2017 adalah Satu dari Tiga Tahun Terpanas, Apa Hikmahnya?
ADVERTISEMENT
Tahun belum berakhir, tapi 2017 sudah disebut-sebut sebagai satu dari tiga tahun terpanas. Pada 6 November 2017 World Meteorological Organization (WMO) menyatakan, sangatlah mungkin bahwa 2017 akan menjadi satu dari tiga tahun terpanas yang pernah tercatat.
ADVERTISEMENT
Dalam sebuah konferensi perubahan iklim PBB di Bonn, Jerman, WMO mengatakan suhu rata-rata global dari Januari sampai September 2017 adalah sekitar 1,1 derajat Celcius di atas suhu rata-rata era pra-industri.
Dengan catatan suhu selama tiga per empat tahun di 2017 itu, dapat dinyatakan bahwa 2017 akan tercatat sebagai tahun terpanas kedua. Tahun terpanas pertama adalah 2016, sementara tahun terpanas ketiga adalah 2015.
Menariknya, tahun 2017 adalah tahun tanpa El Nino --anomali iklim di Pasifik Selatan yang membuat suhu rata-rata global menjadi lebih tinggi. Maka bisa dibilang, 2017 adalah tahun terpanas tanpa El Nino.
Tak hanya menjadi tahun terpanas tanpa El Nino, 2017 juga merupakan tahun dengan banyak bencana besar, mulai dari badai dan banjir dahsyat hingga gelombang panas dan kekeringan yang mematikan.
ADVERTISEMENT
Andrew King, anggota penelitian iklim ekstrem di University of Melbourne, dan David Karoly, profesor ilmu atmosfer di universitas yang sama, mencatat sejumlah cuaca ekstrem atau bencana alam besar yang terjadi sepanjang tahun 2017.
Di The Conversation , mereka menjabarkan pada 2017 sempat terjadi kekeringan parah di Afrika Timur, terutama di Somalia. Kekeringan yang parah itu menyebabkan penduduk di sana kesulitan mendapatkan bahan makanan dan kelaparan.
Beralih dari benua hitam ke benua biru, di Portugal sempat terjadi kebakaran hebat pada Juni 2017 akibat tingginya gelombang panas dan kekeringan. Kebakaran yang lebih parah kemudian terjadi pada Oktober di Spanyol dan lagi-lagi di Portugal.
Tak hanya di benua biru, di benua merah juga sempat terjadi kebakaran hebat. Negara bagian Caifornia, Amerika Serikat (AS), tercatat sebagai salah sastu wilayah yang mengalami kebakaran dahsyat pada tahun 2017.
Tak cuma kebakaran, pada tahun ini AS juga sempat menghadapi sejumlah badai topan. Bersama beberapa negara di benua Amerika lainnya, negara adidaya itu sempat dihantam badai-badai besar seperti Harvey, Irma, Maria, dan lainnya.
ADVERTISEMENT
King dan Caroly menyatakan, pemanasan iklim global telah meningkatkan kemungkinan terjadinya cuaca-cuaca ekstrem tersebut.
Pada tahun 2017 tercatat, indikator perubahan iklim jangka panjang seperti peningkatan konsentrasi karbon dioksida, kenaikan permukaan air laut, dan pengasaman laut masih tampak terus berlanjut.
Dua peneliti dari University of Melbourne itu menyatakan, secara khusus banyak gelombang panas dan musim panas yang terjadi pada tahun ini telah dikaitkan dengan perubahan iklim yang diakibatkan oleh aktivitas manusia.
Perilaku manusia telah dikaitkan dengan meningkatnya konsenstrasi gas rumah kaca di atmosfer. Pada tahun 2017 tercatat adanya lonjakan terbesar tingkat karbon dioksida di atmosfer.
Penebangan hutan dan tak terkendalinya kegiatan industri merupakan dua dari beberapa penyebab semakin tingginya konsentrasi karbon dioksida di bumi ini.
ADVERTISEMENT