Zulkifli soal Diprotes karena LGBT: Harus Berani Sampaikan Kebenaran

21 Januari 2018 17:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan.  (Foto: Dok. DPP PAN)
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan. (Foto: Dok. DPP PAN)
ADVERTISEMENT
Ketua MPR yang sekaligus juga Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan mengaku dalam dua hari terakhir ini banyak diprotes karena mengangkat isu-isu tentang minuman beralkohol, dan komunitas Lesbian, Gay, Bisex, Transgender (LGBT).
ADVERTISEMENT
Zulkifli mengatakan bahwa ia sengaja mengangkat isu-isu tersebut ke publik agar masyarakat lebih peka dengan kondisi sosial yang dapat merusak generasi muda itu.
"Hari-hari ini, saya banyak diprotes mengangkat LGBT dan miras. Saya diberi judul proxy war," kata Zulkifli mengisi acara di Pondok Pesantren Daarul El-Qolam di Tangerang, Banten, Minggu (21/1).
"Ada 40-50 orang mati karena miras, narkoba, kecanduan pornografi, kekerasan seksual, semuanya merusak generasi muda dan mengancam ketahanan masyarakat. Kalau kita tidak lawan itu bahaya sekali. Ini lagi ramai makanya saya bilang saya tolak keras itu," lanjut Zulkifli.
Maka dari itu, Zulkifli mengajak kepada semua elemen tokoh masyarakat menolak perilaku sosial yang menyimpang.
"Tokoh-tokoh harus berani menyampaikan kebenaran, kewajaran dan kewarasan. Karena diatur dalam pancasila sila pertama, Ketuhanan yang Maha Esa. Negara kita adalah negara republik yang bertuhan," kata Zulkifli.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu pula, Zulkifli pun mengajak para tokoh yang hadir dalam acara tersebut untuk ikut menolak paham-paham yang tidak sesuai dengan Pancasila. "Seperti paham anti Tuhan harus kita tolak, menolak komunis. Makanya itu semua tidak ada tempat, karena jelas ada di sila pertama. Kecuali Pancasila diganti," terang Zulkifli.
Warna pelangi, lambang LGBT. (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Warna pelangi, lambang LGBT. (Foto: Wikimedia Commons)
Ia pun sangat heran setelah 20 tahun reformasi, kondisi sosial masyarakat saat ini bisa menerima paham-paham yang tidak sesuai dengan Pancasila.
"Inilah gambaran kita setelah 20 tahun reformasi. Apa yang kita sebut demokrasi Pancasila. Yang harusnya menghasilkan kesetaraan, tapi menghasilkan kesenjangan," tutup Zulkifli