49% Penderita Hipertensi Meninggal Akibat Penyakit Jantung

22 Februari 2018 13:18 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Risiko lembur pengaruhi jantung (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Risiko lembur pengaruhi jantung (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Hipertensi atau tekanan darah tinggi masih menjadi salah satu penyakit yang paling mengancam nyawa manusia saat ini. Penyakit yang merupakan gangguan pada sistem peredaran darah hingga menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas nilai normal itu, terus membayangi para penderitanya.
ADVERTISEMENT
Menurut Indonesian Society of Hypertension (InaSH), data mencatat tren jumlah penyakit hipertensi masih dan terus meningkat, bahkan laporan BPJS pada akhir 2017 menunjukkan berbagai penyakit yang berkaitan dengan hipertensi langsung seperti gagal ginjal, stroke, dan penyakit jantung, merupakan penyakit katastropik yang menyita biaya negara dalam jumlah sangat besar.
Dokter Tunggul D. Situmorang, SpPD-KGH, menyatakan hipertensi merupakan biang masalah semua kerusakan organ yang punya pembuluh darah, terutama untuk jantung, ginjal, dan otak. Bahkan, ia mengungkapkan 49 persen penderita hipertensi di Indonesia meninggal akibat serangan jantung.
"Urutan sindroma metabolik: dari diabetes dan hipertensi, kemudian kerusakan jantung, kebocoran ginjal, memburuknya fungsi ginjal, jantung menjadi serangan jantung, kemudian gagal ginjal dan jantung," papar Tunggul, dalam acara pertemuan tahunan InaSH, di Jakarta, Kamis (22/2).
ADVERTISEMENT
Menurutnya, semakin tinggi hipertensi, kerusakan ginjal akan semakin cepat, namun bila tekanan darah bisa diturunkan, gagal ginjal bisa dicegah.
Jadi Penyebab Terbesar Gagal Ginjal
Tekanan darah tinggi memang menjadi penyebab terbesar gagal ginjal di Indonesia. Pencegahan merupakan kunci utama untuk mengatasi penyakit ini, dengan mengendalikan hipertensi dan faktor risiko yang ada misalnya gula, lipid, kegemukan, dan perokok.
Data InaSH mengungkapkan dengan menjalani terapi antihipertensi, bisa mengurangi stroke sebanyak 35 sampai 40 persen dan gagal jantung hingga 50 persen.
dr Tunggul D. Situmorang, SpPD-KGH. (Foto: Zahrina Yustisia/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
dr Tunggul D. Situmorang, SpPD-KGH. (Foto: Zahrina Yustisia/kumparan)
"Hipertensi yang tidak terkendali dapat merusak semua organ yang memiliki pembuluh darah, salah satunya dapat menyebabkan gangguan fungsi ginjal yang menimbulkan GGK (Gagal Ginjal Kronik). Untuk pengobatan, dapat dilakukan TPG (Terapi Pengganti Ginjal) berupa dialisis seperti cuci darah, CAPD (Continuous Ambulatory Peritoneal Dialisis) atau transplantasi ginjal," jelas Tunggul.
ADVERTISEMENT
Ia memaparkan, pengobatan harus dilakukan untuk mencapai target tekanan darah sesuai yang dianjurkan dalam panduan. Tentunya didukung dengan perubahan pola hidup sehari-hari, seperti berhenti merokok, mencegah kegemukan, olahraga teratur selama 40 menit, dan pengendalian faktor-faktor risiko diabates dan kolesterol.
Merokok (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Merokok (Foto: Pixabay)
Selain itu, para penderita juga bisa melakukan diet DASH (Diet Against Systolic Hypertension) dengan asupan garam yang tidak melebihi 2,4 gram per hari dan rutin mengonsumsi buah dan sayuran.