news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Apa Saja Penyebab Kematian Terbesar di Seluruh Dunia?

20 September 2017 8:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Kematian (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Kematian (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Sebuah laporan menyebutkan orang-orang di seluruh di dunia hidup lebih lama. Laporan yang yang dikutip oleh Live Science pada pekan lalu itu juga mengungkapkan, secara keseluruhan angka kematian akibat penyakit menular dan kelahiran prematur menurun. Akan tetapi, angka kematian akibat penyakit jantung, konflik, dan terorisme justru terus meningkat.
ADVERTISEMENT
Laporan yang dinamakan sebagai studi Global Burden of Disease itu meneliti keadaan kesehatan dunia dengan memperkirakan rata-rata harapan hidup serta jumlah kematian, penyakit, dan luka akibat lebih dari 330 penyebab di 195 negara dan teritorial. Global Burden of Disease sendiri adalah studi yang dikoordinasikan oleh Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) di University of Washington di Seattle dan melibatkan lebih dari 2.500 kolaborator dari 130 negara dan wilayah.
Dalam laporan tersebut disebutkan, rata-rata harapan hidup global saat ini adalah 72,5 tahun (75,3 tahun untuk wanita dan 69,8 tahun untuk pria). Angka itu naik dari rata-rata harapan hidup pada tahun 1990 yang sebesar 65,1 tahun dan rata-rata harapan hidup pada tahun 1970 yang hanya sebesar 58,4 tahun.
ADVERTISEMENT
Dari seluruh dunia, negara yang memiliki harapan hidup paling tinggi pada tahun 2016 adalah Jepang, yakni 83,9 tahun. Adapun negara yang memiliki harapan hidup paling rendah adalah Republik Afrika Tengah, yakini 50,2 tahun.
Hari Penghormatan Orang Lanjut Usia di Jepang (Foto: REUTERS/Toru Hanai)
zoom-in-whitePerbesar
Hari Penghormatan Orang Lanjut Usia di Jepang (Foto: REUTERS/Toru Hanai)
Laporan tersebut juga menyebutkan, selama tahun 2016 tercatat ada 54,7 juta kematian di seluruh dunia. Hampir tiga perempat (72,3 persen) dari kematian tersebut berasal dari apa yang disebut sebagai "penyakit-penyakit yang tidak menular” atau penyakit-penyakit yang tidak dapat diteruskan dari orang ke orang, termasuk penyakit jantung, stroke, dan kanker.
Sisanya, sekitar 19 persen kematian pada tahun 2016 berasal dari penyakit menular, penyakit maternal (yang terjadi saat kehamilan dan persalinan), penyakit neonatal (yang terjadi sekitar masa bayi baru lahir) dan penyakit nutrisi (termasuk kekurangan gizi); dan sekitar 8 persen kematian berasal dari luka-luka.
ADVERTISEMENT
Sejak tahun 2006 hingga 2016, jumlah kematian akibat penyakit menular (communicable), maternal, neonatal, dan nutrisi (yang peneliti sebut sebagai "CMNN”) menurun hampir 24 persen. Secara khusus, ada kemajuan substansial dalam mengurangi angka kematian pada anak-anak di bawah usia 5 tahun yang sering meninggal karena infeksi pernapasan atau komplikasi sejak awal kelahiran.
Pada 2016, untuk pertama kalinya dalam sejarah modern, angka kematian pada anak di bawah usia 5 tahun turun di bawah angka 5 juta. Angka tersebut jauh lebih kecil dibanding dengan 11 juta kematian pada kelompok usia yang sama di tahun 1990 dan 16,4 juta kematian pada kelompok usia yang sama di tahun 1970.
Soleh balita gizi buruk. (Foto: Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Soleh balita gizi buruk. (Foto: Istimewa)
Laporan tersebut juga mengungkapkan, kematian akibat HIV/AIDS di kalangan anak-anak dan orang dewasa telah menurun sebesar 46 persen sejak tahun 2006. Begitu pula kematian akibat malaria yang tercatat telah menurun sebesar 26 persen sejak tahun 2006.
ADVERTISEMENT
Namun meski angka kematian akibat penyakit menular menurun, angka kematian akibat penyakit tidak menular justru meningkat sebesar 16 persen dari tahun 2006 sampai 2016, yang berarti ada tambahan 5,5 juta kematian dari kondisi ini pada tahun 2016 dibanding pada 10 tahun sebelumnya.
Penyakit jantung iskemik disebut sebagai salah satu penyebab kematian terbesar yang mengakibatkan hampir 9,5 juta kematian pada tahun 2016. Angka itu meningkat 19 persen dibanding tahun 2006.
Selain penyakit jantung iskemik, diabetes juga menyebabkan angka kematian yang besar pada tahun 2016, yakni 1,4 juta kematian. Angka itu juga meningkat, yakni sebesar 31 persen dibanding tahun 2006.
Bertubuh kurus juga rentan terkena diabetes. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Bertubuh kurus juga rentan terkena diabetes. (Foto: Thinkstock)
Dalam jurnal The Lancet edisi 14 September, para peneliti laporan tersebut menuliskan, "Pola kesehatan global berubah dengan jelas, dengan penurunan kondisi CMNN yang lebih cepat daripada penyakit dan luka lainnya."
ADVERTISEMENT
Meskipun pengurangan kematian akibat CMNN "dapat dipuji”, para peneliti menyatakan temuan tersebut menunjukkan bahwa penyakit tidak menular "yang menyebabkan kematian yang sangat besar pada orang dewasa muda dan dewasa setengah baya, perlu mendapat prioritas kebijakan yang jauh lebih besar.”
Selain akibat penyakit tak menular, kematian akibat konflik dan terorisme juga perlu diperhatikan.
Angka kematian akibat konflik dan terorisme tercatat telah meningkat secara signifikan, yakni mencapai 150.500 kematian pada tahun 2016 atau telah meningkat sebesar 143 persen sejak tahun 2006. Menurut para peneliti, sebagian besar dari kenaikan ini merupakan hasil konflik di wilayah Afrika Utara dan Timur Tengah.
Konflik di Aleppo, Suriah (Foto: Reuters/Omar Sanadiki)
zoom-in-whitePerbesar
Konflik di Aleppo, Suriah (Foto: Reuters/Omar Sanadiki)
Selain konflik dan terorisme, angka kematian akibat penggunaan opioid, amfetamin, dan penyalahgunaan obat-obatan lainnya juga tercatat meningkat di beberapa lokasi, terutama di negara-negara berpenghasilan tinggi. Secara keseluruhan, para peneliti menuliskan ada 1,1 miliar orang di seluruh dunia yang memiliki beberapa jenis gangguan kesehatan mental atau gangguan penggunaan zat terlarang.
ADVERTISEMENT
"Temuan kami menunjukkan orang-orang hidup lebih lama dan, dalam dekade terakhir, kami mengidentifikasi kemajuan substansial dalam menurunkan tingkat kematian dari beberapa penyakit dan kondisi paling merusak di dunia, seperti angka kematian di bawah usia 5 tahun dan malaria," kata Dr. Christopher Murray, direktur IHME yang menjadi penulis laporan tersebut dalam sebuah pernyataan.
Meski begitu, Murray mewanti-wanti, ”Terlepas dari kemajuan ini, kita menghadapi 'tiga serangkai masalah' yang menahan banyak negara dan masyarakat --obesitas, konflik, dan penyakit mental, termasuk gangguan penggunaan zat (terlarang)."
Ilustrasi narkoba.  (Foto: Andina Dwi Utari/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi narkoba. (Foto: Andina Dwi Utari/kumparan)