Berkendara Jauh saat Mudik, Idealnya Istirahat 2 Jam Sekali

2 Juni 2018 8:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ilustrasi rest area (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi rest area (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Menempuh perjalanan jauh yang aman, nyaman, dan menyenangkan tentu membutuhkan kondisi badan yang sehat dan bugar. Mempertahankan kondisi tubuh tetap fit, sebelum maupun selama melakukan perjalanan adalah hal yang penting.
ADVERTISEMENT
Dengan kata lain, istirahat menjadi kata kunci untuk mempertahankan kondisi tubuh tetap prima khususnya bagi pengemudinya. Selain itu, hendaknya pengemudi tidak memaksakan diri apabila sudah terlalu lama mengemudi atau lelah demi mencapai tempat tujuan lebih cepat.
Lamanya waktu mengemudi kendaraan bermotor sudah diatur dalam undang-undang (UU) Nomor 22 Tahun 2009 Pasal 90 ayat 2,3, dan 4 mengenai lalu lintas dan angkutan jalan. Aturan tersebut mengatur batas waktu mengemudi maksimal 8 jam dalam sehari. Lalu setiap 4 jam perjalanan, pengemudi harus beristirahat paling sedikit 30 menit sebelum melanjutkan perjalanan kembali.
Adapun apabila perjalanan mencapai 12 jam, istirahat yang dibutuhkan setidaknya mencapai paling sebentar 1 jam berturut-turut setiap 4 jam perjalanan.
Namun waktu 4 jam tersebut dapat dipangkas jedanya menjadi 2 jam sekali untuk beristirahat. Menurut pendiri Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu, idealnya dalam menempuh perjalanan jauh seperti mudik setiap 2 jam sekali harus beristirahat. Karena saat mudik, ada banyak variabel yang mendukung pengemudi lebih cepat lelah karena kondisi lalu lintas yang padat, maupun cuaca yang dapat memengaruhi fisik dan mental para pengemudi.
ADVERTISEMENT
“Istirahat maksimal setiap 2 jam sekali itu 15-30 menit, bisa berhenti gunakan rest area atau posko mudik sehingga istirahat yang berkualitas dapat dimaksimalkan. Itu akan me-reboost dan me-recovery stamina yang sudah drop,” ucap Jusri saat dihubungi kumparanOTO.
Posko Mudik (Foto: Dok. TAM)
zoom-in-whitePerbesar
Posko Mudik (Foto: Dok. TAM)
Terlebih dalam keadaan berpuasa. Jeda istirahat bahkan bisa ditambah apabila pengemudi merasa tidak kuat atau mulai lelah.
“Dalam kondisi normal itu 2 jam sekali. Kalau puasa kan berbeda dari kondisi normal, maka bisa kurangi dari situ acuan waktu istirahatnya, ambil waktu 1,5 jam sekali kemudian berhenti untuk istirahat,” tambahnya.
Selain itu Jusri juga menambahkan sebisa mungkin untuk memulai perjalanan pada pagi hari menjelang sang fajar menampakkan diri. Hal ini menyangkut jam biologis tubuh saat dalam kondisi puncak.
ADVERTISEMENT
“Paling ideal setelah subuh. Setelah subuh siklus jam biologis tubuh itu sedang puncak-puncaknya, sedang fresh. Setelahnya setiap 2 jam berhenti, menjelang jam 10 itu biasanya kondisi fisik mulai menurun, turun terus hingga jam 3, baik kondisi normal maupun saat berpuasa, setelah jam itu mulai segar lagi,” tuturnya.
(Tips lain selama berkendara secara umum maupun saat mudik bisa kamu baca di topik 'Keselamatan Berkendara')
Rest area baru di Tol Surabaya (Foto: Dok. Jasa Marga)
zoom-in-whitePerbesar
Rest area baru di Tol Surabaya (Foto: Dok. Jasa Marga)
Setelah berbuka puasa atau menjelang petang, Jusri juga menganjurkan untuk tidak melanjutkan perjalanan, yang berarti dapat melanjutkannya esok hari. Dia menjelaskan hal ini tidak bisa dilepaskan dari cara kerja tubuh yang berubah setelah berbuka puasa.
“Sebaiknya setelah berbuka puasa perjalanan tidak dilanjutkan. Karena selama berpuasa tubuh tidak bekerja mengolah makanan. Setelah makan, tubuh akan bekerja mengolah makanan dan ini akan menjadikan pengemudi cepat lelah karena kondisi tersebut, sehingga membuat cepat mengantuk. Alasan safety juga berpengaruh karena malam hari visibilitasnya tidak sebaik saat siang hari,” tutup Jusri.
ADVERTISEMENT
(Untuk para pemudik dengan sepeda motor, jangan lupa periksa kondisi kendaraaan sebelum perjalanan ke kampung halaman. Apa saja komponen yang perlu mendapat perhatian? Cek di sini.)