasan mereka seperti itu,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Saat ditanya apa yang dilakukan oknum tersebut merupakan pungli atau tidak, Sudarningsih mengatakan masih akan mengecek besaran tarif apakah sesuai dengan peraturan desa atau tidak.
Perdesnya kita mau cek apa untuk besarannya sudah sesuai atau belum. Kalau sudah ada hukumnya mestinya bukan pungli kalau itu ada dasar hukum seperti itu,” ujarnya.