Apakah Turbulensi Bisa Sebabkan Pesawat Jatuh?

19 Juli 2019 10:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi turbulensi pesawat. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi turbulensi pesawat. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Perjalanan naik pesawat terbang memang tidak melulu mulus. Terkadang, seorang penumpang pesawat bisa merasa tegang setengah mati saat terjadi turbulensi.
ADVERTISEMENT
Kalau bisa kita bandingkan, turbulensi ini mirip seperti melintas di atas lubang saat sedang naik mobil. Bedanya, saat turbulensi, pesawat mengalami kontak dengan pusaran udara ketika sedang terbang.
Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan pusaran udara ini terbentuk. Di antaranya adalah pertemuan antara udara hangat dan dingin, badai, arus udara kuat jet stream, atau karena lokasi.
Saat menabrak pusaran ini, pesawat bisa mengalami perubahan tinggi atau kemiringan secara tiba-tiba. Akibatnya, pesawat terasa seperti terayun-ayun.
Ilustasi Pesawat Jet2. Foto: Shutter Stock
"Kebanyakan penumpang berpikir bahwa pesawat tiba-tiba jatuh hingga ribuan kaki. Tapi, kita hanya menemukan terjadinya perubahan sebanyak 10 atau 20 kaki pada altimeter," ujar Patrick Smith, pilot pesawat komersial, seperti dilansir IFL Science.
"Kalau kita melihat dari sudut pandang saintifik, turbulensi adalah angin saja. Sering kali, kami, para pilot, tidak begitu memikirkannya," sambung dia.
ADVERTISEMENT
Ada beberapa kondisi yang bisa membuat pesawat lebih mungkin mengalami turbulensi. Misalnya, saat melewati pegunungan atau kehadiran awan cumulonimbus.
Pada 2017, University of Reading melakukan riset terkait turbulensi. Mereka menemukan bahwa jumlah turbulensi berbahaya akan meningkat secara drastis setelah tahun 2050. Menurut riset, ini adalah akibat perubahan iklim.
Ilustrasi Turbulensi Pesawat Foto: Shutter Stock
Perubahan iklim itu menyebabkan temperatur global jadi meningkat. Hal itu memperbesar terjadinya ketidakstabilan angin di ketinggian tinggi yang membuat semakin kuat dan seringnya terbentuk pusaran udara penyebab turbulensi.
Turbulensi terkadang tidak bisa dihindari. Tapi, pilot biasanya bisa menduga di mana pusaran udara ini berada dengan mempelajari ramalan cuaca dan data angin.
Sekarang, kebanyakan pesawat modern punya algoritma untuk mengetahui zona yang banyak pusaran udara penyebab turbulensi. Ini membantu para pilot untuk menghindari daerah-daerah tersebut.
ADVERTISEMENT
Turbulensi sebabkan pesawat jatuh
Turbulensi pernah beberapa kali menjadi pemeran utama atas jatuhnya sebuah pesawat. Contoh paling tragisnya adalah pada 1966 ketika sebuah pesawat menabrak Gunung Fuji di Jepang. Kecelakaan ini menewaskan semua penumpang pesawat itu.
Meski begitu, kejadian semacam ini terbilang langka. Selain itu, biasanya ada faktor lain yang turut serta menyebabkan kecelakaan, seperti kesalahan desain pesawat atau kesalahan manusia.
Pesawat Boeing 737 MAX 8 Foto: Reuters/Jason Redmond/File Photo
Jadi, jika kamu menaiki pesawat, tidak perlu khawatir berlebihan. Sebab, perjalanan udara masih merupakan salah satu moda transportasi paling aman. Untuk setiap satu miliar mil perjalanan pesawat komersial, hanya ada 0,07 kecelakaan fatal.
Menurut data statistik Federal Aviation Administration Amerika Serikat, setiap tahunnya tidak lebih dari 100 orang mengalami cedera akibat turbulensi. Bahkan, pada kebanyakan tahun tercatat cedera akibat turbulensi tidak lebih dari angka 30. Melihat ada 4 miliar penumpang pesawat setiap tahunnya, angka itu bisa dibilang cukup menenangkan.
ADVERTISEMENT
Tetapi, kejadian turbulensi bisa membuat penumpang cukup stres. Hal terbaik yang orang bisa lakukan untuk menghindari cedera akibat turbulensi adalah dengan menyimpan bagasi dengan baik dan memastikan sabuk pengaman terpasang dengan baik.
Sekadar saran saja, buat kamu yang benar-benar takut turbulensi, kamu sebaiknya menghindari duduk di bagian belakang pesawat. Sebab, di bagian belakang pesawat, turbulensi semakin sering dirasakan.