Atasi Polusi Udara, Ilmuwan Ubah Karbon Dioksida Jadi Batu Bara

1 Maret 2019 18:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi polusi udara Foto: Tarabiscuite/pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi polusi udara Foto: Tarabiscuite/pixabay
ADVERTISEMENT
Manusia membutuhkan suatu hal yang murah sebagai solusi permasalahan polusi udara dunia, termasuk polusi berbentuk karbon dioksida. Ide yang paling bagus: manusia ingin memutar balik siklus karbon dalam gas rumah kaca dan mengembalikannya ke tanah.
ADVERTISEMENT
Tapi adakah manusia yang sanggup melakukannya?
Ternyata, keinginan atas ide ini bukan lagi sekadar rencana. Sekelompok peneliti dari RMIT University di Melbourne, Australia, telah mengembangkan teknologi yang dapat mengubah gas karbon dioksida menjadi partikel padat menyerupai batu bara.
"Sampai saat ini, karbon dioksida (CO2) hanya dikonversi menjadi padatan bersuhu sangat tinggi, (sehingga) membuatnya tidak dapat digunakan untuk (keperluan) industri," kata Torben Daeneke, ahli kimia fisik RMIT University sekaligus anggota tim riset ini, sebagaimana dilansir Science Alert.
Ilustrasi karbon dioksida Foto: geralt/pixabay
"Dengan menggunakan logam cair sebagai katalis, kami telah menunjukkan kemungkinan untuk mengubah gas kembali menjadi karbon pada suhu kamar, dalam proses yang efisien dan terukur," jelasnya bangga.
Kunci proses konversi gas karbon dioksida menjadi bahan bakar padat ini terdapat pada partikel nano dari logam serium. Partikel ini punya peran utama dalam reaksi elektrokimia yang dapat melepas ikatan oksigen dari karbon dioksida.
ADVERTISEMENT
Yang menarik, proses konversi ini memungkinkan munculnya hal positif lain dari pemadatan karbon selain untuk mengurangi emisi. Sebagai contohnya, selain menghasilkan bahan bakar padat utama yang berbentuk seperti batu bara, proses ini juga dapat membentuk produk yang dapat digunakan oleh manusia secara langsung.
Ilustrasi batu bara Foto: Kurtdeiner/pixabay
"Manfaat tambahan dari proses ini yaitu karbon dapat menyimpan muatan listrik, menjadi super kapasitor, sehingga berpotensi digunakan sebagai komponen dalam kendaraan di masa depan," tutur Dorna Esrafilzadeh, pemimpin riset ini.
"Proses ini juga menghasilkan bahan bakar sintetis sebagai produk sampingan, yang juga dapat diaplikasikan untuk keperluan industri," imbuhnya lagi.
Memang penelitian ini masih perlu dikembangkan lagi untuk mendapat hasil proses konversi dalam bentuk produk-produk yang lebih maksimal. Namun setidaknya, keberhasilan para peneliti untuk menyimpan karbon di atmosfer ke dalam bentuk bahan bakar padat ini adalah langkah penting pertama yang layak kita apresiasi bersama.
ADVERTISEMENT