11 Bayi Meninggal Akibat Eksperimen Obat Kuat

26 Juli 2018 15:40 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Cara yang salah dalam memperlakukan obat. (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Cara yang salah dalam memperlakukan obat. (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Pekan ini Amsterdam University Medical Center (UMC) mengumumkan penghentian eksperimen obat kuat atau sildenafil lebih awal setelah terjadi kematian tragis 11 bayi.
ADVERTISEMENT
Eksperimen ini awalnya ingin memanfaatkan sildenafil, yang dikenal luas sebagai obat disfungsi ereksi dengan meningkatkan aliran darah, untuk menstimulasi pertumbuhan plasenta. "Awalnya kami ingin menunjukkan bahwa sildenafil ini efektif dalam mendorong pertumbuhan bayi," ujar Wessel Ganzevoort, ginekolog yang menjadi pemimpin tim riset ini, dilansir Science Alert.
"Tapi yang terjadi adalah sebaliknya. Saya sangat terkejut. Tentunya hal yang paling kita ingin hindari adalah menyakiti para pasien," katanya lagi. Jika mengutip laporan BBC, obat kuat yang digunakan ini telah menyebabkan kerusakan parah pada paru-paru banyak bayi.
Perlu diketahui lebih dulu, sildenafil bekerja dengan memblokir enzim pengurai senyawa yang membuat otot-otot halus yang mengelilingi pembuluh-pembuluh darah tertentu jadi rileks. Dengan diblokirnya enzim tersebut, hal ini membuat terjadinya peningkatan aliran darah, yang bisa mengatasi disfungsi ereksi, mengurangi simtom mountain sickness akut, atau juga mengobati hipertensi pulmonal.
ADVERTISEMENT
Karena sildenafil tak lagi terikat paten, manfaat obat itu kemudian dipelajari secara mendalam oleh banyak perusahaan riset. Salah satunya adalah sebagai cara untuk memperbesar pembuluh darah pada plasenta yang mengalami kesulitan dalam mengembangkannya.
Harapan riset dan uji coba ini adalah untuk mencegah bayi lahir memiliki berat badan rendah saat lahir dan juga terlahir prematur akibat kondisi tersebut.
"Sulit untuk melakukan prognosis (ramalan medis) atas kondisi bayi yang demikian dan juga belum ditemukan adanya pengobatan bagi mereka (bayi-bayi itu)," kata pihak UMC.
ilustrasi Bayi  (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi Bayi (Foto: Pixabay)
Kematian dalam eksperimen
Dari laporan BBC dijelaskan bahwa riset yang telah dimulai sejak 2015 ini tadinya akan terus berlanjut hingga 2020, dan dilakukan di 11 rumah sakit di Belanda.
ADVERTISEMENT
Ada 183 perempuan yang sudah terlibat dalam riset. 93 diberikan sildenafil dan sisanya diberikan pil plasebo. Pil diberikan kepada para perempuan saat mereka sedang mengandung.
Hasil dari riset ini justru ditemukan bahwa 20 bayi menderita masalah paru-paru setelah lahir. Tiga di antaranya berasal dari kelompok yang diberikan pil plasebo. Sementara 11 bayi dari kelompok yang diberikan sildenafil mengalami kematian akibat komplikasi paru-paru.
"Temuan dalam riset di Belanda ini sangat tidak disangka. Kita harus lebih berhati-hati saat mendalami hal ini lebih jauh," ujar Zarcko Alfirevic, pemimpin tim riset sildenafil di Inggris.
"Diperlukan adanya investigasi mendalam karena komplikasi ini tidak ditemukan di dua uji coba serupa di Inggris serta Australia dan Selandia Baru," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
-------------------------------------------------
Catatan redaksi: Redaksi kumparan telah mengubah semua kata "Viagra" di judul dan badan berita ini dengan kata "obat kuat" atau "sildenafil". Hal ini disebabkan, Viagra adalah merek produk sildenafil dari Pfizer, sementara obat generik sildenafil yang digunakan dalam riset di tulisan ini bukanlah dari Pfizer. Redaksi kumparan menerima hak jawab dari Pfizer yang menyatakan bahwa Pfizer tidak terlibat dalam setiap aspek dari uji klinis penelitian yang menimbulkan korban jiwa ini, tidak mendanai, serta tidak menyediakan produknya untuk uji klinis ini.