Pakem Thrive Motorcycles dalam Menciptakan Motor Kustom

13 November 2018 19:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bengkel Thrive Motorcycle di Kemang, Jakarta Selatan (Foto: dok. Thrive Motorcycle)
zoom-in-whitePerbesar
Bengkel Thrive Motorcycle di Kemang, Jakarta Selatan (Foto: dok. Thrive Motorcycle)
ADVERTISEMENT
Thrive Motorcycles adalah sebuah bengkel modifikasi motor yang punya pendekatan berbeda dibanding bengkel lainnya. Ide dasar dan kekuatan desain adalah dua hal yang menjadi kekuatan utama bengkel yang berlokasi di Kemang, Jakarta Selatan ini.
ADVERTISEMENT
"Setiap motor yang kami full built itu punya historical dan ceritanya sendiri," terang salah seorang Pendiri Thrive Motorcycle, Erlangga Djojosaputro saat ditemui kumparanOTO di bengkelnya, Selasa (13/11).
Angga --panggilan akrabnya-- menjelaskan dari awal dia dan empat orang temannya mendirikan Thrive, hampir lima tahun yang lalu, dengan semangat menghadirkan perbedaan. Setiap sepeda motor yang mereka buat pun spesial karena hanya ada satu unit dan yang selalu mereka lakukan adalah mencocokan dengan karakteristik pemiliknya.
"Istilahnya kayak bikin jas yang tailor made, semua diukur secara presisi. Buat kami pengendara itu adalah last piece dari motor itu sendiri. Jadi motornya selesai dikustomasi, kemudian ditaruh orangnya baru jadi kesatuan visual," terang dia.
Bengkel Thrive Motorcycle di Kemang, Jakarta Selatan (Foto: dok. Thrive Motorcycle)
zoom-in-whitePerbesar
Bengkel Thrive Motorcycle di Kemang, Jakarta Selatan (Foto: dok. Thrive Motorcycle)
Angga menjelaskan konsep mendesain seperti ini sendiri dilakukan karena mereka ingin punya hasil karya modifikasi yang levelnya sama dengan bengkel modifikasi di luar negeri. Oleh sebab itu untuk mencapai kualitas motor modifikasi yang diharapkan, bukan hanya personalisasi yang jadi senjata.
ADVERTISEMENT
Sejak proyek motor pertama yang dikerjakan, Thrive selalu mengutamakan hasil karya yang orisinil dengan membuat sendiri mayoritas part sepeda motor.
"Semua motor kustom yang kami buat tidak seperti motor kustom, lebih seperti motor (buatan) pabrik. Karena kami memang coba kejar craftmanship sedetail itu. Sampai baut aja kami buat," ia menambahkan.
Bengkel Thrive Motorcycle (Foto: Alfons Yoshio/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Bengkel Thrive Motorcycle (Foto: Alfons Yoshio/kumparan)
Proses kustomasi yang 'out of the box'
Tentunya untuk mendapat hasil yang seperti itu Thrive melakukan sesuatu yang di luar kebiasaan. Mereka berusaha melakukan pendekatan personal dengan sang pemilik kendaraan.
"Biasa kan 'pasien' datang bawa referensi gambar sendiri. Dari motor hasil modifikasi dia minta catnya dibedain, setang diganti, dan seterusnya. Padahal sebenarnya bukan itu yang dia mau. Oleh sebab itu kami buat yang namanya sistem di sini. Konsumen datang kami kasih kuesioner. Isinya juga cukup detail dan mencoba memahami personal kustomer itu seperti apa," jelas Angga.
ADVERTISEMENT
Uniknya kuesioner ini sendiri tidak lantas hanya bicara soal sepeda motor, mulai dari selera musik sampai dengan preferensi terhadap bentuk jadi poin dalam kuesioner tersebut. Tidak berhenti sampai situ setelah itu pemilik kendaraan juga diminta memberikan gambar-gambar yang merepresentasikan ketertarikannya di luar sepeda motor untuk menggali apa yang sebenarnya diinginkan pemilik.
Selesai dari proses tersebut akan ada tim yang ditugaskan menerjemahkan ketertarikan konsumen ke dalam desain dua dimensi.
Bengkel Thrive Motorcycle di Kemang, Jakarta Selatan (Foto: dok. Thrive Motorcycle)
zoom-in-whitePerbesar
Bengkel Thrive Motorcycle di Kemang, Jakarta Selatan (Foto: dok. Thrive Motorcycle)
"Saat gambarnya keluar seperti ini biasanya malah jauh dari referensi awal yang dia bawa tapi saat dia lihat desain ini biasanya instant click, 'ini benar seperti ini yang gua mau',” papar Angga.
Bukan hanya gambar di atas kertas, hasil intepretasi ini juga termasuk detail hasil sepeda motor, material yang dipakai, dan lama proses pengerjaan. Dari situ proses revisi terakit desain maupun material yang digunakan dilakukan. Menurut Angga proses ini memakan waktu kurang lebih satu bulan.
ADVERTISEMENT
Setelah semua disepakati barulah proses pengerjaan dilakukan dan di tempatnya kira-kira akan memaakan waktu 4-6 bulan. Dari situ Angga menjanjikan hasil karya yang tidak hanya personal tapi juga punya nilai jual.
"Sampai saat ini motor kustom yang berpindah tangan dari Thrive pasti nilainya naik karena ini one piece kan, gak ada lagi yang lain. Menurut gue motor modifikasi sendiri seharusnya bisa d- treat seperti itu," ujarnya lagi.
Bengkel Thrive Motorcycle di Kemang, Jakarta Selatan (Foto: dok. Thrive Motorcycle)
zoom-in-whitePerbesar
Bengkel Thrive Motorcycle di Kemang, Jakarta Selatan (Foto: dok. Thrive Motorcycle)
Thrive Motorcycles sendiri dalam beberapa tahun terakhir dikenal lewat karya-karyanya yang sudah menembus pasar internasional. Salah satu karya awal mereka, T-005 Cross, dipajangkan di The Petersen Automotive Museum, Los Angeles, California.