Yang Diketahui Sejauh Ini soal Perang Sadis Antarsuku di Papua Nugini

11 Juli 2019 14:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi perang suku. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perang suku. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Setidaknya 24 orang, termasuk diantaranya wanita dan anak-anak, tewas dalam perang antar suku di Papua Nugini.
ADVERTISEMENT
Pertempuran yang berlangsung selama tiga hari itu terjadi di Desa Karida, provinsi Hela Tengah. Desa Karida adalah dataran tinggi yang letaknya cukup terpencil dan berbahaya.
Papua Nugini. Foto: Shutterstock
Perang antar suku di Papua Nugini sejatinya bukan menjadi hal yang baru. Perselisihan karena perbedaan identitas sudah terjadi sejak berabad-abad lalu.
Lalu, sebetulnya apa yang menyebabkan pembantaian terakhir terjadi?
Berikut kronologi dan sejumlah fakta terkait pembantaian 24 orang di Papua Nugini.
Apa yang terjadi?
Menurut saksi mata dan media setempat, awal mula pertempuran disebabkan ketika 6 orang kembali dalam keadaan tewas dari sebuah upacara. Mereka diduga dibunuh pada 6 Juli lalu.
Sehari setelahnya, terdapat seseorang bersenjata memasuki desa Karida, Provinsi Hela Tengah. Ia menembak mati 18 orang.
ADVERTISEMENT
Dilansir dari AFP, Rabu (10/7) mereka yang tewas adalah 6 wanita, 2 wanita hamil dan 8 anak-anak.
Foto-foto korban yang beredar di media sosial menunjukkan mayat-mayat mereka dibungkus menggunakan kelambu. Anak-anak kecil yang menjadi korban, terlihat luka parah di bagian kepala.
Masyarakat di Papua Nugini. Foto: Milton Kwaipo/Caritas Australia via Reuters
Siapa pelakunya?
Hingga saat ini pihak kepolisian setempat masih melakukan penyelidikan.
Namun, Perdana Menteri Papua Nugini James Marape, menyalahkan panglima perang yang melawan suku Tagali yakni Haguai, Liwi, dan OKiru.
Warga setempat mengatakan siapapun bisa jadi pelakunya. Sebab, semakin banyak orang luar yang terlibat kekerasan di wilayah itu, termasuk tentara bayaran keliling dan pedagang senjata yang bersedia bekerja dengan bayaran uang tunai, babi, atau wanita.
Mengapa mereka berkelahi?
ADVERTISEMENT
Sama seperti Indonesia, Papua Nugini adalah negara dengan beraneka ragam suku. Di Papua Nugini ada lebih dari 800 bahasa adat.
Populasi di wilayah itu sendiri telah meningkat lebih dari dua kali lipat dalam setengah abad terakhir. Peningkatan jumlah populasi beriringan dengan persaingan untuk tanah dan sumber daya yang semakin intensif.
Kekerasan terakhir, dikaitkan --namun masih dalam penyelidikan-- dengan perebutan wilayah di sekitar Gunung Kare. Wilayah itu diyakini memiliki simpanan emas bermutu tinggi.
Warga Papua Nugini Belanja Lintas Perbatasan Foto: ANTARA/Agung Rajasa
Apakah kekerasan ini normal?
Perkelahian antar suku di Papua Nugini sudah lama terjadi, bahkan sebelum orang Barat pertama kali mengunjungi wilayah itu pada tahun 1930-an.
Dulu, pertempuran antarsuku menggunakan alat-alat berupa tombak, panah, dan kapak.
Sekarang, mereka tidak lagi menggunakan alat-alat itu lagi. Gelombang senjata, mulai dari senapan M16 Amerika, AR-15, dan Belgia FN, kini telah menggantikan posisi tombak dan kapak.
Warga Papua Nugini Belanja Lintas Perbatasan Foto: ANTARA/Agung Rajasa
Masuknya persenjataan otomatis telah membuat level bahaya bentrokan antar suku menjadi lebih mematikan.
ADVERTISEMENT
Inteligen Militer Papua Nugini mengatakan senjata-senjata itu mungkin berasal dari Pulau Bouganville --tempat perang saudara yang terjadi hingga 1998-- atau perbatasan Indonesia.
Papua Nugini memiliki tingkat kejahatan yang tinggi, tetapi masyarakatnya tidak percaya dengan polisi setempat.
Bagaimana respon pemerintah?
Kejadian ini jelas membuat Perdana Menteri Papua Nugini James Marape geram. Ia yang berasal dari daerah tersebut, menyatakan insiden ini termasuk salah satu hari menyedihkan dalam hidupnya.
“Hari ini adalah salah satu hari paling menyedihkan dalam hidup saya,” kata Marape.
Ia bersumpah untuk menghukum mereka yang terlibat dalam pertempuran antarsuku itu. Pelaku aksi bahkan siap dijatuhi hukuman mati.
“Penjahat-penjahat bersenjata, waktu anda sudah habis,” kata Marape.
“Belajarlah dari apa yang akan saya lakukan untuk para penjahat yang membunuh orang yang tidak bersalah, aku tidak takut untuk menggunakan tindakan terkuat dalam hukuman untukmu,” ujarnya lagi.
ADVERTISEMENT