Mengapa Mobil Hybrid Lebih Cocok dengan Kondisi Indonesia

29 Juni 2019 12:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kendaraan listrik Toyota di GIIAS 2018 Foto: Alfons Hartanto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kendaraan listrik Toyota di GIIAS 2018 Foto: Alfons Hartanto/kumparan
ADVERTISEMENT
Hasil penelitian yang dilakukan Universitas Indonesia (UI), Universitas Surakarta (UNS), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Universitas Udayana (UNUD), Universitas Gajah Mada (UGM), dan Institut Teknologi Bandung (ITB) memperlihatkan bahwa mobil hybrid paling realistis digunakan di Tanah Air.
ADVERTISEMENT
Studi komprehensif ini berlangsung sejak 11 Juli 2018 hingga 23 April 2019. Selama masa pengujian, tim riset dari 6 universitas ini menggunakan mobil konvensional (ICE/Internal Combustion Engine), Hybrid, Plug-in Hybrid (PHEV), dan Battery Electric Vehicle (BEV).

Efisiensi BBM

Selama 6 bulan dengan total jarak pengujian sejauh 268 kilometer, memperlihatkan bahwa mobil hybrid menawarkan kemampuan efisiensi BBM yang menjanjikan.
Mobil Toyota Prius PHEV pada pameran GIIAS 2018 di ICE, BSD, Tangerang, Sabtu (4/8). Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Ya, bila Toyota Corolla ICE hanya menembus angka konsumsi BBM 11,1 km/liter, Prius HEV dan Prius PHEV masing-masing mencatatkan angka 21,9 km dan 42 km/liter.
Soal efisiensi, mobil hybrid bahkan mampu menekan 49 persen konsumsi BBM tahunan —12.000 km— dibandingkan mobil dengan mesin ICE saja. Sedangkan untuk PHEV, konsumsi BBM yang bisa dipangkas mencapai 74 persen.
Perbandingan konsumsi bahan bakar mesin ICE, hybrid, plug-in hybrid dan EV. Foto: Istimewa

Infrastruktur

Bukan cuma soal efisiensi BBM, aspek kritis lain yang jadi perhatian dalam penerapan mobil listrik soal kemampuan rumah tangga, dalam melakukan pengisian baterai di rumah.
ADVERTISEMENT
Idealnya, daya listrik di rumah tangga itu harus di atas 2.200 VA agar memungkinkan mengisi baterai mobil listrik. Faktanya, baru 6,4 persen rumah tangga yang memiliki listrik dengan daya tersebut.
“Rumah tangga yang sanggup mengisi mobil listrik di rumah itu baru 6 persen. Bila dayanya di bawah itu (2.200 VA), bisa down,” kata Ketua Tim Riset ITB, Agus Purwadi.
Daya listrik rumah tangga yang sanggup mengisi mobil listrik baru 6 persen. Foto: Istimewa
Ditambah lagi, ketersediaan infrastruktur pengisian baterai di ruang publik pun masih sangat minim. Bahkan khusus untuk roda empat, belum ada fasilitasnya sama sekali.
“Kuncinya setelah kami pelajari, infrastruktur itu harus dikembangkan lebih dahulu, tak ada tunggu-tungguan seperti telur dan ayam. Infrastruktur harus lebih dahulu dibangun, nah baru orang akan merasa aman saat membeli kendaraan listrik karena ada pom pengisiannya,” tutur Agus.
ADVERTISEMENT
Sehingga untuk mulai melakukan penghematan BBM dan memangkas emisi CO2, mobil hybrid menjadi pilihan yang paling realistis.