Badan Antariksa Eropa Luncurkan Peta Terdetail Galaksi Bima Sakti

28 April 2018 18:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Peta Galaksi Bimasakti dari ESA. (Foto: European Space Agency)
zoom-in-whitePerbesar
Peta Galaksi Bimasakti dari ESA. (Foto: European Space Agency)
ADVERTISEMENT
Badan Antariksa Eropa (European Space Agency/ESA), baru saja meluncurkan peta tiga dimensi dari Galaksi Bima Sakti. Peta ini diklaim merupakan peta Galaksi Bima Sakti paling lengkap dan komprehensif yang ada saat ini.
ADVERTISEMENT
Peta terbaru ini mencakup 1,7 miliar bintang yang ada di galaksi tersebut dan membutuhkan waktu hingga 22 bulan untuk menyelesaikan pembuatannya. Peta Galaksi Bima Sakti ini telah diperbaharui sehingga berisi informasi baru dari posisi bintang beserta jarak serta pergerakannya.
Dalam peta ini, ESA juga telah memasukkan ukuran dari batuan luar angkasa dan asteroid yang ada di tata surya serta bintang-bintang di luar Galaksi Bima Sakti.
Pemetaan ini merupakan hasil dari misi Gaia. Satelit Gaia diluncurkan pada tahun 2013 dan misinya dimulai pada tahun 2014. Hasilnya, ESA berhasil mengumpulkan data yang detail mengenai komposisi Galaksi Bima Sakti serta bagaimana bintang-bintang bergerak. Informasi ini diharapkan akan berguna untuk mempelajari evolusi Galaksi Bima Sakti.
Galaksi Bimasakti (Foto: Pexels)
zoom-in-whitePerbesar
Galaksi Bimasakti (Foto: Pexels)
"Gaia merupakan sebuah misi yang ambisius yang bergantung pada kerja sama dari banyak orang untuk mengolah data yang sangat banyak dan kompleks,” kata Gunther Hangiser, Director of Science ESA, dilansir International Business Times.
ADVERTISEMENT
“Hal ini menunjukkan perlunya proyek jangka panjang untuk menjamin kemajuan dalam ilmu dan teknologi antariksa dan untuk mengimplementasikan misi ilmiah yang lebih berani lagi dalam dekade mendatang.”
ESA mengklaim, ukuran dan skala yang ada di peta terbaru ini sudah sangat tepat. "Rilis data kedua dari Gaia merupakan sebuah lompatan besar sejak satelit Hipparcos ESA, pendahulu Gaia dan misi luar angkasa untuk astrometri yang pertama. Misi tersebut mensurvei sekitar 118.000 bintang hampir tiga puluh tahun yang lalu," ujar Anthony Brown, astronom dari Universitas Leiden, Belanda.