news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

4 Dampak Hari Tanpa Bayangan di Indonesia

21 Maret 2018 20:01 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tugu Khatulistiwa dari luar (Foto: Flickr)
zoom-in-whitePerbesar
Tugu Khatulistiwa dari luar (Foto: Flickr)
ADVERTISEMENT
Hari Tanpa Bayangan 21 Maret di Indonesia tidak hanya membuat orang-orang yang berada di wilayah ekuator menyaksikan fenomena hilangnya bayangan di bawah kaki mereka, tapi menimbulkan sejumlah dampak lainnya.
ADVERTISEMENT
Berikut empat dampak dari fenomena Hari Tanpa Bayangan yang disebabkan oleh equinox, fenomena astronomi ketika Matahari melintasi garis khatulistiwa pada hari ini (21/3).
1. Hilangnya Bayangan
Tugu Khatulistiwa di Pontianak (Foto: Flickr/baka_neko_baka)
zoom-in-whitePerbesar
Tugu Khatulistiwa di Pontianak (Foto: Flickr/baka_neko_baka)
Sejumlah benda yang memiliki bentuk lurus dan berdiri tegak terlihat tak memiliki bayangan ketika Matahari tepat berada di atas mereka.
Peneliti Pusat Sains Antariksa Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (Pussainsa LAPAN) Rhorom Priyatikanto menjelaskan, “Saat tengah hari, Matahari hampir tepat berada di atas kepala (orang-orang yang berada di wilayah khatulistiwa). Saat itu, tugu atau objek yang berdiri tegak di ekuator akan seperti tidak memiliki bayangan.”
2. Sun Outage
Ilustrasi Sun Outage (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Sun Outage (Foto: Wikimedia Commons)
Sun outage adalah gangguan sinyal satelit yang disebabkan oleh gangguan radiasi sinar Matahari. Gangguan ini terjadi pada sarana komunikasi yang berkaitan dengan satelit-satelit geostasioner, satelit yang mengorbit di atas ekuator.
ADVERTISEMENT
Pada saat equinox, Matahari tepat berada segaris dengan satelit geostasioner tersebut serta penerima satelit di Bumi. Hal ini menyebabkan gelombang sinyal dari satelit ke penerima sinyal terinterferensi oleh gelombang sinar Matahari.
Akibatnya, alat-alat komunikasi seperti ponsel dan televisi yang menggunakan layanan satelit geostasioner tidak berfungsi untuk sementara. “(Sun outage) ini berlangsung kira-kira durasinya 10 menit sampai 30 menit. Tergantung pada antena yang digunakan,” kata Rhorom.
3. Perubahan Musim
Taman musim panas bantaran Hangang (Foto: Dok. Pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Taman musim panas bantaran Hangang (Foto: Dok. Pribadi)
Rhorom mengatakan equinox pada 21 Maret ini menyebabkan Indonesia mengalami perubahan musim dari musim hujan ke musim panas. “Cuma perubahannya tidak serta-merta besok langsung musim panas,” ujarnya.
Tak hanya di Indonesia, berbagai negara lainnya di dunia juga mengalami perubahan musim akibat equinox. “Di negara empat musim (misalnya) kan sekarang sedang musim semi. Musim semi itu kan perubahan dari musim dingin ke musim panas,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
4. Gangguan Sinyal GPS dan Radio
Ilustrasi penggunaan GPS. (Foto: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi penggunaan GPS. (Foto: Shutterstock)
Rhorom menambahkan, masa equinox juga merupakan waktu puncak proses ionisasi di daerah ekuator. “Akibatnya lapisan ionosfer, lapisan plasma di atas sana itu, mengalami penebalan,” ujarnya.
Fenomena penebalan ionosfer ini menimbulkan potensi gangguan terhadap komunikasi radio dan penerimaan sinyal GPS. Sebab, gelombang radio dan GPS melewati medium lapisan ionosfer tersebut.
Namun begitu, Rhorom menegaskan dampak ini bersifat kemungkinan, tidak serta-merta pasti terjadi. “Jadi kalau dekat-dekat waktu equinox itu, kemungkinannya (ada gangguan tersebut) lebih tinggi,” katanya.
Karena Hari Tanpa Bayangan terjadi akibat equinox alias pergerakan Matahari, Rhorom memaparkan Hari Tanpa Bayangan tidak hanya bisa terjadi hari ini dan juga tidak hanya bisa dirasakan di Pontianak dan daerah-daerah khatulistiwa lainnya.
ADVERTISEMENT
Hari Tanpa Bayangan juga bisa terjadi pada hari-hari lain dan di kota-kota lain. Untuk di Jakarta, misalnya, Hari Tanpa Bayangan bisa dirasakan tanggal 5 Maret dan 9 Oktober. Adapun untuk di Denpasar adalah tanggal 26 Februari dan 16 Oktober.
Sementara untuk di Sabang, misalnya, dapat dirasakan awal bulan depan, tepatnya pada 5 April, dan 8 September mendatang.
Hari Tanpa Bayangan  (Foto: LAPAN )
zoom-in-whitePerbesar
Hari Tanpa Bayangan (Foto: LAPAN )