Soal Yamaha yang Belum Siap Produksi Motor Listrik di Indonesia

1 November 2017 16:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Uji coba motor listrik Yamaha (Foto: Gesit Prayogi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Uji coba motor listrik Yamaha (Foto: Gesit Prayogi/kumparan)
ADVERTISEMENT
Motor listrik sebenarnya bukan barang baru bagi Yamaha. Sudah 24 tahun yang lalu mereka mulai melakukan komersialisasi motor listrik untuk sepeda dan mulai memperkerkenalkan sepeda motor listrik di tahun 2002.
ADVERTISEMENT
“Dengan perjalanan itu, banyak juga hasil masukan konsumen. Kedua, hasil secara massal produk untuk electric vehicle (EV) itu, sudah 15 tahun ya, jadi dari 2002 sudah komersial. Dan negara tempat dipasarkan ini juga cukup advanced, yaitu di Jepang sendiri, Eropa, dan tentunya Taiwan. Jadi dari pengalaman itu, EV adalah salah satu issue,” kata Wakil Presiden Direktur PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM), Dyonisius Beti, di kawasan Kuningan, Jakarta, Rabu (1/11).
Yamaha X-Ride Versi Listrik (Foto: Gesit Prayogi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Yamaha X-Ride Versi Listrik (Foto: Gesit Prayogi/kumparan)
Lalu, dengan pengalaman dan kemampuan Yamaha, mengapa mereka tak langsung memproduksi motor listrik di Indonesia?
Menurut Dyonisius, secara manufaktur Yamaha Indonesia sudah siap. Apalagi Yamaha Fino sudah diproduksi di dalam negeri --model yang jadi basis E-Vino.
“Menjadi electric vehicle itu tidak sulit dari sisi teknologi maupun manufacturing. Tetapi kami tidak berani gegabah untuk langsung jual ke pasar,” paparnya.
ADVERTISEMENT
Bagi Yamaha, hal yang jadi pertimbangan tentu saja soal bisnis dan seberapa besar potensi motor listrik untuk bisa bertahan dalam jangka panjang.
“Kami sangat memperhatikan next generation-nya, future-nya, bukan cuma penjualan terus dapat uang, tetapi juga dampak dari pemasaran juga harus dipikirkan matang. Jual gampang, tapi bagaimana tentang konsumen shifting, kemudian impact di masyarakat,” Dyonisius menambahkan.
Tantangan
Apalagi, Indonesia memiliki kondisi geografis yang unik. Tak bisa dipungkiri, sejumlah kota besar kerap banjir ketika hujan besar melanda.
“Motor terabas terus lewat, dengan motor ini (listrik) berbeda. Motor bensin lewat situasi itu, masalahnya paling mogok, kalau motor ini bisa nyetrum, dan ini cukup berbahaya. Jadi kami tidak berani gegabah menyangkut keselamatan pengendara,” imbuh Dyonisius.
ADVERTISEMENT
Hal lain yang jadi pertimbangan pabrikan ada soal perbedaan budaya dalam hal mengendarai sepeda motor. Mengingat motor listrik itu tidak bersuara dan nyaris senyap, Dyonisius menilai hal ini justru membahayakan dan bisa menimbulkan banyak kecelakaan.
“Faktor ini juga yang Yamaha pertimbangkan dengan matang, di mana culture berkendara di Indonesia berbeda dengan Jepang ataupun negara negara Eropa, yang sangat taat peraturan,” tuturnya.
Uji coba motor listrik Yamaha (Foto: Gesit Prayogi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Uji coba motor listrik Yamaha (Foto: Gesit Prayogi/kumparan)
Selain faktor keselamatan, yang jadi perhatian adalah baterai. Sebab, limbah dari baterai ini perlu mendapat penanganan khusus. Jangan sampai, menurut dia, motor listrik yang jadi solusi menekan polusi udara justru mencemari tanah.
Atas dasar itulah, Yamaha coba melakukan uji coba ke lingkungan terbatas dan melibatkan empat instansi, yakni Kebun Raya Bogor, Universitas Pelita Harapan, PT Mitsubishi Krama Yudha Sales Indonesia, dan The Breeze BSD.
ADVERTISEMENT
“Jadi kami tes dari akademik sampai user. Jadi kelebihan dan faktor lain harus kami perhitungkan juga,” tuntasnya.