Kisah Handoko Koleksi 300 Motor Antik, Termasuk Milik Jenderal Hoegeng

11 September 2018 17:00 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
David Sunar Handoko bersama motor BSA (warna merah) bekas Jenderal Hoegeng. (Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
David Sunar Handoko bersama motor BSA (warna merah) bekas Jenderal Hoegeng. (Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan)
ADVERTISEMENT
David Sunar Handoko (63) memulai petualangannya memburu sepeda motor antik sejak tahun 1989 silam. Berbekal uang Rp 3,5 juta, Handoko membeli sebuah Harley Davidson Sportster lansiran 1959.
ADVERTISEMENT
"Awalnya saya lihat orang-orang naik motor gede kok hepi-hepi. Saya ke tempatnya, dia teman sekolah (saya) menikmati banget (punya motor). Saya mulai lihat bergabung dengan mereka. (Kemudian) saya pingin punya (motor), tempat teman dijual Rp 3,5 juta itu Harley Sportster tahun 59," ucapHandoko saat dijumpai wartawan di museum antik miliknya yang dinamai 'Museum Merpati Motor' di Jalan KH Ahmad Dahlan Nomor 88, Kota Yogyakarta, Selasa (11/9).
Handoko mulai keranjingan membeli sepeda motor antik, kini koleksi sudah mencapai 300 buah. Tak hanya antik, motor-motor yang ia koleksi memiliki sejarah lantaran pernah ditunggangi sejumlah tokoh, salah satunya yakni mantan Kapolri Jenderal Polisi (Purn) Hoegeng Imam Santoso.
David mengaku memiliki dua motor antik milik Kapolri yang dikenal jujur tersebut. Dua motor antik itu yakni BSA Lighting Clubman tahun 1965 dan BSA Twin Golden Flash.
ADVERTISEMENT
"Anaknya (Hoegeng) yang menjual ke saya, namanya Mas Didit. Kalau anaknya kangen (motor bapaknya) sering ke sini," kisah Handoko.
Koleksi motor antik milik David Sunar Handoko. (Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Koleksi motor antik milik David Sunar Handoko. (Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan)
Selain milik Jenderal (Purn) Hoegeng, Handoko juga mengoleksi motor BMW R 50 milik eks personel Koes Plus hingga motor Nimbus milik Letnan Jenderal (Purn) TNI Dading Kalbuadi.
Tak pelak, ratusan motor koleksi Handoko pun sering dilirik sesama kolektor baik dari dalam maupun luar negeri. Banyak tawaran yang datang kepadanya namun selalu ia tampik. Alasannya sepele, ia dari awal berniat menjadi kolektor bukan penjual.
"Kalau saya penjual sudah habis dulu-dulu. Harley Davidson Knucklehead dulu saya beli Rp 35 juta sekarang harganya sudah Rp 3-4 milyar," katanya.
Handoko menuturkan, awal mula ia mengoleksi motor antik itu juga tak lepas dari keprihatinannya dengan banyaknya motor antik dari Indonesia yang diborong oleh kolektor dari luar negeri. Fakta tersebut ia lihat saat berkunjung ke luar negeri salah satunya Kanada.
ADVERTISEMENT
Pada saat itu harga motor antik di Indonesia sangat murah, sehingga tak mengherankan para kolektor memborong motor-motor antik berkontainer-kontainer.
Akibat hal itu, Handoko mulai bertekad untuk memborong motor-motor antik yang ada di Indonesia. Harapannya motor-motor penuh sejarah tersebut terselamatkan dan tetap bisa menjadi saksi sejarah peradaban manusia.
"Akhirnya saya borong, menyelamatakan aset Indonesia. Di internet (dijelaskan) negara terbanyak Harley itu Indonesia setelah Amerika. Karena Harley untuk militer dan polisi," kisahnya.
David Sunar Handoko kolektor motor antik. (Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
David Sunar Handoko kolektor motor antik. (Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan)
Handoko pun mencari motor-motor antik itu ke kota-kota besar seperti Jakarta, Malang, Surabaya, hingga ke luar negeri. Namun menurutnya saat itu harga motor antik sangatlah murah dari ratusan ribu hingga paling mahal sekitar Rp 3-4 jutaan.
"Yang paling banyak (beli) waktu pertama masih murah. Berburu, kita datangi datuk-datuk motor akhirnya mereka yang datangi daya mereka setor (motor). Dulu uang sedikit dapat motor banyak, sekarang uang banyak dapat motor sedikit," kata Handoko yang tidak hanya mengoleksi motor antik merek Harley Davidson tapi juga Vespa, Yamaha, Honda, Lambretta, Indian, Birmingham Small Arms (BSA), Norton, BMW, hingga Nimbus buatan Denmark.
ADVERTISEMENT
Untuk merawat semua koleksinya, Handoko harus memperkerjakan tiga karyawan. Selain itu, ia berencana membuat museum miliknya ini menjadi museum profesional. Harapannya tak lain agar koleksinya ini tidak hanya ia nikmati sendiri tapi bisa dinikmati masyarakat secara luas.
Sebab di dalam museum yang terdiri dari dua lantai itu, Handoko tidak hanya memajang motor tetapi juga sepeda, mobil, lukisan, kacamata, hingga arloji. Tak main-main, ada sekitar 500 sepeda dan 60 mobil yang dikoleksi Handoko.
"Dibuka untuk umum baru tahun ini. Ya kalau saya prinsipnya buka museum itu 3 E, edukasi, entertaiment, evolution atau sejarah. Yang belum tahu jadi tahu yang sudah tahu semakin tahu," jelasnya.
Terkait pemilihan nama Museum Merpati Motor, Handoko berharap museum itu sama seperti merpati yang merupakan lambang perdamaian, kesucian, dan kesetiaan.
ADVERTISEMENT
"Harapan saya orang yang ke sini cinta juga (barang antik). Virusnya bisa menular dan bisa menyenangkan banyak orang," pungkasnya.