3 Hal yang Terjadi pada Manusia Menjelang Kematian

12 Desember 2017 7:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Menjelang Kematian (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Menjelang Kematian (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Tak ada manusia yang abadi. Setiap manusia selalu dihadapkan kepada kematian. Tapi apa yang sebenarnya terjadi pada manusia saat kematian itu datang? Para ilmuwan mencoba untuk menjelaskan apa yang terjadi ketika seseorang meninggal dunia akibat penyakit yang dideritanya.
ADVERTISEMENT
Ketika seseorang memiliki penyakit jangka panjang, biasanya orang tersebut menjauh dari kehidupan sosial pada bulan-bulan sebelum kematian. Ini berarti orang tersebut mungkin kurang tertarik pada aktivitas tertentu, seperti pekerjaan atau pertemuan sosial.
Direktur Perawatan Paliatif di University of Pennsylvania Health System, Dr. Nina O'Connor, mengatakan seringkali orang yang sekarat sangat fokus pada keluarga mereka dan hal-hal penting untuk mereka lakukan sebelum mereka meninggal.
"Selain itu, orang (yang sekarat) cenderung kurang memiliki energi menjelang akhir hayat mereka. Kelelahan ini mendorong mereka untuk tidur lebih banyak. Ada banyak penyebab kelelahan ini. Jika orang tersebut terkena kanker, sel kanker bisa mengonsumsi banyak energi orang tersebut. Juga, pernapasan tidak teratur dapat menyebabkan seseorang memiliki kadar oksigen dan kadar karbon monoksida yang lebih rendah dalam darah dapat menyebabkan kelelahan," kata O'Connor seperti dilansir Live Science.
ADVERTISEMENT
1. Kurang Nafsu Makan
Ilustrasi Kematian (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Kematian (Foto: Pixabay)
Kurangnya energi di dalam tubuh orang yang sekarat bisa terjadi karena kemungkinan orang tersebut makan dan minum lebih sedikit. Akibatnya, mereka tidak mendapatkan cukup kalori untuk berkegiatan secara aktif.
Sedikitnya makanan dan minuman yang dikonsumsi adalah akibat kurangnya nafsu makan. Kurang nafsu makan ini mungkin terjadi bila organ usus tidak berfungsi dengan baik, yang artinya sedang terjadi masalah dalam memproses makanan di dalam perut.
Berkurangnya fungsi indera juga menjadi salah penyebab kurangnya nafsu makan. Rasa dan aroma biasanya merupakan indera pertama yang harus bekerja. Akibatnya makanan dan minuman tidak terasa senikmat sebelumnya.
Selain itu, kondisi tubuh yang stres juga bisa menjadi penyebabnya. Pasalnya, kondisi tubuh yang stres mengakibatkan produksi zat katekolamin dalam darah naik sehingga dapat mengurangi nafsu makan.
ADVERTISEMENT
"Peningkatan katekolamin sering terjadi pada orang-orang menjelang akhir hayat terutama para penderita kanker," kata O'Connor.
Selain penderita kanker, penderita penyakit seperti alzheimer tahap lanjut juga bisa mengalami kondisi kurang makan dan minum. Sebab penyakit mereka itu seringkali menyebabkan mereka mengalami kesulitan fisik dalam menelan, dan bahkan mungkin membuat mereka lupa cara mengunyah dan menelan.
Keadaan tersebut membuat keluarga, kerabat, dan orang-orang di sekitar penderita jadi khawatir. "Dalam budaya kita, kita merawat orang yang kita cintai dengan memberi mereka makan," kata O'Connor.
2. Gerak Tubuh Melambat
Jelang kematian gerak tubuh melambat (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Jelang kematian gerak tubuh melambat (Foto: Pixabay)
Energi yang berkurang akibat kurangnya suplai asupan makanan dapat menyebabkan gerak orang tersebut melambat. Misalnya, mereka mungkin bergerak, berbicara, dan berpikir lebih lambat dari biasanya, dan mereka mungkin juga memerlukan lebih banyak waktu untuk memproses percakapan.
ADVERTISEMENT
"Karena mereka memiliki sedikit energi, tubuh orang tersebut mungkin mengalami kesulitan mengatur suhu, yang berarti warnanya lebih panas atau lebih dingin dari biasanya,” terang O'Connor.
O'Connor menambahkan, obat yang dikonsumsi seseorang yang sekarat, seperti obat penghilang rasa sakit tertentu, mungkin juga bisa memperlambat gerak orang tersebut.
Pada detik-detik terakhir sebelum meninggal, orang tersebut bisa bernapas janggal, yakni menarik napas secara dangkal ataupun dalam secara tak biasa. Tak hanya itu, orang tersebut juga bisa berhenti bernapas dalam sekian waktu jeda.
Jeda yang berlangsung beberapa detik sampai satu atau dua menit, dan itu "bisa menakutkan bagi anggota keluarga mereka yang sedang melihatnya," kata O'Connor.
Namun, perubahan pernapasan ini tampaknya tidak membuat orang yang sekarat itu merasa tidak nyaman, tambahnya.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya, beberapa orang memiliki "death rattle" saat bernapas. Death rattle adalah suara mengerikan yang biasa muncul pada orang-orang yang akan meninggal.
Hal ini terjadi ketika orang tersebut tidak dapat batuk atau menelan dahak yang terbentuk di dada dan tenggorokan. Bunyi suara itu tidak tampak mengganggu pasien, tapi bisa membuat orang-orang yang medengarnya tidak senang.
3. Jantung Berhenti Berdetak dan Aktivitas Listrik di Otak Hilang
Kematian seperti mimpi (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Kematian seperti mimpi (Foto: Pixabay)
Banyak cerita beredar, menjelang kematian, seseorang akan bermimpi melihat cahaya terang di ujung terowongan gelap yang panjang. Beberapa penelitian menyebut pengalaman menjelang kematian hanyalah merupakan bentuk mimpi lainnya. Sementara beberapa penelitian lainnya menghubungkan pengalaman itu sebagai kondisi kekurangan oksigen di otak.
O'Connor menjelasakan ada dua jenis kematian, yakni kematian jantung dan otak. Kematian jantung terjadi saat jantung berhenti berdetak, sedangkan kematian otak terjadi saat tidak ada lagi aktivitas listrik di otak.
ADVERTISEMENT
Untuk kematian jantung, O’Connor mencontohkan pendarahan bisa menjadi penyebabnya. Pasalnya, pendarahan dapat menyebabkan jantung berhenti bekerja karena tidak cukup ada aliran darah yang masuk ke sana.
Sementara untuk kematian otak, cedera neurologis parah lah yang bisa menjadi penyebabnya. Cedera itu mengakibatkan kematian otak, kondisi ketika otak sudah tidak lagi memiliki aktivitas, dan kemudian seluruh organ tubuh pun berhenti bekerja.
Ketika seseorang meninggal, dokter biasanya memeriksa kematian jantung atau kematian otak itu. Definisi dua jenis kematian itu dapat digunakan pada setiap kematian, baik karena penyakit, kecelakaan, ataupun penyebab lainnya.