`Colokan` Mobil Listrik Indonesia Tak Pakai Standar China?

7 Desember 2018 18:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Stasiun Pengisian Listrik atau Electric Vehicle Charging Station (EVCS) garapan BPPT.  (Foto: Ghulam Muhammad Nayazri/kumparanOTO)
zoom-in-whitePerbesar
Stasiun Pengisian Listrik atau Electric Vehicle Charging Station (EVCS) garapan BPPT. (Foto: Ghulam Muhammad Nayazri/kumparanOTO)
ADVERTISEMENT
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang berada dibawah koordinasi Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, baru saja meresmikan dua stasiun pengisian mobil listrik.
ADVERTISEMENT
Ini ke depannya bakal jadi acuan dalam pengembangan infrastruktur pengecasan mobil listrik, ketika populasinya sudah membludak. Saat ini pihak BPPT bersama dengan Badan Standardisasi Nasional (BSN) sedang mendiskusikan terkait standar colokan stasiun pengisian listrik.
Stasiun Pengisian Listrik atau Electric Vehicle Charging Station (EVCS) milik BPPT, menggunakan colokan berstandar international seperti CHADEMO, CCS, dan Kabel Tipe 2, dengan kapasitas mencapai 50 kW dengan durasi pengisian tercepat 30 menit.
Mobil Listrik Grab dari Hyundai. (Foto: Grab)
zoom-in-whitePerbesar
Mobil Listrik Grab dari Hyundai. (Foto: Grab)
“Kami akan mengikuti standar yang mengacu pada International Electrotechnical Commission (IEC), semua sudah menggunakan itu. Kecuali kami menambahkan national differences, atau sifat kekhususan dari suatu negara,” ujar Benjamin B Louhenapessy, Peneliti Madya Standardisasi BSN, Rabu (05/12).
“Jadi jangan salah kaprah, kalau CHADEMO itu sebenarnya merek di mana produknya asal Jepang. Kemudian Tesla dari Amerika, di mana Eropa itu mengenalnya dengan CCS. Indonesia pun punya karakteristik atau kekhususan sendiri tapi tidak mengubah total dari standar internasional itu sendiri,” kata Benjamin.
ADVERTISEMENT
Bagaimana Standar China?
Mencoba realistis, tak hanya produk dari tiga wilayah itu saja yang akan membanjiri pasar dalam negeri, nantinya juga bukan tidak mungkin akan masuk China. Negeri Tirai Bambu sendiri, merupakan pasar terbesar kendaraan listrik terbesar di dunia.
Namun apakah bakal mempertimbangkan untuk menggunakan model colokan yang digunakan di China? Pasalnya kata Benjamin, China memiliki standarnya sendiri, yang berbeda dengan yang ditetapkan oleh IEC.
“Jadi tadi kita tidak mengikuti standar China tapi mengikuti standar international ISO dan AEC. Namun, kalau memang mereka mengacu pada standar internasional, its ok, karena kita di Indonesia mengikuti pada standar internasional,” ujar Benjamin.
Mengingat, kalau salah satu produk yang sudah di buat di dalam negeri sudah ada yang menggunakan standar China seperti pada proyek Mobil Anak Bangsa (MAB) milik Moeldoko berupa Bus.
ADVERTISEMENT
“Saat ini kami sudah mempersiapkan international standar, jadi harapannya semua produk (mobil listrik) impor yang masuk itu harus mengikuti standar nasional Indonesia, atau standar internasional,” tutur Benjamin.