Apakah Gading Gajah dan Cula Badak Bisa Tumbuh Kembali?

1 April 2019 19:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gajah dengan gading yang cukup besar. Foto: Poswiecie via pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Gajah dengan gading yang cukup besar. Foto: Poswiecie via pixabay
ADVERTISEMENT
Cula dan gading telah menjadi ciri khas dari badak dan gajah yang banyak hidup di daratan Afrika dan Asia. Sayangnya, cula dan gading justru menjadi sumber malapetaka bagi kedua jenis hewan tersebut karena telah membawa mereka ke ambang kepunahan.
ADVERTISEMENT
Singkatnya, mereka terancam punah akibat aktivitas para pemburu liar yang menginginkan cula badak yang diyakini memiliki banyak khasiat penyembuhan. Atau gading gajah yang bisa dijadikan karya seni bernilai tinggi, khususnya di Asia.
Yang jadi pertanyaan, apakah cula dan gading yang dianggap bernilai tinggi dan banyak diburu itu akan tumbuh kembali usai dipotong atau diambil?
Jawabannya, gading gajah tidak dapat tumbuh kembali, tetapi cula badak bisa tumbuh kembali usai diambil.
Menurut World Wildlife Fund (WWF), organisasi nirlaba yang memperhatikan satwa liar, gading tidak lain adalah gigi seri gajah. Sebagian besar gading terdiri dari dentin (jaringan tulang yang keras dan padat) dan seluruh gading ini dilapisi enamel.
Badak Putih Jantan Terakhir di Dunia Mati Foto: Reuters/Baz Ratner
Gading gajah sangat berguna untuk mempertahankan diri dari serangan musuh. Selain itu, gajah juga dapat menggunakannya untuk melindungi belalainya, menggali tanah untuk mendapatkan air, mengangkat benda, mengupas kulit pohon, dan mengumpulkan makanan.
ADVERTISEMENT
Begitu gading ini hilang, entah karena tak sengaja terpotong atau sengaja diambil oleh pemburu, maka gading ini tidak akan tumbuh lagi.
Dan fakta yang lebih mengejutkan, gading ini sebenarnya terhubung dengan bagian tengkorak gajah sehingga untuk mendapatkannya secara utuh para pemburu harus memotongnya dari bagian tengkorak itu.
“Tidak ada cara untuk mengambil gading gajah. Karena gading itu tertanam di tengkoraknya,” ujar Rachel Nuwer, seorang jurnalis sains, dalam makalahnya berjudul Poached: Inside the Dark World of Wildlife Trafficking, seperti dikutip dari Live Science. “Ini berarti, gading gajah yang diambil harus berasal dari gajah yang telah dibunuh atau mati secara alami,” imbuhnya.
Petugas kepolisian menunjukan barang bukti gading gajah milik bunta, gajah jinak penghuni Conservation Response Unit (CRU) Desa Bunin. Foto: Zuhri Noviandi/kumparan
Membunuh gajah tentu bukanlah hal yang tepat. Bila perburuan gajah dilegalkan, itu berarti akan memungkinkan pembantaian besar-besaran untuk mengambil gading gajah dalam jumlah yang banyak tanpa memikirkan kelestarian populasi gajah-gajah tersebut.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan hasil studi yang diterbitkan dalam jurnal Current Biology pada 2016 lalu, gajah berkembang biak sangat lambat. Hal ini berbanding terbalik dengan pembantaian terhadap mereka yang semakin marak terjadi.
Menurut hasil survei yang dilakukan oleh organisasi nirlaba International Fund for Animal Welfare (IFAW), dari 1.200 orang yang disurvei di enam kota di China pada 2007, 70 persen responden berpikir bahwa mengambil gading gajah tidak akan membahayakan nyawa hewan itu. Orang-orang mengibaratkan gading gajah seperti gigi seorang anak yang bisa tumbuh kembali, padahal tidak.
Grace Ge Gabriel, direktur regional Asia IFAW menuturkan, untuk menjaga populasi gajah, perlu adanya pendidikan kepada masyarakat. Hal ini terbukti usai relawan IFAW memberi tahu para peserta survei bahwa mengambil gading gajah sama dengan membunuh hewan tersebut. Hasilnya, lebih dari 80 persen responden mengatakan tidak akan membeli gading gajah lagi.
ADVERTISEMENT
Tak lama setelah dilakukan survei, tepatnya pada 2008, IFAW membuat sebuah kampanye dengan memajang poster edukasi tentang gajah dan berhasil mengajak lebih dari 23 juta orang di China untuk peduli terhadap gajah.
Ilustrasi Cula Badak Foto: Shutterstock.com
Tidak seperti gading gajah, cula badak nyatanya bisa tumbuh kembali. Cula badak terbuat dari keratin, zat yang sama untuk membentuk kuku dan rambut.
Sayangnya, praktik membunuh badak masih banyak dilakukan para pemburu liar untuk mengambil cula hewan tersebut. Padahal, memotong cula badak dengan cara dibius, tanpa membunuhnya, akan lebih melestarikan kehidupan hewan tersebut dan memungkinkan binatang itu untuk menumbuhkan culanya kembali.
“Ketika seekor badak hidup selama 35 hingga 40 tahun, dan culanya diambil 18 bulan sekali, maka mereka telah menghasilkan sekitar 59 kilogram cula,” ujar Nuwer.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, ketika seekor badak kehilangan cula, hal itu akan berpengaruh terhadap kehidupannya. Badak itu akan sulit mempertahankan wilayahnya, atau membimbing anak-anaknya untuk menggali sumber air.
Bagaimanapun, mengambil cula badak adalah hal yang tidak baik. Tapi dibanding dengan membunuhnya, mengambil cula badak dengan cara membiusnya tetap lebih baik karena ini akan lebih berguna untuk menyelamatkan badak dari kepunahan.