Menghitung Kemiringan Tanjakan Jembatan Kali Kenteng yang Sebenarnya

11 Juni 2018 16:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jembatan Kali Kenteng. (Foto: Dok. KSP)
zoom-in-whitePerbesar
Jembatan Kali Kenteng. (Foto: Dok. KSP)
ADVERTISEMENT
Mudik Lebaran tahun 2018 sudah mulai banyak dilakukan orang-orang. Banyaknya pengemudi yang pulang ke kampung halaman menggunakan kendaraan pribadi membuat banyak cerita yang datang di ruas jalan tol.
ADVERTISEMENT
Jika tahun sebelum 2016 pintu Tol Brebes --yang kemudian disebut Brexit-- yang mendapat sorotan karena 'sadis'nya kemacetan yang dihadirkan, tahun 2017 kesan baik hadir lewat pintu tol Salatiga yang baru saja resmi dibuka.
Tahun 2018 cerita dari jalan bebas hambatan kembali hadir. Kali ini tanjakan Jembatan Kali Kenteng yang berada di Ruas tol fungsional Salatiga-Kartasura yang banyak dibicarakan. Tanjakan yang satu ini disebut-sebut punya elevasi yang ekstrem sehingga banyak mobil yang kesulitan untuk melealuinya.
Hal ini menjadi viral setelah akun @kominfo_jtg megunggah sebuah video yang menunjukkan unit mobil Daihatsu Ayla yang kesulitan menanjak. Namun bukan permasalahan kondisi mobil atau kondisi jalan yang disoroti orang-orang, tapi masalah klaim kemiringan jalan yang disebut-sebut mencapai 57 derajat ini.
ADVERTISEMENT
Kemiringan yang dirasa kelewat ekstrem pun membuat bahan perbincangan di media sosial. Kementerian Pekerjanaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) tidak tinggal diam, mereka kemudian meralat pernyataan ini dan mengatakan kemiringan jalur sekitar 10 persen sehingga masih aman untuk dilalui.
Jika melihat Standar Geometrik Jalan Bebas Hambatan untuk Jalan Tol No. 007/BM/2009, untuk ruas jalan dengan panjang landai kritis 500 m --sepeti ruas jalan tol ini-- kelandaian maksimum dengan kecepatan kendaraan sekitar 60-80 km/jam adalah sekitar 6 persen. Dengan kata lain kenaikan jalan hanya diperkenankan sebesar 6 m tiap 100 m. Data ini menunjukkan kalau ruas Jembatan Kali Kenteng yang dilalui dengan kecepatan 20 km/jam jauh dari kata ideal.
Namun yang perlu diingat adalah ini merupakan jalur tol fungsional yang belum rampung sepenuhnya.
Jembatan Kali Kenteng  (Foto: Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Jembatan Kali Kenteng (Foto: Istimewa)
Meski begitu dari kacamata berbeda, Pendiri sekaligus Instruktur Jakarta Defensive Driving Consulting Jusri Pulubuhu menganggap aman atau tidaknya jalanan menanjak juga harus didukung juga dengan kondisi kendaraan dan momentum laju kendaraan.
ADVERTISEMENT
"Jadi kalau LCGC itu punya problem dengan power to weight ratio. Karena sebenarnya mobilnya dibuat untuk jalanan dalam kota," jelas Jusri.
Dia pun menyarankan pemudik untuk merencanakan rute jalan yang akan dilalui sehingga bisa menghindari ruas jalan seperti tanjakan Jembatan Kali Kenteng ini jika memang ragu-ragu mobil yang digunakan tidak mampu menanjak.