news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Yusril: Koalisi Prabowo Tak Jelas, Ketua Koalisi Mau Enaknya Sendiri

8 November 2018 13:43 WIB
Yusril Ihza Mahendra (Foto: Facebook Yusril Ihza Mahendra)
zoom-in-whitePerbesar
Yusril Ihza Mahendra (Foto: Facebook Yusril Ihza Mahendra)
ADVERTISEMENT
Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra kembali menyoroti koalisi Prabowo-Sandi. Ia menjelaskan, memilih tak bergabung dengan koalisi Prabowo-Sandi karena formasi koalisi yang tidak jelas.
ADVERTISEMENT
Menurut dia, harusnya, koalisi Prabowo-Sandi tak hanya memikirkan kemenangan di Pilpres 2019 tapi juga Pileg 2019. Yusril mencontohkan seperti pemilu di Malaysia bahwa di dalam suatu dapil tidak terjadi persaingan yang sengit antar sesama partai koalisi.
“Partai-partai hanya diajak koalisi mendukung paslon Prabowo-Sandi tanpa format yang jelas, sementara pada detik yang sama rakyat memilih presiden dan wapres serta memilih caleg pada semua tingkatan. Maka pembagian 'peta dapil' menjadi sangat penting," kata Yusril dalam keterangan tertulisnya, Kamis (8/11).
Yusril mencontohkan, seperti di Pemilu di Malaysia. Di suatu dapil di Malaysia tidak akan terjadi tabrakan antara sesama partai koalisi, katakanlah UMNO atau Pakatan Harapan, karena kesepakatan telah dibangun lebih dahulu.
ADVERTISEMENT
Namun, hal itu berbeda pada pemilu serentak di Indonesia, seluruh partai koalisi diminta untuk all out mengkampanyekan Prabowo-Sandi. Akan tetapi, di pileg dalam satu dapil sesama caleg parpol koalisi saling bertempur untuk memperoleh kemenangan bagi partainya.
Inilah yang membuatnya urung bergabung dengan koalisi untuk memenangkan Prabowo.
“Nanti yang akan terjadi adalah Prabowo-Sandi menang pilpres, tetapi dalam Pileg yang sangat diuntungkan adalah Gerindra, yang kemungkinan akan menjadi partai nomor 1 atau nomor 2. Partai-partai anggota koalisi yang lain bisa babak belur. Ini saya saya katakan dalam Pileg di Dapil, PBB bisa 'digergaji' sama Gerindra,” tutur dia.
Paslon Capres - Cawapres Nomor 2, Prabowo dan Sandiaga Tiba di Monas (Foto: Yudhistira Amran Saleh/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Paslon Capres - Cawapres Nomor 2, Prabowo dan Sandiaga Tiba di Monas (Foto: Yudhistira Amran Saleh/kumparan)
Ia sebenarnya sudah pernah mengusulkan kepada Sandiaga Uno agar Prabowo duduk bersama para anggota koalisi untuk membahas masalah ini. Sehingga, partai pendukung Prabowo-Sandi dapat solid dan kepentingan masing-masing terakomodasi.
ADVERTISEMENT
Namun, saran ini sepertinya tak didengarkan Prabowo. Sebab, sejak Yusril menyampaikan saran tersebut, hingga saat ini, tak ada jawaban dari Prabowo.
“Namun kalau ketua koalisi tidak pernah mau membahas masalah ini, saya menganggap ketua koalisi hanya mau enaknya sendiri, tanpa perduli dengan nasib peserta koalisi lainnya. Saran ini sudah saya sampaikan ke Pak Prabowo melalui Pak Sandi, tapi sampai hari ini tidak pernah ditanggapi,” ungkap Yusril.
Acara Ijtima Ulama dan Tokoh Nasional di Jakarta, Jumat (27/7). (Foto: Antara/Rivan Awal Lingga)
zoom-in-whitePerbesar
Acara Ijtima Ulama dan Tokoh Nasional di Jakarta, Jumat (27/7). (Foto: Antara/Rivan Awal Lingga)
Yusril juga tak tinggal diam dalam mencari solusi terhadap kebekuan di koalisi Prabowo-Sandi. Ia pernah mengutus Ketua Dewan Syuro PBB MS Kaban dan Sekjen PBB Ferry Noor untuk bertemu dengan Habib Rizieq Syihab guna membahas masalah ini. Hasilnya, sejumlah tokoh dan ulama merumuskan 'draf aliansi' di rumah KH. A. Rasyid Abdullah Syafii.
ADVERTISEMENT
“Draf itu dilaporkan ke HRS oleh Munarman dan dikirimkan tanggal 13 Oktober 2018 ke Pak Prabowo untuk direspons. Hingga kini tidak ada respons apa pun dari beliau,” kata dia.
Yusril mengaku sengaja mengungkapkan hal ini kepada publik agar tahu bahwa format koalisi yang dibawahi Partai Gerindra itu tidak jelas.