Albert Einstein dan Stephen Hawking

7 Mei 2017 18:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Albert Einstein dan Stephen Hawking. (Foto: Wikimedia Commons.)
Sains berkembang karena mereka, para ilmuwan yang dianugerahi dengan kecerdasan di atas rata-rata dan bergerak untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Seperti misalnya Stephen Hawking dan Albert Einstein, dua jenius yang bergerak untuk mengembangkan ilmu pengetahuan fisika dan matematika.
ADVERTISEMENT
Karya penemuannya yang luar biasa dalam pengembangan teori black hole dan relativitas, Stephen Hawking berhasil menyabet beberapa penghargaan dan pelantikan, seperti misalnya ditunjuk sebagai Commander ot the British Empire dan mendapatkan U.S. Presidential Medal of Freedom. Penyakit Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS) yang menyerang dirinya saat di tahun pertama studi di Cambridge University tak lantas membuat ia berhenti untuk berkarya dan memberikan sumbangsih untuk ilmu pengetahuan.
Tak hanya masalah keterbatasan fisik, Hawking pun sempat dianggap ‘anak biasa’ dan dianggap ‘tidak mampu’ karena tidak bisa membaca di umur delapan tahun, bahkan nilainya tak pernah lebih dari batas bawah. Namun, seluruh anggapan dan keterbatasan ini mampu mendorong dia untuk berkarya lebih cemerlang.
ADVERTISEMENT
Sumbangsihnya secara nyata ada dalam rupa Hawking’s Equation, sebuah formula yang melibatkan kecepatan cahaya (c), konstanta Newton (G), dan variabel lain untuk menghitung emisi berupa radiasi termal yang ada di lubang hitam --yang kini disebut sebagai radiasi Hawking. Penemuan ini membuat kariernya terus meningkat tajam dan membuatnya terus berkarya di bidang astronomi, utamanya dalam lingkup stardom. Terkait dengan formula ini, Hawking ingin rumusnya dipahat di atas nisan kuburnya nanti saat ia tiada.
Hawking's equation. (Foto: Wikimedia Commons.)
Begitu dekat dan pakar dalam segala bentuk ilmu pengetahuan alam, Stephen Hawking kemudian menelurkan nukilan brilian dalam rupa buku yang diberi tajuk A Brief History of Time, sebuah buku yang sengaja ditulis untuk membantu menjawab pertanyaan awam mengenai bagaimana jagad raya tercipta, awal mula penciptaan, apakah ada akhir dari kehidupan jagad raya; dan bila ada, bagaimana?
ADVERTISEMENT
Segala bentuk pertanyaan tersebut diakomodir dalam buku Hawking. Seluruh rangkaian penjelasan yang didaraskan Hawking tersebut merupakan bagian dari deep science; dengan deretan konsep yang begitu luas dan kompleks. Kemampuan Hawking untuk membuat formulasi dan memahami konsep dan subyek rumit seperti misalnya alternate dimension, kerap mengundang decak kagum terhadap dirinya. Bagi Hawking, perjalanan untuk formulasi dan memahami deretan konsep ini menghasilkan sebuah pemahaman yang bisa jadi merupakan kilasan tentang pikiran Tuhan.
Setelah sukses dengan buku A Brief History of Time, Hawking kembali menelurkan sebuah nukilan yang diberi judul tak jauh berbeda dengan buku pertamanya: A Briefer History of Time, sebuah buku yang hendak menjawab pertanyaan awam mengenai peran Tuhan dalam penciptaan, sejarah, dan tentunya masa depan jagad raya. Buku ini memberikan klarifikasi dan penjelasan terhadap subyek-subyek rumit yang sempat ia singgung di buku pertamanya, serta memberikan penjelasan terkait perkembangan terbaru dari teorinya tersebut.
Stephen Hawking. (Foto: Reuters/Mike Hutchings)
Untuk menghormati karya dan pemikirannya yang luar biasa, sebuah film dengan judul The Teory of Everything pun ditayangkan pada tahun 2014. Film ini bercerita tentang kehidupan dan kisah romantis dengan sang istri.
ADVERTISEMENT
Kemampuan luar biasa Hawking betul sahih dalam mengembangkan dunia ilmu pengetahuan, utamanya astrofisika. Tak heran, ia pun disinggung ‘serupa tapi tak sama’ dengan Einstein, ilmuwan yang lebih dahulu ada dan mengembangkan ilmu pengetahuan.
Albert Einstein lahir di Ulm, Jerman, pada tahun 1879. Seperti anggapan yang diterima oleh Hawking, Einstein pun sempat dianggap sebagai anak biasa yang bahkan tidak mampu untuk belajar. Namun, tentu ini tak membuat ia berhenti untuk ulet belajar.
Di tahun 1896, Einstein masuk ke Swiss Federal Polytechnic School di Zurich untuk menjadi seorang tenaga pengajar di bidang fisika dan matematika. Ia pun kemudian diterima menjadi asisten teknis untuk Swiss Patent Office, lalu berhasil mendapatkan gelar doktoral pada tahun 1905.
ADVERTISEMENT
Selama di Swiss Patent Office, Einstein banyak melakukan riset dan menciptakan karya, sehingga akhirnya ia ditunjuk sebagai Professor Extraordinary (profesor dengan karya luar biasa) di Zurich. Seakan tak cukup satu, ia kembali menerima gelar Professor di bidang teori fisika dari Prague. Lalu, Einstein lantas berpindah ke Amerika Serikat dan menerima gelar Professor dari Princeton.
Pada awalnya berkarya, Einstein menyadari adanya kekurangan pada teori Newton yang berbicara mengenai relativitas. Dengan mencocokkan hukum mekanika dan hukum elektromagnetik, Einstein pun mengembangkan teori relativitas. Ia kerap berhadapan dengan ragam masalah mekanika statistik dan teori kuantum yang akhirnya menjadi cikal bakal penjelasan mengenai perpindahan dan gerak molekul yang disebut dengan gerak Brown.
Albert Einstein. (Foto: Wikimedia Commons.)
Di tahun 1916, Einstein mempublikasikan tulisan ilmiah terkait teori relativitas. Dalam jangka waktu ini, Einstein juga turut berkontribusi dalam penyelesaian teori radiasi dan mekanik statistik. Di tengah tahun 1920-an, Einstein pun turut berkontribusi dengan mengerjakan interpretasi probabilitas dari teori kuantum dan formulasi ilmu mekanik statistik dalam pengembangan teori kuantum dalam gas monoatomik. Karyanya yang signifikan juga berbicara tentang hubungan antara probabilitas transisi atomik dengan kosmologi relativistik yang berbicara tentang Semesta yang terus mengembang sejalan dengan teori relativitas.
ADVERTISEMENT
Karena karya-karyanya yang signifikan dalam ilmu pengetahuan, ia dianugerahi gelar doktor dengan kehormatan di bidang ilmu pengetahuan alam, pengobatan, dan filsafat dari berbagai universitas di Amerika dan Eropa. Ia juga mendapatkan Copley Medal of the Royal Society of London pada 1925 dan Franklin Medal dari Franklin Institute pada 1935.
Atas karya dan pemikiran yang luar biasa, sebuah serial dengan judul Genius yang tayang di saluran TV National Geography pun ditayangkan. Serial ini menceritakan tentang kisah hidupnya yang juga dibingkai dalam nuansa romantis bersama Mileva.
Melihat karya-karya besar yang telah ditelurkan, baik Hawking maupun Einstein telah banyak memberikan sumbangsih dan pengetahuan luar biasa bagi masyarakat dunia. Bila tidak ada keduanya, mungkin akan ada banyak pertanyaan mendasar mengenai bagaimana dunia tercipta yang akhirnya tak terjawab. Inovasi pun bisa jadi akan terhambat. Melalui berbagai teori dan formula gubahannya, Hawking dan Einstein menjadi sosok penting dalam perkembangan dunia dan ilmu pengetahuannya.
ADVERTISEMENT