Bagaimana Alergi Bisa Bikin Kondisi Tubuh Cepat Drop?

12 November 2018 10:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi alergi. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi alergi. (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Alergi bisa menyebabkan kematian. Meski begitu, para ilmuwan masih belum sepenuhnya memahami apa yang terjadi dalam tubuh sehingga memicu serangan anafilaksis, reaksi cepat dan menakutkan yang dapat menyebabkan kematian.
ADVERTISEMENT
Beruntung, sebuah riset anyar dari Duke University Medical Center di AS membantu mereka menemukan hipotesis baru. Riset tentang reaksi alergi ini telah diterbitkan dalam jurnal Science pada 9 November 2018.
Menurut riset ini, alergi terjadi ketika sistem kekebalan tubuh secara keliru mengidentifikasi zat tertentu, seperti kacang tanah, kerang, dan lain sebagainya yang dinilainya berbahaya. Sistem imun kemudian langsung bekerja melawannya, dan itu berpotensi memicu anafilaksis.
Reaksi alergi hingga menyebabkan anafilaksis dinilai berbahaya karena bisa terjadi begitu cepat. Dalam beberapa menit paparan alergen, sistem kekebalan pasien dapat bereaksi sehingga menimbulkan kondisi seperti pembengkakan wajah, jantung berdebar, ruam dan gatal-gatal, serta sulit bernapas.
Salah satu jenis sel imun yang bereaksi ini disebut sebagai sel mast dan ia memainkan peran sentral dalam anafilaksis. Ketika alergen terdeteksi, sel-sel ini melepaskan molekul inflamasi seperti histamin, salah satu mekanisme pertahanan tubuh.
ADVERTISEMENT
Bagaimana persisnya kehadiran alergen berkomunikasi di antara beberapa sel mast masih menjadi misteri. Riset ini baru mengimplikasikan sel imun yang disebut sel dendritik.
"Temuan utama adalah sel dendritik, yang merupakan pemain kunci dalam pengembangan alergi, (dan) juga punya peran dalam memicu syok anafilaksis," kata Soman N. Abraham, pemimpin riset ini yang juga merupakan ilmuwan imunologi di Duke University, seperti dilansir Science Alert.
Mengurangi alergi (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Mengurangi alergi (Foto: Pixabay)
Pengujian reaksi alergi dengan tikus percobaan
Dalam riset ini, para peneliti menurunkan tingkat beberapa jenis sel imun pada tikus percobaan, lalu menyuntiknya dengan racun untuk menginduksi anafilaksis. Mereka menemukan bahwa sel mast sendiri tak mampu mengangkat alergen. Dan ketika jenis sel tertentu, yakni sel dendritik, berkurang, tikus tidak mengalami gejala anafilaksis.
ADVERTISEMENT
Ketika mereka melihat lebih dekat dengan mikroskop dua foton, para ilmuwan mengamati sel dendritik ini beraksi. Saat sel ini duduk di permukaan luar pembuluh darah, mereka menggunakan dendritnya untuk menembus dinding sel, mencari zat yang menyerang.
Setelah mendeteksi alergen, mereka mengkomunikasikan keberadaannya ke sel mast di sekitarnya dengan cara yang terbilang unik. Sel dendritik ini memancing alergen keluar dari pembuluh darah, kemudian mengirimkannya melalui gelembung kecil yang disebut microvesicles, yang berasal dari permukaan sel dendritik.
"Selain dikenal dengan kapasitasnya untuk menginternalisasi, memproses, dan menyajikan antigen ke sel imun, sel dendritik muncul untuk aktif mendistribusikan antigen yang diperoleh ke sel imun sekitarnya bahkan sebelum mereka diinternalisasi," kata ahli imunologi Hae Woong Choi.
ADVERTISEMENT
Metode ini menyebarkan informasi jauh lebih cepat dan dalam jumlah besar. Ketika mereka microvesicles, sel mast langsung beraksi, mengisi aliran darah dengan histamin dan mediator inflamasi lainnya, menyebabkan anafilaksis.
Efek dari alergi makanan pada bayi (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Efek dari alergi makanan pada bayi (Foto: Thinkstock)
Butuh penelitian lebih lanjut
Belum diketahui apakah metode kerja seperti itu juga terjadi pada manusia sehingga bikin kondisi tubuh manusia cepat drop alias turun atau tidak. Meski begitu, penelitian ini dapat membantu ilmuwan mengembangkan cara baru untuk mencegah anafilaksis.
"Sementara itu merugikan dalam konteks alergen, fungsi ini mungkin diperlukan untuk melawan penyakit dan sebenarnya membantu," tambah Abraham.
“Mungkin sel dendritik ini dirancang untuk mendeteksi parasit, virus, atau bakteri yang ditularkan melalui darah. Jadi kita perlu memahami keadaan lain yang mengaktifkan mereka sebelum berpikir untuk mematikan atau menghambat aktivitas mereka," ujarnya.
ADVERTISEMENT