Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Sejumlah pabrikan agaknya masih bimbang untuk mulai menjual mobil dengan teknologi elektrifikasi di Indonesia. Persoalan cuma satu, mereka menilai belum ada regulasi yang jelas soal mobil tersebut.
ADVERTISEMENT
Padahal, di sana lah diatur soal benefit yang bisa dipetik pabrikan bila mereka mau menjual kendaraan listrik: entah itu hybrid, plug-in hybrid, atau bahkan listrik penuh.
PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia (MMKSI), selaku Agen Pemegang Merek (APM) mobil penumpang Mitsubishi tak mau ambil pusing. Mereka lebih memilih langkah konkret untuk memulai sebuah langkah, yang pada akhirnya akan mengubah industri serta kebiasaan konsumen roda empat.
Mitsubishi Outlander PHEV menjadi unit yang mengisi panggung mereka di GAIKINDO Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2019. Bukan sekadar jadi penghias, mobil ini pun sudah bisa dipesan dan menjadi SUV PHEV pertama yang dipasarkan di Indonesia.
“Alasan kami luncurkan Outlander PHEV sebelum regulasi terbit adalah karena kami brand yang membuat sesuatu terjadi, bukan menunggu sesuatu terjadi," kata Presiden Direktur MMKSI, Naoya Nakamura.
ADVERTISEMENT
Tentu, keputusan untuk memasarkan Outlander PHEV bukan datang dalam waktu semalam.
Kembali lagi, untuk membuat ‘sesuatu’ terjadi, Mitsubishi pada Desember 2017 telah bermitra dengan pemerintah terkait riset dan pengembangan kendaraan listrik. Kala itu, tiga berlian menyodorkan 10 unit kendaraan, termasuk di antaranya Outlander PHEV dan model full listrik i-MiEV.
Selain unit, pabrikan juga membagikan sejumlah perangkat pengisian ke Kementerian Perindustrian dan sejumlah organisasi lain termasuk Universitas/Perguruan Tinggi Nasional serta lembaga riset.
Di samping itu, Mitsubishi turut berpartisipasi dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan pilot project Green Energy Station (GES) terkait stasiun pengisian baterai.
Benefit
Menggunakan mobil elektrifikasi memang bakal mengubah kebiasaan orang berkendara. Namun, Outlander PHEV ini menjadi formulasi yang tepat untuk kondisi Indonesia.
ADVERTISEMENT
Alasan utama tiga berlian untuk berani menjual Outlander PHEV ini adalah mobil tersebut mengombinasikan dua motor penggerak, yakni mesin konvensional berkapasitas 2,4 liter serta dua motor listrik: di depan 60 kW dan 70 kW di belakang. Sementara untuk baterainya berkapasitas 13,8 kWh.
Dijelaskan bahwa sistem plug-in hybrid pada Outlander PHEV membuat mesin hanya bekerja untuk menggerakkan generator dan menghasilkan listrik yang kemudian disimpan ke baterai.
Artinya, kebutuhan listrik Outlander PHEV bisa didapat dalam dua mekanisme: mengandalkan kerja mesin konvensional atau mengecas baterai melalui stasiun pengisian. Dengan begitu, mobil ini pun bisa menjelajah tanpa perlu bergantung pada keberadaan stasiun pengisian baterai.
Berdasarkan data pabrikan, dalam kondisi tangki BBM penuh --57 liter-- Mitsubishi Outlander PHEV ini bisa melaju sejauh 600 kilometer. Sedangkan bila hanya mengandalkan EV Mode saja, bisa diandalkan untuk 55 km.
ADVERTISEMENT
Kondisi ini pula yang membuat Mitsubishi tak menjadikan minimnya infrastruktur pengisian bahan bakar sebagai isu utama.
"Faktanya di Indonesia pengembangan infrastruktur masih butuh banyak sekali, dan alasannya Mitsubishi mengenalkan ini meskipun belum lengkap (infrastrukturnya), kami ingin membuat sesuatu itu terjadi, tentunya kami akan siapkan infrastruktur pengisian baterai di diler serta pusat perbelanjaan," kata Nakamura saat ditemui di acara peluncuran Outlander PHEV di bilangan Pondok Indah, Jakarta (10/7/2019).
Kemudian dari sisi benefit, Nakamura mengklaim bahwa sistem PHEV lebih menguntungkan ketimbang hybrid. Di mana, sistem ini menjanjikan konsumsi BBM yang lebih efisiensi dan emisi yang rendah.
"Karena yang paling ideal dengan keterbatasan di Indonesia itu adalah Outlander PHEV. Ada tiga elemen value-nya, pertama SUV itu paling cocok dengan kondisi jalan yang belum sepenuhnya baik, juga banjir, maka konsep SUV paling cocok. Kemudian sistem hybrid-nya sendiri, setelah menggunakan listrik dan habis, mesin bisa mengisi listrik sendiri, makanya PHEV adalah pilihan ideal," terang Director of Sales & Marketing Division MMKSI, Irwan Kuncoro.
ADVERTISEMENT
Dengan begitu target pemerintah untuk mengejar target penurunan CO2 sebesar 29 persen pada 2030 sebagaimana kesepakatan Konferensi Perubahan Iklim Paris 2015 (COP21) bisa terealisasi.