Kemenperin Dorong Industri Baterai Mobil Listrik di Indonesia

26 Februari 2018 17:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mobil listrik Nanoflowcell (Foto: nanoflowcell.com)
zoom-in-whitePerbesar
Mobil listrik Nanoflowcell (Foto: nanoflowcell.com)
ADVERTISEMENT
Pemerintah Indonesia saat ini tengah menggodok aturan mengenai Low Carbon Emission Vehicle (LCEV), yang di dalamnya akan menjabarkan aturan main mobil berbasis listrik; hybrid, plug-in hybrid, dan listrik.
ADVERTISEMENT
Regulasi yang dikembangkan dari Kendaraan Bermotor Roda Empat Hemat Energi dan Harga Terjangkau (KBH2) itu tentu saja tak cuma untuk menciptakan pasar tapi juga mendorong para pemain untuk membuat industri kendaraan listriknya di Indonesia.
Namun, apakah Indonesia akan dipersiapkan sebagai perakit kendaraan listrik atau bisa menjadi rumahnya industri komponen inti; motor listrik dan baterai?
“Industri baterai masih kita bicarakan, Kemenperin sudah mengirimkan delegasi-delegasi ke tiga negara (Jepang, China, dan Korea) yang unggul di bidang industri baterai untuk melihat fasilitas-fasilitas yang produksi komponen di sana,” kata Menteri Perindustrian Republik Indonesia, Airlangga Hartarto saat ditemui seusai acara serah terima 10 unit kendaraan listrik Mitsubishi di Kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta, Senin (26/2).
ADVERTISEMENT
Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin, Harjanto menambahkan, saat ini pihaknya tengah mengembangkan bahan baku untuk komponen baterai, motor listrik, serta magnet menggunakan material rear earth atau tanah jarang.
Baterai bekas Toyota Prius (Foto: Gesit Prayogi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Baterai bekas Toyota Prius (Foto: Gesit Prayogi/kumparan)
Rare earth ini lagi kami dorong, untuk kami eksploitasi lebih jauh prosesnya seperti apa, terus di mana saja depositnya, ini masih kami dorong ke beberapa lembaga riset international untuk bisa masuk ke kita (Indonesia),” tutur Harjanto.
Dengan menguasai industri komponen utama kendaraan listrik, industri otomotif Indonesia tentu saja akan kompetitif dibandingkan negara lain.
“Paling tidak, local endowment ada, masalah teknologi kita bisa cari, kalau itu sudah ada pasti industri kita akan kuat. Karena kan kalau misalnya bahan baku kita impor, teknologi kita impor, berarti kita cuma jadi tukang jahit. Jadi sama aja bohong,” katanya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, kendaraan listrik menjadi salah satu jurus pemerintah dalam menekan emisi karbon sebesar 29% pada tahun 2030 sesuai dengan komitmen Presiden Joko Widodo di COP 21, Paris Climate Conference pada 2015 lalu.
Tahun 2025, pemerintah menargetkan bahwa 20% dari total produksi mobil di Indonesia sudah masuk dalam kategori rendah emisi atau berbasis listrik.