Bagaimana Caranya agar Bisa Lari Secepat Muhammad Zohri?

18 Juli 2018 15:31 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pelari Indonesia, Lalu Muhammad Zohri (tengah) menjadi juara dunia lari 100 M untuk U-20. (Foto: Charlie Crowhurst/Getty Images for IAAF)
zoom-in-whitePerbesar
Pelari Indonesia, Lalu Muhammad Zohri (tengah) menjadi juara dunia lari 100 M untuk U-20. (Foto: Charlie Crowhurst/Getty Images for IAAF)
ADVERTISEMENT
Di usia yang masih muda Lalu Muhammad Zohri telah berhasil menorehkan sebuah catatan emas. Pelari berusia 18 tahun itu berhasil menjadi juara dunia ajang lari 100 meter U-20 dengan catatan waktu 10,18 detik.
ADVERTISEMENT
Dengan catatan ini, maka Zohri berhak memegang rekor sebagai pelari Indonesia di bawah usia 20 tahun dengan catatan waktu tercepat. Adapun rekor pelari senior tercepat di Indonesia maupun di Asia Tenggara, masih dipegang oleh sprinter 100 meter Suryo Agung Wibowo dengan catatan waktu 10,17 detik.
Sementara di dunia, rekor manusia tercepat masih dipegang oleh Usain Bolt. Sprinter asal Jamaika itu memegang rekor 9,58 detik saat finis di lintasan 100 meter putra.
Sebenarnya bagaimana orang-orang hebat tersebut bisa begitu cepat melesat di lintasan perlombaan hingga menuju finis?
Menurut penjelasan Kikin Ruhuddin, pelatih Zohri, salah satu yang membantu Zohri bisa berlari kencang adalah program latihannya.
"Program latihan yang saya berikan kepada Lalu Muhammad Zohri di pemusatan latihan nasional (pelatnas) adalah memperbaiki teknik berlari, ayunan tangan saat keluar dari starting block, ayunan saat berlari, frekuensi langkah kaki, posisi badan saat akselerasi keluar dari starting block, kecepatan maksimal, dan penurunan kecepatan saat masuk garis finis," ujarnya di 3rd IAAF World U20 Coaches Conference, Minggu (15/7).
ADVERTISEMENT
Langkah kaki
Seperti dituturkan Kikin, frekuensi langkah kaki merupakan salah satu elemen penting dalam lari. Menurut peneliti Sam Allen dari Loughborough University, para pelari elit seperti Bolt mengambil langkah yang lebih panjang dan lebih kuat dibandingkan pelari biasa.
Dijelaskan juga bahwa pelari amatir biasanya mengambil langkah antara 50 hingga 55 dalam lari 100 meter, sementara pelari elit biasanya hanya mengambil langkah sekitar 45 saja.
"Para atlet elit ini menghabiskan lebih sedikit waktu menempel di tanah yang kemudian membuat mereka mendapat dorongan ke depan jauh lebih cepat," ujarnya, seperti dikutip dari BBC.
Aksi Usain Bolt di Melbourne (Foto: REUTERS/Hamish Blair)
zoom-in-whitePerbesar
Aksi Usain Bolt di Melbourne (Foto: REUTERS/Hamish Blair)
Selain itu dilaporkan juga ada studi dari AS yang menemukan bahwa pada kecepatan tertinggi, kaki para atlet elit hanya menghabiskan waktu 0,08 detik menyentuh tanah. Sementara atlet amatir menghabiskan waktu sekitar 0,12 detik menyentuh tanah.
ADVERTISEMENT
Allen menjelaskan bahwa saat berlari pelari cepat biasanya menghabiskan 60 persen waktunya di udara, dengan kaki yang tidak menempel tanah. Sementara atlet amatir hanya menghabiskan 50 persen waktunya di udara.
Posisi tubuh
Selain langkah kaki, hal lain yang juga mendukung tubuh bisa berakselerasi adalah posisi tubuh saat berlari. Merujuk pada studi yang dipublikasikan di Sports Biomech, dijelaskan bahwa pelari seperti Bolt atau Zohri, memanfaatkan gravitasi atau torsi pusat gaya gravitasi untuk bisa berlari lebih efektif.
Usain Bolt dikejuaraan Nitro Athletics (Foto: REUTERS/Hamish Blair)
zoom-in-whitePerbesar
Usain Bolt dikejuaraan Nitro Athletics (Foto: REUTERS/Hamish Blair)
Dijelaskan oleh Post Method, saat berlari Bolt memanfaatkan rotasi tubuhnya untuk bergerak sejalan dengan aksi torsi pusat gaya gravitasi tubuhnya. Hal ini mirip seperti membuat tubuh mengalami jatuh bebas ke depan.
Jadi bisa dibilang tubuh Bolt saat berlari mengalami gerak jatuh bebas ke depan yang membuatnya bisa jadi lebih cepat.
ADVERTISEMENT
Pengaruh tinggi badan
Dilansir BBC, mantan pelari Inggris Raya, Craig Pickering, pernah mengatakan bahwa pelari yang memiliki postur tubuh tinggi seperti Bolt (tinggi 195 sentimeter) biasanya akan sulit melakukan akselerasi di awal larinya. Pelari bertubuh lebih pendek seperti Zohri (tinggi 170 sentimeter) akan lebih mudah dalam hal ini.
Pelari Indonesia, Lalu Muhammad Zohri.  (Foto: Lehtikuva/Kalle Parkkinen via REUTERS)
zoom-in-whitePerbesar
Pelari Indonesia, Lalu Muhammad Zohri. (Foto: Lehtikuva/Kalle Parkkinen via REUTERS)
Akan tetapi, dengan tubuh yang tinggi, Bolt diuntungkan karena ia bisa mencapai garis finis dengan jumlah langkah yang lebih sedikit dibanding atlet lari lainnya. Selain itu ia juga bisa memanfaatkan postur badannya yang tinggi untuk bisa menjaga tubuhnya berada lebih lama dalam pose untuk melakukan aksi torsi pusat gravitasi.
Namun begitu, Pickering menjelaskan, efek perbedaan tinggi badan ini sangatlah sedikit, bahkan hampir tidak terlihat. Meski demikian, perbedaan kecil itulah yang menunjukkan pada kita gaya lari Bolt yang terlihat ringan, rileks, dan cepat.
ADVERTISEMENT
Yang jelas, dengan tubuh tinggi maupun tak terlalu tinggi, setiap orang bisa menjadi atlet sprinter alias pelari cepat.