Andalkan Para Nenek, Program Terapi Depresi Ini Siap Mendunia

21 Februari 2019 14:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Program terapi depresi Friendship Bench Foto: Facebook  @friendshipbenchzimbabwe
zoom-in-whitePerbesar
Program terapi depresi Friendship Bench Foto: Facebook @friendshipbenchzimbabwe
ADVERTISEMENT
Seorang psikiater di Zimbabwe, Dr. Dixon Chibanda, memiliki inovasi unik untuk menangani depresi yang diderita oleh banyak warga di negaranya. Inovasi ini dia buat untuk mengatasi kesenjangan pada para anak muda di sana yang kesulitan mendapatkan akses untuk menemui psikiater guna berkonsultasi mengenai masalah kesehatan mental mereka.
ADVERTISEMENT
Ide yang dibuat oleh Chibanda ini melibatkan banyak nenek di Zimbabwe. Chibanda mengatakan ide ini tercetus pada 2007 setelah dia menyaksikan beberapa pasien mudanya gantung diri di pohon setelah tak lagi berkonsultasi secara rutin dengan dirinya.
Ilustrasi gantung diri. Foto: Pixabay/Bykst
Menurut Chibanda, pasien-pasien mudanya itu tidak lagi menjumpai dan berkonsultasi dengan dirinya karena mereka tak memiliki uang sebanyak 15 dolar AS atau sekitar Rp210.000 untuk ongkos mereka naik bus dari tempat tinggal mereka ke tempat praktik Chibanda.
Ya, seperti kebanyakan negara berpenghasilan rendah lainnya, Zimbabwe tak memiliki tenaga profesional dengan jumlah memadai untuk menangani warganya yang menderita penyakit mental. Bayangkan saja, dengan jumlah penduduk mencapai 16,5 juta, Zimbabwe hanya memiliki 12 psikiater yang terlatih, termasuk Chibanda.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, banyak penderita depresi di negeri itu terpaksa perlu bepergian jauh demi menjumpai psikiater “terdekat” dari tempat mereka.
Ilustrasi depresi. Foto: Pixabay
Kondisi ini membuat Chibanda prihatin dan perlu putar otak. Dari sini, ia kemudian mengembangkan sebuah sistem konsultasi yang melibatkan para terapis dari komunitas masyarakat. “Ide ini tiba-tiba terbit di kepala saya bahwa salah satu sumber daya yang paling bisa diandalkan di Afrika adalah para nenek,” kata Chibanda, sebagaimana dikutip dari TIME.
Berbekal potensi sumber daya manusia --kebijaksanaan para nenek-- yang melimpah di masyarakat Zimbabwe, Chibanda kemudian membentuk organisasi bernama Friendship Bench. Organisasinya ini kini telah dan sedang melatih ratusan nenek di Zimbabwe untuk bisa melakukan terapi pemecahan masalah (problem-solving), bermain peran (role playing), dan aktivasi perilaku (behavior activation).
ADVERTISEMENT
Setelah dilatih, para nenek itu kemudian bisa berperan sebagai terapis depresi. Dan seperti namanya, sesi terapi yang dibuat organisasi ini dilakukan di sebuah bangku kayu panjang (bench) di luar rumah yang disebut sebagai Bangku Persahabatan (Friendship Bench).
Ilustrasi bangku terapi depresi Friendship Bench Foto: FriendshipBench.org
Dampak dari sesi terapi anak-anak muda bersama para nenek ini telah Chibanda teliti. Hasilnya, sebagaimana telah dipublikasikan di JAMA pada 2016, sesi terapi yang sangat inovatif ini terbukti memberikan banyak manfaat positif.
Menurut Chibanda, para nenek tidaklah seperti anggota masyarakat lainnya yang cenderung tidak sabar mendengarkan para pasien depresi dan cenderung memaksa dan mengarahkan para pasien kepada solusi-solusi versi mereka sendiri, bukan solusi pribadi dari para pasien.
Para nenek, seperti yang dibilang Chibanda, kerap bisa menjadi aset terbaik untuk mengurangi penyakit depresi di seluruh dunia karena mereka cenderung lebih sabar untuk mendengarkan dan membimbing pasien depresi untuk menemukan solusi sendiri.
ADVERTISEMENT
Di Zimbabwe, depresi adalah penyakit mental yang cukup terkenal dan jamak ditemukan. Dalam bahasa lokal Zimbabwe, depresi disebut juga sebagai kufungisisa, yang artinya adalah “kebanyakan mikir” atau “terlalu banyak memikirkan masalah”.
Meski penyakit depresi sangat populer dan jamak ditemukan di Zimbabwe, negara itu sayangnya cuma punya sedikit psikiater seperti yang telah disebutkan di atas.
Kondisi seperti ini tidak hanya dijumpai di Zimbabwe, tapi juga di banyak negara berkembang lainnya. Oleh karena itu, kini Chibanda sedang mengembangkan program Friendship Bench ini ke empat negara lainnya di selatan Afrika.
Tidak hanya di Afrika, Chibanda juga berusaha mengenalkan program Friendship Bench ke Amerika dan Eropa. Pada Januari lalu misalnya, Chibanda telah membawa program ini ke Davos, Swiss. Selain itu, ia juga telah membawanya ke New York City, AS.
ADVERTISEMENT
Chibanda ingin programnya ini bisa mendunia sehingga dapat mengatasi lebih banyak penyakit depresi yang dewasa ini menjadi masalah yang merenggut banyak korban jiwa dan menyebabkan banyak kerugian finansial di seluruh dunia.
“Mimpi saya adalah mengembangkan program ini menjadi lebih besar,” katanya kepada TIME. “Dengan sesuatu yang sederhana, kami ingin membuat sebuah perubahan di dunia.”