Akibat Serangan dan Blokade Israel, Air di Gaza Jadi Beracun

7 Mei 2018 19:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kota Gaza (Foto: AFP/Mohammed Abed)
zoom-in-whitePerbesar
Kota Gaza (Foto: AFP/Mohammed Abed)
ADVERTISEMENT
Serangan beruntun dari tentara Israel dan blokade perbatasan yang dilakukan oleh Mesir dan Israel membuat Gaza tidak bisa memproses air dan sampah mereka.
ADVERTISEMENT
Air yang dikonsumsi oleh warga Gaza kini adalah air tanah yang sudah tercemar oleh air pembuangan rumah sakit, pertanian, dan industri. Air ini kemudian dipompa kembali untuk dipakai oleh warga.
Akibat kondisi konflik yang benar-benar membatasi kehidupan Gaza ini, sebagaimana dilansir The Conversation, kini 90 persen air di Gaza dianggap telah tercemar dan tak layak minum karena telah melebihi ketentuan tingkat salinitas dan klorida yang ditentukan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World Heath Organization/WHO).
Masker gas Warga Gaza. (Foto: REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa)
zoom-in-whitePerbesar
Masker gas Warga Gaza. (Foto: REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa)
Ironi Dua Negara
Tak jauh dari Gaza, hanya beberapa ratus meter dari perbatasan Israel dan Palestina, terdapat pertanian milik Israel yang memproduksi tanaman herbal untuk diekspor ke Eropa. Air untuk memproduksi tanaman ini didapatkan dari hasil menyedot Danau Tiberias.
ADVERTISEMENT
Sementara di Gaza, warga mengakali kesulitan air yang menimpa mereka dengan menggunakan filter air, perebus air, atau alat desalinasi sederhana yang dipasang di bawah wastafel atau di tempat pengolahan air mereka.
Dalam kondisi yang penuh keterbatasan ini, dokter, perawat, dan kru pemeliharaan air di Gaza pun hanya bisa mencoba menyelesaikan masalah air ini dengan alat-alat seadanya yang mereka miliki.
Sayangnya, meski mereka telah berusaha melakukan pengolahan air, sumber-sumber air yang diolah ini tetap tak tidak terjaga higienitasnya, sehingga seringkali dipenuhi dengan kuman.
Masker gas Warga Gaza. (Foto: REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa)
zoom-in-whitePerbesar
Masker gas Warga Gaza. (Foto: REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa)
Masalah yang Lebih Gawat
Masalah lain yang lebih gawat dari keadaan di Gaza ini adalah berkaitan dengan limbah air dari rumah sakit, yakni limbah tersebut mengandung antibiotik. Antibiotik memang sering digunakan oleh dokter untuk merawat warga yang terluka akibat serangan tentara ataupun untuk anak-anak yang rentan terkena penyakit.
ADVERTISEMENT
Antibiotik yang mencemari air inilah yang menyebabkan munculnya superbugs, bakteri berbahaya yang imun terhadap antibiotik, sehingga bila air yang mengandung superbugs digunakan untuk mengobati infeksi, maka infeksi justru akan semakin parah dan organisme penyebab infeksi ini tidak bisa diobati lagi dengan antibiotik.
Keadaan serbasulit di Gaza ini menyebabkan kondisi yang disebut sebagai biosphere of war atau biosfer peperangan.
Istilah biosfer peperangan ini mengacu pada interaksi semua makhluk hidup dengan sumber daya alam yang menopang mereka. Akibat peperangan dan blokade, maka segala kebutuhan manusia pun terpengaruh, termasuk mengakibatkan air yang tercemar, udara yang penuh polusi, dan tanah yang kehilangan kesuburan.
Suasana di Gaza, Palestina. (Foto: Reuters/Mohammed Salem)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana di Gaza, Palestina. (Foto: Reuters/Mohammed Salem)
Dalam keadaan seperti ini, bantuan konvensional seperti ambulans dan tanki air hanya akan membantu warga Gaza untuk sementara. Menurut Mark Zeitoun, Professor Water Security dari University of East Anglia dan Ghassan Abu Sitta, pendiri Conflict Medicine Program dari American University of Beirut, para donor yang ingin membantu Palestina harus membuat program-program yang berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Di antaranya adalah dengan melatih para dokter dan perawat, menyediakan lebih banyak obat-obatan, serta dukungan infrastruktur untuk layanan kesehatan dan air. Dan yang lebih penting lagi, adanya perlindungan terhadap sumbangan para donor ini agar tidak dihancurkan saat perang.