Modal Royal Enfield Main di Pasar Sepeda Motor Kelas Menengah

11 Mei 2018 20:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Royal Enfield Classic (Foto: dok. Royal Enfield)
zoom-in-whitePerbesar
Royal Enfield Classic (Foto: dok. Royal Enfield)
ADVERTISEMENT
Royal Enfield (RE) bisa dikatakan 'anak baru' dalam persaingan pasar roda dua lokal. Sebab eksistensi pabrik motor asal India ini baru dua tahun malang melintang di pasar Indonesia, terhitung sejak Februari 2016.
ADVERTISEMENT
Meski begitu mereka tetap masuk ke pasar Indonesia dengan 'identitas aslinya' serta produk-produk yang memang telah mereka perkenalkan secara global. Ya, untuk pasar Indonesia mereka membawa produk andalan seperti Royal Enfield Classic, Bullet, Continental GT, dan tentunya yang teranyar Himalayan.
Yang unik dari motor-motor ini selain desainnya yang kental aura british-nya adalah pilihan mesin yang dipilih RE pada motor-motornya. Classic dan Bullet misalnya dua motor yang hanya berbeda pilihan karburator atau injeksi ini dilengkapi dengan pilihan mesin satu silinder 350 cc atau 500 cc. Sedangkan Himalayan lebih unik lagi, RE memutuskan untuk mengembangkan mesin baru, LS 410, yang punya kubikasi 411 cc.
Royal Enfield Classic Battle Green (Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Royal Enfield Classic Battle Green (Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparan)
Pilihan kapasitas mesin yang tidak umum untuk masyarakat Indonesia ini mungkin sedikit membuat sulit untuk membandingkan motor RE dengan produk lain yang mungkin secara spesifikasi --selain mesin-- cenderung mirip. Meski begitu menurut Didi Fauzie, Marketing & Networks Development PT Distributor Motor Indonesia --pihak yang membawa merek RE ke Indonesia-- punya alasan sendiri.
ADVERTISEMENT
"Memang RE bukan hanya di Indonesia, tapi di negara lain selalu mengisi middle, jadi dia enggak main di bawah, tidak main di atas," terang Didi.
"Soalnya kalo main ke atas ketemunya ramai sekali, ke bawah lebih ramai lagi. Nah, yang ini kan enggak ada yang isi," ujar Didi.
"Malah justru yang main di atas dan di bawah malah ingin isi ke tengah," tambahnya lagi yang secara tidak langsung merujuk ke brand Inggris dan Jepang. Dan memang ada benarnya juga pernyataan dia. RE seperti tidak punya saingan langsung di kelas ini dan dengan strategi yang tepat seharusnya mereka akan punya pasarnya sendiri.
Royal Enfield (Foto: Aditya Pratama Niagara)
zoom-in-whitePerbesar
Royal Enfield (Foto: Aditya Pratama Niagara)
Meski begitu sampai saat ini dia menolak untuk memaparkan penjualan RE sejauh ini. Dia hanya menegaskan kalau perkembangan penjualan motor mereka selalu naik dalam beberapa tahun belakangan.
ADVERTISEMENT
"Pada intinya segmen ini yang masih agak kosong, dan motor-motor untuk cc besar, sudah beberapa tahun ini growth-nya RE itu ada di atas yang lain," tutup Didi.