Agar Motor Listrik Nasional GESITS Jadi Tuan Rumah di Negeri Sendiri

18 Agustus 2017 20:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Motor listrik Gesits (Foto: Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Motor listrik Gesits (Foto: Istimewa)
ADVERTISEMENT
Motor listrik nasional GESITS dipastikan akan diproduksi secara massal mulai tahun depan. Produksi masal ini terealisasi berkat kerja sama Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), PT GESITS Technologies Indo (GTI), dan PT WIKA Industri dan Konstruksi.
ADVERTISEMENT
Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Mohamad Nasir, meminta kolaborasi antar kementerian untuk mendukung produk inovasi hasil karya anak bangsa. Menurut dia, perlu inovasi regulasi untuk mendukung motor listrik nasional bisa menjadi tuan rumah di Indonesia.
“Berbicara tentang hal ini adalah pendekatan yang harus dilakukan pada produk inovasi berarti regulasi enggak membelenggu inovasi-inovasi yang ada. Regulasi harus menyesuakain perkembangan atau pertumbuhan suatu inovasi,” kata Nasir di kawasan industri Wijaya Karya (WIKA) di Cileungsi, Bogor, Jumat (18/7).
Dia mencontohkan bagaimana riset yang dilakukan peneliti pertanggungjawabannya adalah laporan pertanggung jawaban (LPJ) terkait aktivitas seperti biaya perjalanan dinas dan akomodasi.
“Akibatnya para peneliti tak bisa berinovasi karena sulit melakukan LPJ. Saya mengatakan di sini, ternyata melakukan riset lebih mudah daripada laporan keuangan. Tapi kondisi ini sudah langgeng di negeri kita,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Dia menilai hal-hal tersebut perlu dirombak agar kemampuan daya saing periset Indonesia baik. Sebab, kata dia, pertanggungjawaban peneliti itu adalah pada hasil atau output.
Tak cuma soal regulasi, dari sisi produk pun harus didukung semua pihak. Keberpihakan pemerintah pada produk inovasi yang dihasilkan melalui tangan anak bangsa sangat penting.
“Saya mohon sama (Kementerian) Perhubungan dan Perindustrian jangan produk kita sudah bagus tapi mengatakan yang luar negeri lebih baik. Saya rasa tidak begitu ya, agar kita kompetitif di dunia (harus) mengakui produk dalam negeri,” katanya.
Dalam kasus itu, Nasir mengambil contoh dari India. Mereka memprioritaskan inovasi dalam negeri dan didukung dengan regulasi sehingga produk dalam negeri bisa berkembang dengan baik, hingga kemudian bisa berkembang dan kompetisi.
ADVERTISEMENT
“Akhirnya keberpihakan akan sangat penting, walaupun kita ada kesepakatan dunia AFTA, NAFTA dan sebagainya,” ujarnya.