Aphelion Sebabkan Gerhana Bulan 28 Juli 2018 Akan Terlihat Lebih Lama

11 Juli 2018 6:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gerhana bulan terlihat di Monas (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Gerhana bulan terlihat di Monas (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
ADVERTISEMENT
Bukan merupakan penyebab suhu di Indonesia jadi dingin, tapi ternyata aphelion merupakan penyebab gerhana bulan pada 28 Juli 2018 akan berlangsung lebih lama daripada biasanya. Bahkan, gerhana bulan 28 Juli nanti bakal menjadi gerhana bulan terlama di abad 21 ini.
ADVERTISEMENT
Aphelion sendiri merupakan fenomena yang terjadi setahun sekali pada kisaran bulan Juli. Fenomena yang terjadi pada 6 Juli di 2018 ini sebenarnya adalah momen ketika Bumi berada di titik terjauh dari Matahari.
Aphelion sendiri sebenarnya berarti titik pada garis edar suatu planet yang terjauh dari Matahari.
Gerhana bulan terlihat di Monas (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Gerhana bulan terlihat di Monas (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Bumi di dekat aphelion
Peneliti dari Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa (LAPAN), Rhorom Priyatikanto, menjelaskan ada dua hal yang menyebabkan gerhana bulan pada 28 Juli nanti bakal berlangsung lebih lama daripada gerhana-gerhana bulan lainnya. Salah satu penyebabnya adalah fenomena aphelion pada 6 Juli lalu tersebut.
“Aphelionnya kan tanggal 6 Juli yang lalu. Nah gerhana 28 Juli nanti kan masih dekat-dekat dengan waktu aphelion. Inilah yang menyebabkan bayangan Bumi tampak lebih lebar,” jelas Rhorom saat berbincang dengan kumparanSAINS, Selasa (10/7).
ADVERTISEMENT
Penjelasannya, pada gerhana bulan 28 Juli nanti posisi Bumi masih berada di sekitar titik terjauhnya dari Matahari. Itu artinya jarak antara Bumi dan Matahari pada saat itu lebih jauh daripada jarak rata-rata biasanya.
Prinsipnya, semakin jauh jarak antara Matahari dengan Bumi, akan terbentuk bayangan Bumi yang lebih lebar. Dan semakin lebar bayangan Bumi yang terbentuk, akan semakin lama waktu yang dibutuhkan Bulan untuk melewati daerah bayangan tersebut.
Semakin lama waktu yang dibutuhkan Bulan untuk melewati daerah bayangan Bumi, itu artinya gerhana bulan pun akan berlangsung semakin lama. Dus, inilah penyebabnya mengapa gerhana bulan 28 Juli bakal berlangsung lebih lama daripada gerhana-gerhana lainnya.
Ketika aphelion terjadi bersamaan dengan apogee (Foto: Ramona Benson/Flickr)
zoom-in-whitePerbesar
Ketika aphelion terjadi bersamaan dengan apogee (Foto: Ramona Benson/Flickr)
Bulan di dekat apogee
Selain fenomena aphelion, penyebab lainnya yang menyebabkan gerhana bulan 28 Juli bakal terlihat lebih lama adalah fenomena Bulan apogee.
ADVERTISEMENT
"Pada gerhana pada tanggal 28 Juli nanti, kebetulan Bulan berada dekat dengan apogee. Apogee adalah titik terjauh Bulan dari Bumi. Karena itu, Bulan akan terlihat lebih kecil dari biasanya. Ada yang bilang (Bulan yang berukuran kecil ini sebagai) micro moon, (atau) mini moon," papar Rhorom.
Karena ukuran penampakan Bulan pada 28 Juli nanti lebih kecil dibanding biasanya, Bulan akan menghabiskan waktu lebih lama saat melewati bayangan Bumi. Dan seperti yang telah disebutkan di atas, semakin lama waktu yang dibutuhkan Bulan untuk melewati daerah bayangan Bumi, itu artinya gerhana bulan pun akan berlangsung semakin lama.
“Nah, perpaduan aphelion dan Bulan di apogee itulah yang menyebabkan gerhana kali ini lebih lama dibanding yang lain-lain,” ujar Rhorom.
ADVERTISEMENT
Aphelion tidak sebabkan suhu dingin di Indonesia
Menenai isu aphelion sebagai penyebab suhu dingin, sebelumnya di sejumlah grup Whatsapp sempat viral kabar yang menyebut aphelion sebagai fenomena yang menyebabkan suhu di beberapa wilayah Indonesia jadi lebih dingin daripada biasanya pada Juli 2018. Namun kabar ini telah dibantah oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) beserta LAPAN.
Menurut Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Mulyono R Prabowo, penurunan suhu di bulan Juli belakangan ini lebih dominan disebabkan oleh sedikitnya kandungan uap di atmosfer di wilayah Indonesia, khususnya Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.
Selain itu, penyebab lainnya adalah karena pada Juli ini wilayah Indonesia bagian selatan mendapat terpaan angin dari Australia yang bersifat dingin, kering, dan memiliki tekanan yang relatif tinggi.
Suhu di Bandung. (Foto: Dok. Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Suhu di Bandung. (Foto: Dok. Istimewa)
Jika dipikirkan sebelumnya, memang masuk akal bahwa semakin dekat suatu planet dengan Matahari, maka akan semakin panas suhu planet tersebut. Begitu pula sebaliknya, semakin jauh jarak suatu planet dari Matahari, maka akan semakin dingin suhu planet tersebut, apalagi jika planet tersebut sedang berada di titik terjauh dari Matahari.
ADVERTISEMENT
Namun faktanya, sebagaimana dinyatakan Mulyono, “aphelion memiliki pengaruh yang kurang signifikan terhadap penurunan suhu di Indonesia.” Pernyataan ini senada dengan keterangan Kepala LAPAN Thomas Djamaluddin yang menyebut “perubahan jarak Matahari ke Bumi tidak terlalu signifikan mempengaruhi suhu permukaan Bumi.”