Catat, Yang Benar Itu Cairan Bukan Minyak Rem

31 Juli 2019 12:33 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi cairan rem kendaraan Foto: dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi cairan rem kendaraan Foto: dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Penyebutan minyak rem ternyata kurang tepat. Sebab, cairan rem pada kendaraan baik mobil atau sepeda motor bukanlah dibuat dari senyawa minyak, tapi bahan yang bisa menyerap molekul air atau disebut higroskopi.
ADVERTISEMENT
Penggunaan senyawa higroskopi pada cairan rem dinilai lebih tepat untuk negara dengan iklim tropis seperti Indonesia yang punya tingkat kelembapan tinggi 60-80 persen.
Artinya, sebagaimana dijelaskan Chief Mechanic Racing PT Autochem Industry, Taqwa Suryo Swasono, cairan rem harus mampu menyerap air yang kemungkinan muncul pada ruang penyimpanan. Sebab, bila tidak bisa menyatu tentu bisa mempengaruhi performa dan kemampuan pengereman.
“Dengan kandungan air sebanyak 3 persen, titik didih cairan rem juga akan berkurang dan turun hingga 100 derajat celcius. Jika titik didih pada cairan terlewati, maka dampak rem blong bisa saja terjadi,” lanjutnya.
Ilustrasi cairan rem Foto: dok. Istimewa
Sementara itu, cairan rem yang digunakan di Indonesia menggunakan standar Department of Transportation (DOT). Entah itu DOT 3, 4, atau 5.
ADVERTISEMENT
Cairan rem dengan standar DOT 3 memiliki titik didih maksimal 250 derajat celcius, jika terkandung molekul air 3 persen maka akan turun menjadi 104 derajat celcius. Sedangkan DOT 4 memiliki titik didih 230 derajat celcius dan akan turun menjadi 155 derajat celcius dan terakhir DOT 5 memiliki batas maksimal 260 derajat celcius akan turun menjadi 180 derajat.
“Di Indonesia sudah cukup menggunakan cairan rem DOT 4, di kendaraan dengan spek kompetisi juga kebanyakan menggunakan DOT 4,” katanya.
Bolehkah mencampur cairan rem?
Ilustrasi cairan rem Foto: dok. Istimewa
Taqwa menjelaskan, mencampur cairan rem masih diperbolehkan dengan catatan memperhatikan standar cairan rem tersebut. “Yang jelas jenisnya harus sama, dia harus sama-sama netral. Warna berbeda juga enggak masalah. Itu hanya sebagai pembeda produk saja. DOT 3 dan DOT 4 dicampur tidak masalah,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Yang dimaksud cairan rem dengan kenetralan yang sama adalah kandungan aditif di dalam cairan rem tersebut. Di pasaran, jenis aditif yang banyak dijual terbagi menjadi dua bahan dasar yakni berbasis glycol dan silikon.
Efek cairan rem yang tidak lagi bagus
Ilustrasi cairan rem Foto: dok. Istimewa
Secara tidak sadar, performa cairan rem sudah menurun setelah Anda membuka tutup segel botolnya. Ini akibat adanya efek alami dari lingkungan yang membuat cairan rem menyerap air. Taqwa menyarankan apabila ingin mengganti cairan rem jangan menggunakan cairan rem sisa pemakaian.
“Secara alami ketika dibuka dia akan menyerap kadar air di lingkungan. Banyak pengguna kendaraan jika ingin mengganti atau menambah mereka memakai cairan rem yang sudah lama tersimpan di gudang bisa 1 atau 2 tahun,” paparnya.
ADVERTISEMENT
Ganti tiap 10.000 Km
Ilustrasi cairan rem Foto: dok. Istimewa
Agar tetap dalam performa yang maksimal, Taqwa menganjurkan untuk melakukan penggantian cairan rem setiap 1 tahun sekali atau 10.000 km untuk kendaraan roda dua dan 20.000 km untuk kendaraan roda empat.
“Cairan rem pada mobil bisa lebih tahan lama karena posisi tabung reservoirnya berada di bawah kap mesin, sementara pada sepeda motor tabung reservoirnya berada di luar dan di tempat yang lebih terbuka,” jelasnya