news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Yenny Wahid Tak Masalah Capres ke Pesantren: Asal Kampanye Tak Vulgar

14 Oktober 2018 11:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Yenny Wahid di Diskusi Publik Wahid Foundation. (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Yenny Wahid di Diskusi Publik Wahid Foundation. (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
ADVERTISEMENT
Kunjungan capres dan cawapres ke sejumlah pesantren menjadi perdebatan. Namun, Putri Presiden RI ke-4, Yenny Wahid menilai, capres-cawapres tak masalah bila berkunjung dan meminta dukungan dari kalangan pesantren. Asalkan tak terang-terangan minta dipilih.
ADVERTISEMENT
“Kenapa diperdebatkan? Kandidat boleh berkunjung ke pesantren atau lembaga pendidikan ya tidak masalah karena itu adalah mekanisme menyerap aspirasi dari warga pesantren sendiri yang kemudian harus diperjuangkan oleh, kalau kami paslon nomor 01 dalam pemerintahannya nanti,” kata Yenny di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Minggu, (14/10).
Prabowo Subianto di Pondok Pesantren Minhajurrosyidin, Pondok Gede, Jakarta Timur, Kamis (11/10/2018). (Foto: Rafyq Panjaitan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Prabowo Subianto di Pondok Pesantren Minhajurrosyidin, Pondok Gede, Jakarta Timur, Kamis (11/10/2018). (Foto: Rafyq Panjaitan/kumparan)
Yenny menilai, setiap capres cawapres masih boleh bersilaturrahmi ke pesantren-pesantren di Indonesia. Dengan catatan tidak secara vulgar berkampanye atau malah langsung meminta dipilih.
“Tetapi mungkin kita kampanye tidak usah terlalu vulgar, kita kampanye yang halus-halus saja, tidak usah sebut coblos nomor sekian, nomor sekian, kan enggak usah. Jadi kita berkunjung, silaturahmi menyerap aspirasi,” tambahnya.
Jokowi mengunjungi Pondok Pesantren Progresif Bumi Shalawat, Sidoarjo. (Foto: Dok. Biro Pers Setpres)
zoom-in-whitePerbesar
Jokowi mengunjungi Pondok Pesantren Progresif Bumi Shalawat, Sidoarjo. (Foto: Dok. Biro Pers Setpres)
Bagi Yenny, kedatangan capres cawapres ke pesantren tak lain untuk meminta dukungan. Sehingga tidak perlu lagi kampanye terbuka untuk meminta dipilih pada pemilu nanti.
ADVERTISEMENT
“Enggak apa-apa (minta dukungan) asal jangan vulgar ngomongnya, kita semua tidak boleh vulgar, itu saran saya. Kalau masuk lembaga-lembaga pendidikan jangan berkampanye langsung, tidak boleh vulgar, kan sudah tahu sama tahu ketika berkunjung ke sana pun sebetulnya penyerapan aspirasi dan penyerapan dukungan,” tutur Yenny.