Waspada 7 Efek Negatif Sembarangan Modifikasi Pelek Mobil

16 Agustus 2019 7:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi modifikasi velg Mitsubishi Xpander. Foto: Instagram/@permaisuriban
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi modifikasi velg Mitsubishi Xpander. Foto: Instagram/@permaisuriban
ADVERTISEMENT
Mengganti pelek dengan diameter yang lebih lebar buat kebutuhan modifikasi, sebenarnya sah-sah saja. Namun, seperti diungkapkan Voluntary Activist in Tire Safety Andri Heriyadi, alangkah baiknya bila ubahan mentok di angka 2 inci, dari ukuran standar.
ADVERTISEMENT
“Misalnya untuk ukuran pelek standar itu di angka 14 inci, ya maksimal naik hanya 16 inci,” tutur Andri kepada kumparan beberapa waktu lalu.
Andri mengingatkan, bila nekat melakukan modifikasi ekstrim atau melebihi batas wajar, bisa menimbulkan dampak buruk pada kendaraan, termasuk soal kenyamanan berkendara. Sebagai pengingat, simak 7 efek negatif yang diakibatkan dari sembarangan mengganti ukuran pelek mobil.
Posisi mengemudi Nissan Livina Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparan
Dengan mengganti pelek berdiameter lebar, maka otomatis akan mengorbankan ketebalan ban itu sendiri. Tentu saja saat dikendarai mobil menjadi tidak nyaman, karena ban terasa keras.
“Pelebaran pelek otomatis membuat ban jadi lebih tipis. Biasanya akan terasa semakin kerasnya saat melalui speed bump,” ucap Andi.
Ilustrasi velg mobil rusak. Foto: Rennlist.com
Efek lainnya ban menjadi rentan robek. Apalagi bila dinding karet ban yang menipis, menghantam pinggiran lubang di jalan. Selain itu, fungsi peredaman ban menjadi tak maksimal. Sehingga ketika menghantam lubang, benturan bisa sampai ke pelek dan membuatnya peyang.
ADVERTISEMENT
Tapak ban mobil yang sudah botak Foto: Shutter stock
Ketika ukuran pelek ban dibuat lebih lebar, tidak jarang pemilik mobil akan melakukan negative camber . Hasilnya, bagian atas ban otomatis akan masuk ke dalam fender dan membuat posisi ban menjadi miring. Sehingga permukaan ban tak menapak sepenuhnya pada aspal.
“Ini akan menyebabkan ban aus sebelah. Otomatis ban jadi tidak napak sempurna dan miring, makanya keausan bannya menjadi tidak rata,” terang Andri.
Test drive Wuling Almaz: Indikator Auto Vehicle Holding Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparanOTO
Selanjutnya menurut Andri, kasus seperti ini bisa menyebabkan tacometer dan odometer mobil tersebut, menjadi tidak akurat lagi. Ini biasanya terjadi karena imbas dari bobot yang bertambah dari penggantian pelek.
“Namun, kasus seperti ini tidak terjadi pada semua mobil ya,” ujar Andri.
ADVERTISEMENT
Ban mobil Audi RS5 Coupe di GIIAS 2018, ICE BSD. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Bertambahnya diameter pelek, umumnya juga diikuti dengan bertambah lebarnya tapak ban. Kondisi tersebut membuat tapak ban mentok dengan fender, terutama ketiga hendak berbelok dengan kecepatan agak tinggi, melalui polisi tidur atau jalan bergelombang.
Indikator bensin mobil yang mulai habis Foto: dok. Your Mechanic
Penggantian pelek dengan ukuran jauh lebih besar dari standar, tentu menambah bobot kendaraan. Sehingga kinerja mesin menjadi sedikit lebih berat, dan imbasnya konsumsi bahan bakar juga menjadi berlebih, alias boros.
Perawatan rutin mobil, servis kaki-kaki mobil Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparanOTO
Nah terakhir, efek negatifnya juga bisa membuat kaki-kaki mobil lebih cepat rusak, seperti pada komponen-komponen tie rod dan ball joint.
“Terakhir, perhatikan juga offset peleknya. Karena kadang suka kurang pas, dan diakali menggunakan spacer. Nah, tapi setelah menggunakan spacer, konsekuensinya mur roda jadi berkurang ulir-nya. Itu juga harus diperhatikan, jangan sampai membuat mur roda menjadi terlepas,” tutup Andri.
ADVERTISEMENT