Apa yang Terjadi pada Kesadaran Diri Kita Setelah Meninggal Dunia?

13 Februari 2018 17:42 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kematian (Foto: Reuters/Ivan Alvarado)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kematian (Foto: Reuters/Ivan Alvarado)
ADVERTISEMENT
Secara medis, kematian ditandai dengan jantung yang berhenti berdetak, darah yang yang berhenti mengalir, napas yang berhenti berembus, dan otak yang berhenti bekerja.
ADVERTISEMENT
Secara filosofis, pengertian terhadap kematian berbeda lagi. Kematian dianggap sebagai sesuatu yang setelah kita lewati, tidak akan bisa kembali lagi.
Lima puluh tahun yang lalu, baik secara medis maupun filosofis, pandangan kita terhadap kematian masih sama sampai ditemukan metode cardiopulmonary resuscitation (CPR). Metode ini bisa membuat detak jantung yang sudah berhenti, kembali berdetak. Apakah itu berarti seseorang kembali dari kematian?
Dulu, secara ilmiah dikatakan, ketika seseorang meninggal dunia, maka kesadarannya pun ikut mati bersama dengan tubuhnya.
Namun, beberapa tahun yang lalu, penelitian menemukan bukti bahwa ketika kita meninggal dunia, maka butuh waktu beberapa saat sampai sel-sel otak kita ikut mati. Sehingga, bisa jadi ketika tubuh kita mati, sel-sel otak kita mungkin belum ikut mati.
ADVERTISEMENT
“Yang lebih menarik adalah ada satu masa, hanya setelah saya dan kamu meninggal, sel-sel di dalam tubuh kita secara bertahap akan mulai melalui proses kematian mereka sendiri,” kata Dr. Sam Parnia, kepala dari critical care and resuscitation research di New York University Langone Medical Center, dilansir Newsweek.
“Saya tidak bilang otak atau bagian tubuh kita yang lain masih bekerja setelah kita meninggal. Tapi sel-sel dalam tubuh tidak seketika akan langsung mati.”
Sel-Sel Tubuh Mati secara Bertahap
Parnia menjelaskan, sel-sel tersebut sebenarnya lebih tahan terhadap apa yang terjadi ketika detak jantung berhenti daripada yang selama ini kita pikirkan.
Peter Noble, dosen mikrobiologi di University of Washington, dan timnya pernah melakukan penelitian untuk mengamati gen apa yang masih aktif dalam tubuh makhluk hidup yang telah mati.
Jelang kematian gerak tubuh melambat (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Jelang kematian gerak tubuh melambat (Foto: Pixabay)
Dalam studi yang telah dipublikasikan pada tahun 2017 di jurnal Open Biology itu, mereka menggunakan tikus dan ikan zebra dan menemukan sebanyak 1.063 gen yang masih aktif setelah mati. Sebagian gen tersebut bahkan aktif selama empat hari. Bukan hanya masih aktif, melainkan juga ada peningkatan aktivitas.
ADVERTISEMENT
“Kami tidak mengantisipasi hal tersebut,” kata Noble dilansir Newsweek. “Bisa kamu bayangkan, dalam 24 jam setelah meninggal, kamu mengambil sampelnya dan menemukan bahwa ada transkrip gen yang meningkat? Ini benar-benar mengejutkan.”
Cukup banyak dari gen tersebut yang merupakan gen pertumbuhan, kata Noble. Hal ini menunjukkan adanya kemungkinan segera setelah kita mati, kondisi sel-sel kita sama dengan kondisi sel-sel pada saat kita masih berupa embrio.
Noble menemukan pada beberapa hewan, sel-selnya masih bekerja setelah mati. Hal ini menunjukkan, ketika kita meninggal, bukan berarti seluruh bagian dari manusia akan ikut mati dalam satu waktu, melainkan secara bertahap.
Namun mengapa waktu kematian pada setiap sel berbeda-beda belum bisa dijelaskan.
Kematian seperti mimpi (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Kematian seperti mimpi (Foto: Pixabay)
Pancaran Gelombang Delta
ADVERTISEMENT
Dalam sebuah studi yang dipublikasikan pada 2016 di Canadian Journal of Biological Science tertulis, sejumlah dokter yang pernah mencabut alat bantu hidup dari empat pasien yang mengalami sakit parah, menemukan ada gelombang delta --yang biasanya muncul ketika kita sedang tertidur lelap-- yang dipancarkan oleh salah satu pasien tersebut selama lebih dari 10 menit setelah ia mati.
Pada pasien yang memancarkan gelombang delta tersebut, tampak tidak ada pelebaran pada pupil matanya, tidak ada denyut nadi, dan tidak ada detak jantung, pertanda ia sudah benar-benar meninggal dunia.
Para penulis studi itu sendiri belum bisa memberikan penjelasannya secara fisiologis.
Kembali dari Kematian
Penelitian Parnia tadi juga menunjukkan adanya kesamaan pada orang-orang yang ‘kembali dari kematian’ alias kembali hidup setelah mengalami kematian secara medis. Yakni, mereka mengalami hal yang sama, seperti misalnya melihat cahaya terang, terbebas dari kesakitan secara fisik, dan merasa damai.
ADVERTISEMENT
Karena pengalaman tersebut bersifat subjektif, bisa jadi mereka mengalami halusinasi. Namun belum ada penjelasan bagaimana orang yang sekarat bisa secara jelas mendeskripsikan apa yang mereka lihat ketika mengalami ‘kematian’.
Ilustrasi Kematian (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Kematian (Foto: Pixabay)
Namun begitu, hal ini bisa menjadi bukti bahwa kesadaran kita mungkin belum mati secara seketika setelah otak dan tubuh kita mati.
“Saya tidak bilang orang-orang membuka mata mereka atau otak mereka masih bekerja setelah mereka meninggal,” kata Parnia.
“Kematian membuat orang-orang tidak bergerak lagi. Saya hanya mengatakan kita punya kesadaran dan hal tersebut membuat kita menjadi diri kita sendiri --pikiran, perasaan, dan emosi kita-- dan entitas tersebut tampaknya tidak musnah ketika kita melewati kematian; sepertinya tetap berfungsi dan tidak menghilang. Namun berapa lama lagi ia akan bekerja setelah mati, kami tidak tahu.”
ADVERTISEMENT