news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

1 dari 20 Orang di Dunia Pernah Alami Halusinasi

18 April 2019 16:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi otak manusia. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi otak manusia. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Meyakini sesuatu terjadi padahal bukan itu yang terjadi. Sikap demikian bisa dibilang sebagai bentuk halusinasi.
ADVERTISEMENT
Yang menarik, menurut hasil sebuah riset, 1 dari 20 orang di dunia pernah mengalami halusinasi. Jadi, halusinasi tidak hanya bisa dialami orang-orang yang mengalami gangguan jiwa, tetapi juga oleh orang-orang normal lainnya.
Riset tersebut dilakukan dengan menganalisis informasi lebih dari 31.000 orang di 18 negara. Puluhan ribu orang itu diwawancara sebagai partisipan survei kesehatan mental dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO).
Para peserta itu ditanya apakah mereka pernah mendengar suara atau melihat hal yang tidak ada? Selain itu, mereka juga ditanya apakah pernah mengalami keyakinan situasi yang menakutkan, seperti merasa bahwa pikiran mereka dikendalikan atau sedang "diikuti"?
Penelitian tersebut mengecualikan orang-orang yang memiliki kecenderungan psikosis, kelainan jiwa yang disertai dengan disintegrasi kepribadian dan gangguan kontak dengan kenyataan. Misalnya adalah skizofrenia atau manik depresi, gejala gembira dan sedih silih berganti, yang dapat menyebabkan halusinasi dan delusi.
Ilustrasi halusinasi Foto: pixabay/geralt
Oleh karena itu, riset ini menunjukkan bahwa halusinasi dan delusi tidak selalu terhubung dengan penyakit mental yang serius. Itu berlaku juga bagi orang yang normal.
ADVERTISEMENT
"Kami dulu berpikir bahwa hanya orang-orang dengan psikosis yang mendengar suara-suara atau memiliki delusi, tetapi sekarang kami tahu bahwa orang sehat yang kondisi tubuh dan mentalnya masih berfungsi sangat baik juga melaporkan pengalaman-pengalaman ini," tutur Dr John McGrath, profesor di Queensland Brain Institute di Australia, salah satu peneliti dalam studi tersebut, sebagaimana dilansir LiveScience.
Secara keseluruhan, hampir 6 persen orang yang disurvei mengatakan setidaknya pernah mengalami satu kali halusinasi atau delusi. Jika dirinci, 5 persen peserta pernah mengalami halusinasi, yakni pengalaman mendengar atau melihat yang tidak ada. Sementara hanya sekitar 1 persen peserta pernah mengalami delusi, yakni merasa dikendalikan dan diikuti oleh sesuatu.
Itu artinya 1 dari 20 orang pernah mengalami halusinasi. Dan 1 dari 100 orang pernah mengalami delusi di dalam hidup mereka.
ADVERTISEMENT
Bagi kebanyakan orang yang diteliti, pengalaman halusinasi atau delusi tersebut sangat jarang terjadi. Sekitar sepertiga dari mereka mengatakan bahwa itu terjadi hanya satu kali, sepertiga lainnya mengakui bahwa mereka mengalaminya dua hingga lima kali. Rentang waktu yang diambil dalam penelitian ini dimulai sejak mereka kecil atau sudah mampu mengingat hingga saat ini.
Ilustrasi imajinasi Foto: pixabay/1980supra
"Orang-orang harus diyakinkan bahwa tidak ada yang salah dengan mereka jika hal itu (halusinasi atau delusi) terjadi sekali atau dua kali," imbuh McGrath. "Tetapi jika seseorang telah rutin mengalaminya, kami sarankan kepada mereka untuk mencari pertolongan."
Mereka yang lebih rentan mengalami halusinasi
Hasil riset ini merinci bahwa halusinasi atau delusi lebih umum terjadi pada wanita ketimbang pria. Dari seluruh wanita yang disurvei, 6,6 persennya pernah mengalami halusinasi atau delusi pada beberapa situasi. Sedangkan hanya 5 persen dari seluruh pria yang disurvei yang pernah mengalaminya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, orang-orang yang belum menikah atau melajang juga lebih cenderung mengalami halusinasi atau delusi ketimbang yang sudah menikah. Mereka yang menganggur juga lebih mungkin mengalami halusinasi atau delusi daripada yang bekerja.
Berbagai penyebab halusinasi
Dalam beberapa kasus, halusinasi atau delusi bisa tergolong sangat normal. Menurut Institut Kesehatan Nasional Amerika Serikat (National Institutes of Health/NIH), setelah orang yang kita cintai meninggal, beberapa di antara kita pernah mendengar suara atau melihat sosok mendiang. Kondisi ini, menurut NIH, lumrah terjadi saat kita masih sangat berduka.
Ilustrasi kerangka manusia Foto: pixabay/SpiritBunny
Di sisi lain, menurut Alan Manevitz, psikiater di Lenox Hill Hospital, New York, Amerika Serikat, sejumlah kondisi medis dan psikiatris juga dapat menimbulkan halusinasi atau delusi. Kondisi-kondisi ini termasuk tumor otak, kelainan tiroid, epilepsi, penyakit menular, pengaruh dari obat-obatan tertentu, kelainan kepribadian, kelainan stres pasca-trauma, dan kelainan obsesif-kompulsif.
ADVERTISEMENT
Selain itu, kaum wanita juga dapat mengalami kondisi khusus yang disebut psikosis pasca-partum atau gejala psikotik setelah melahirkan, yang memicu munculnya halusinasi.
Penderita halusinasi serius
Menurut Manevitz, kebanyakan orang dengan penyakit kejiwaan justru tidak tahu bahwa mereka sebetulnya memiliki kelainan mental. Karena telat sadar, mereka jadi tidak dapat lagi tertolong karena penyakit mereka telah cukup parah.
Pada pengguna narkotika misalnya, beberapa orang mungkin pernah mengalami halusinasi atau delusi akibat penggunaan narkoba. Sayangnya, mereka tidak sadar masih terpengaruh narkoba sebab pengalaman halusinasi atau delusi mereka baru muncul beberapa hari setelah mereka memakai narkoba.
"Apa yang Anda butuhkan adalah berbicara dengan seseorang yang berpengetahuan luas untuk memastikan bahwa kehilangan kontak sementara dengan kenyataan (halusinasi dan delusi) ini hanya berlangsung singkat, dan bukan karena sebab lain," kata Manevitz.
ADVERTISEMENT
Melalui hasil riset ini, para peneliti berharap dapat belajar lebih banyak tentang mengapa beberapa orang mengalami episode halusinasi dan delusi yang masih tergolong normal, sementara halusinasi atau delusi pada beberapa orang lainnya berkembang menjadi gangguan lebih serius seperti skizofrenia.