WNI di Abu Dhabi Salat Id di Tengah Suhu Panas 40 Derajat Celcius

16 Juni 2018 9:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sholat Idul Fitri di Abu Dhabi (Foto: Dok. KBRI Abu Dhabi)
zoom-in-whitePerbesar
Sholat Idul Fitri di Abu Dhabi (Foto: Dok. KBRI Abu Dhabi)
ADVERTISEMENT
Jauh dari Tanah Air, Warga Negara Indonesia yang berada di Uni Emirat Arab tetap bisa merasakan suasana Idul Fitri ala Indonesia. Lengkap dengan sajian opor ayam, ketupat, sambal ati, dan lontong sayur.
ADVERTISEMENT
Seperti tahun-tahun sebelumnya, pada 2018 ini, KBRI Abu Dhabi menggelar Salat Id, di Wisma Duta pada Jumat (15/6) lalu. Ada yang sedikit berbeda pada pelaksanaan Salat Id tahun ini.
Sholat Idul Fitri di Abu Dhabi (Foto: Dok. KBRI Abu Dhabi)
zoom-in-whitePerbesar
Sholat Idul Fitri di Abu Dhabi (Foto: Dok. KBRI Abu Dhabi)
Warga dihadapkan pada cuaca ekstrem, panas di negara ini mencapai 40 derajat celcius. Karena hal tersebut, pelaksanaan Salat Id dilakukan di dalam tenda yang sudah didirikan dan dipasangi penyejuk ruangan.
Meski panas terik, ada 800 WNI yang ikut salat berjamaah di KBRI Abu Dhabi. Mereka tidak cuma datang dari kota itu, namun juga datang beberapa kota seperti Ruwais, Madinah Zayed, dan Al Ain.
Ratusan WNI tersebut pun salat berjamaah bersama Dubes RI untuk UEA, Husin Bagis. Dalam sambutannya Husin meminta para WNI untuk membantu mempromosikan produk-produk unggulan Indonesia kepada publik negara itu.
Idul Fitri di Abu Dhabi (Foto: Dok. KBRI Abu Dhabi)
zoom-in-whitePerbesar
Idul Fitri di Abu Dhabi (Foto: Dok. KBRI Abu Dhabi)
Salat Id para WNI di UEA diimami oleh Muhammad Saharuddin, Imam Indonesia yang bertugas di Ruwais. Sedangkan yang menjadi khatib adalah Syahroni Madani Siban, Da’i dari PKPU Human Initiative Jakarta.
ADVERTISEMENT
Dalam khotbahnya, Syahroni menekankan urgensi menjaga stabilitas dalam berbangsa dan bernegara. Ia menyampaikan tiga prioritas pekerjaan besar Nabi Muhammad SAW ketika berhijrah dan tiba di Madinah, yaitu mendirikan masjid sebagai pusat berkumpul kaum muslimin, mempersaudarakan dan menyatukan para pendatang (kaum Muhajirin) dan penduduk asli (Anshor), serta membuat perjanjian perdamaian dengan semua kelompok di Madinah, tanpa memandang agama dan sukunya.
“Tiga prioritas Nabi tersebut menunjukkan pentingnya stabilitas untuk dibangun,” jelas khatib tersebut seperti dikutip dari keterangan pers KBRI Abu Dhabi, Sabtu (16/6).
Usai Salat Id, para WNI menyantap hidangan yang sudah disediakan serta melakukan silaturahmi satu sama lain.