Apa yang Terjadi pada Tubuh Hewan Jika Mereka Minum Alkohol?

17 November 2017 20:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pelaku pemberi minuman alkohol pada hewan. (Foto: Instagram/doniherdaru)
zoom-in-whitePerbesar
Pelaku pemberi minuman alkohol pada hewan. (Foto: Instagram/doniherdaru)
ADVERTISEMENT
Media sosial, baru-baru ini dibuat heboh oleh kelakuan muda-mudi yang memberikan alkohol kepada sejumlah binatang di Taman Safari Cisarua, Bogor. Perilaku tersebut diabadikan dalam akun Instagram salah seorang pelakunya dan seketika menjadi viral di media sosial.
ADVERTISEMENT
Video itu memperlihatkan para pelaku tertawa terbahak-bahak dari dalam mobil, setelah mereka berhasil memasukkan minuman alkohol ke mulut hewan. Diduga kuat itu adalah minuman anggur merah bermerek Cap Orang Tua.
Dari video itu kita melihat, sejumlah hewan segera beranjak pergi menjauh dari mobil setelah mencicipi minuman keras. Tingkah laku hewan ini kemudian memunculkan pertanyaan besar, apa yang terjadi pada tubuh hewan bila mereka mengkonsumsi minuman beralkohol?
Menurut drh. Yoga Pratama Nuradi dari Universitas Udayana, Bali, respons lari sambil memuntahkan minuman beralkohol yang diperlihatkan oleh hewan dalam video itu adalah reflek alami mereka yang merasakan ada zat asing masuk ke dalam tubuhnya.
Jangankan hewan, manusia pun terkadang suka merasakan hangat, atau bahkan panas, ketika minuman alkohol masuk dari mulutnya. Rasa hangat itu terasa di lidah, tenggorokan, hingga ke lambung. Dan jika minuman keras dikonsumsi berlebih, efek mabuk atau tidak sadarkan diri bisa dirasakan oleh hewan.
ADVERTISEMENT
Efek Alkohol pada Lambung Hewan
Dalam video tersebut, terlihat hewan yang diberi minum alkohol antara lain adalah zebra dan rusa, yang keduanya termasuk mamalia dengan sistem pencernaan lambung ganda. Sistem pencernaan ini berbeda dengan anjing dan kucing yang walaupun mamalia tetapi memiliki sistem pencernaan lambung tunggal.
Anak-anak sedang memberi makan rusa. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Anak-anak sedang memberi makan rusa. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Kembali ke rusa dan zebra. Sistem pencernaan dengan lambung ganda bisa disebut dengan Ruminansia, yaitu proses mencerna makanan melalui sistem fermentasi yang dibantu oleh bakteri-bakteri. Proses pengancuran makanan pada hewan berlambung ganda dibantu oleh mikroba-mikroba kecil, yang menurut Yoga, mikroba tersebut bisa hancur atau mati bila terkena alkohol.
"Kalau dimasuki alkohol, bakteri mikroba ini bisa mati dan mempengaruhi sistem pencernaan si hewan," tutur Yoga saat dihubungi kumparan (kumparan.com).
ADVERTISEMENT
Ada pula ancaman berbahaya bila kadar alkohol yang dikonsumsi hewan melebihi batas, pencernaan hewan tersebut bisa iritasi, dan bila sudah iritasi, biasanya hewan tidak mau makan karena sakit untuk memproses makanan. Lama-lama, bisa menyebabkan kematian.
Oleh karenanya, Yoga menyarankan agar jangan pernah memberikan minuman beralkohol kepada hewan. Bila menemukan kasus hewan diberi minum alkohol, Yoga usul agar segera menghubungi dokter hewan terdekat supaya bisa dilakukan pemeriksaan.
Kekerasan pada Hewan
Aktivis lingkungan dari Jakarta Animal Aid Network, Femke de Haas, menjelaskan bahwa kasus kekerasan atau pelcehan pada hewan sering terjadi namun jarang yang terpublikasi. Dirinya sangat menyayangkan hal tersebut bisa terjadi.
Dia menyarankan seharusnya petugas dari kebun binatang terkait yang memantau hewan-hewan yang berkeliaran karena tidak semua pengunjung mengetahui etika yang baik dalam berinteraksi kepada hewan.
ADVERTISEMENT
Femke mengimbau untuk masyarakat agar lebih peduli kepada keberadaan hewan khususnya pengunjung kebun binatang, bahwa ada tata cara yang harus diikuti agar tidak menyakiti hewan, tidak menyiksa hewan, tidak berada terlalu dekat dengan hewan, tidak memberi makanan selain makanan yang biasa dikonsumsi oleh hewan tersebut, dan tidak menyentuh hewan yang berada dalam kandang.
Imbauan tersebut diharapkan bisa membuat masyarakat sadar bahwa hewan juga memiliki hak untuk hidup seperti manusia.
Reporter: Shinta Indri Pratiwi