Apa Itu Penyakit Dekompresi yang Diduga Renggut Nyawa Syachrul Anto?

3 November 2018 13:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Syachrul Anto, penyelam Indonesian diver rescue team. (Foto: Facebook/Syachrul Anto)
zoom-in-whitePerbesar
Syachrul Anto, penyelam Indonesian diver rescue team. (Foto: Facebook/Syachrul Anto)
ADVERTISEMENT
Seorang penyelam dari Indonesian Diver Rescue Team yang menjadi relawan Basarnas meninggal dunia saat berupaya mengevakuasi korban dan serpihan pesawat Lion Air di perairan Karawang, Jawa Barat, Jumat (2/11). Penyelam yang diketahui bernama Syachrul Anto ini diduga meninggal akibat penyakit dekompresi.
ADVERTISEMENT
"Iya, betul (ada penyelam yang meninggal). Kita sedang berduka," ucap salah seorang anggota Basarnas saat dikonfirmasi kumparan, Sabtu (3/11).
Sebenarnya apa itu penyakit dekompresi? Mengapa penyakit ini sampai merenggut nyawa Syachrul Anto?
Dikutip dari presentasi kuliah Dr. Louis Kwandou Sp.S(K) dari Fakultas Kedokteran Universitas Hasanudin yang berjudul Penyakit Dekompresi, penyakit dekompresi (PD) adalah penyakit atau kelainan yang disebabkan oleh pelepasan dan pengembangan gelembung-gelembung gas dari fase larut di dalam darah dan jaringan tubuh.
Penyakit ini timbul akibat perubahan tekanan barometrik yang cepat, biasanya berupa penurunan tekanan udara di sekitar (dekompresi) secara tiba-tiba. Kondisi ini biasanya terjadi pada para penyelam.
Berdasarkan berat ringannya gejala, penyakit dekompresi ini terbagi menjadi dua tipe. Penyakit dekompresi tipe I muncul dengan gejala nyeri sendi, bengkak kemerahan pada sendi, dan gatal-gatal. Sementara penyakit dekompresi tipe II atau juga disebut sebagai penyakit dekompresi serius, timbul berupa gangguan pada susunan saraf pusat, telinga dalam, jantung, paru-paru, dan bahkan bisa menyebabkan kematian.
ADVERTISEMENT
Tahun lalu kumparan pernah berbincang dengan Begeng, salah seorang penyelam amatir, yang mengatakan bahwa tak sedikit kawan-kawannya yang sesama penyelam amatir menjadi lumpuh bahkan meninggal akibat penyakit dekompresi yang serius ini.
Syachrul Anto Idrus dan istrinya. (Foto: Dok. Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Syachrul Anto Idrus dan istrinya. (Foto: Dok. Istimewa)
Pertanyaannya, mengapa para penyelam rawan mengalami penyakit dekompresi?
Masih mengutip dari sumber dokumen yang sama, ketika seseorang menyelam, semakin dalam ia menyelam maka tekanan parsial nitrogen di dalam tubuhnya juga akan semakin meningkat. Nitrogen ini kemudian akan larut ke dalam darah dan jaringan tubuhnya.
Oleh karena itu, saat kembali naik ke permukaan, penyelam perlu naik secara bertahap dan perlahan-lahan agar tekanan gas di tubuhnya juga turun secara perlahan. Dengan naik ke permukaan secara bertahap, maka tekanan parsial gas di paru-parunya akan menjadi lebih rendah secara perlahan sehingga darah melepas gas ke paru-paru untuk membuangnya.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi apabila dekompresi (penurunan tekanan udara) berlangsung secara cepat, gelembung gas dalam jaringan dan darah tidak dapat keluar dengan cepat dan teratur sehingga meninggalkan gas di dalam darah dan jaringan itu karena tidak cukup waktu bagi paru-paru untuk mengeluarkan gas tersebut.
Kondisi inilah yang kemudian menyebabkan penyakit dekompresi. Sebab, gelembung-gelembung gas dalam darah dan jaringan tubuh yang tidak sempat dibuang ini dapat menyumbat pembuluh darah dan menyebabkan kerusakan pada berbagai jaringan tubuh, dan bahkan, sebagaimana telah disebutkan di atas, hingga menyebabkan kematian.
Syachrul Anto, penyelam Indonesian diver rescue team. (Foto: Facebook/Syachrul Anto)
zoom-in-whitePerbesar
Syachrul Anto, penyelam Indonesian diver rescue team. (Foto: Facebook/Syachrul Anto)