Bagaimana Manusia di Afrika Selatan Selamat dari Erupsi Gunung Toba?

13 Maret 2018 14:05 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lava pijar Sinabung  (Foto: Tibta Perangiangin/Antara)
zoom-in-whitePerbesar
Lava pijar Sinabung (Foto: Tibta Perangiangin/Antara)
ADVERTISEMENT
Dahulu, Danau Toba adalah gunung berapi raksasa bernama Gunung Toba. Danau itu baru terbentuk setelah gunung tersebut mengeluarkan letusan dahsyat sekitar 74.000 tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Dampak letusan gunung ini tidak hanya dirasakan oleh orang-orang di wilayah Indonesia, tapi juga oleh orang-orang di seluruh dunia. Sebab, letusan dahsyat ini menyebabkan terjadinya perubahan iklim dunia dan diikuti juga oleh matinya banyak sumber makanan pada zaman itu.
Meskipun banyak sumber makanan mati sehingga banyak pula manusia yang meninggal akibatnya, ada sekelompok manusia di Afrika Selatan yang sepertinya tidak terpengaruh keadaan tersebut.
Awalnya para peneliti menemukan kandungan mikroskopis kaca vulkanik yang berasal dari erupsi Gunung Toba tersebut di sebuah pemukiman manusia zaman batu yang berjarak sekitar 9 ribu kilometer dari lokasi erupsi.
Selain itu, mereka kemudian menemukan bahwa manusia di pemukiman tersebut tampaknya tidak terpengaruh dampak letusan dahsyat Gunung Toba yang dianggap sebagai letusan gunung api terkuat Bumi dalam 2 juta tahun terakhir itu.
Danau Toba, Sumatera Utara (Foto: Flickr/Will Evermind)
zoom-in-whitePerbesar
Danau Toba, Sumatera Utara (Foto: Flickr/Will Evermind)
"Apa yang kami temukan adalah orang-orang tetap tinggal di pemukiman ini bersamaan dengan waktu terjadinya erupsi Gunung Toba, dan tidak ada bukti bahwa erupsi itu mempengaruhi kehidupan mereka," ujar Erich Fisher, peneliti dari Arizona State University, dilansir Science Alert.
ADVERTISEMENT
Hal ini cukup unik karena sebagian besar manusia di dunia saat itu mengalami kesulitan dalam mencari makanan. Hal ini dikarenakan sebagian besar sumber makanan saat itu mati akibat perubahan iklim akibat letusan Gunung Toba yang abunya menutupi atmosfer Bumi.
Pada masa itu manusia masih mencari makanan dengan cara memburu hewan atau mencari buah-buahan di alam liar. Jadi ketika perubahan iklim membuat banyak tumbuhan mati, hal ini akan diikuti dengan kematian banyak hewan buruan lalu kemudian manusia.
"Sangat besar kemungkinan populasi manusia di tempat lain mengalami kesulitan makanan yang sangat parah," kata Curtis Marean, peneliti dari Arizona State University, dilansir Reuters.
Bagaimana Mereka Selamat dari Kepunahan?
Menurut para peneliti, salah satu hal yang membuat orang-orang di Afrika Selatan itu dapat bertahan dari kepunahan adalah berkat tersedianya sumber makanan dari laut.
ADVERTISEMENT
Lokasi pemukiman orang-orang itu terletak di sebuah tanjung yang dinamai Pinnacle Poit dekat kota Mossel bay, Afrika Selatan. Menurut para peneliti, pemukiman zaman batu ini dihuni sejak 90 ribu tahun hingga 50 ribu tahun lalu.
Karena lokasinya itu, para manusia penghuni pemukiman itu dapat mencari sumber makanan dari laut yang kebanyakan hewannya, seperti kerang, tidak terdampak erupsi Gunung Toba.
Peneliti di pemukiman zaman batu Afrika Selatan. (Foto:  Curtis W. Marean via Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Peneliti di pemukiman zaman batu Afrika Selatan. (Foto: Curtis W. Marean via Reuters)
Perlu Riset Lebih Banyak untuk Pelajari Dampak Erupsi Gunung Toba
Tak ada yang membantah bahwa letusan Gunung Toba sangatlah dahsyat. Namun begitu, banyak peneliti masih berselisih pendapat atas dampaknya.
Oleh karena itu, masih diperlukan riset lebih lanjut untuk mempelajari dampak erupsi Gunung Toba terhadap manusia yang hidup jauh dari laut. Dan yang lebih penting lagi adalah riset bagaimana kita manusia modern mempersiapkan diri menghadapi bencana alam berskala dahsyat seperti letusan Gunung Toba.
ADVERTISEMENT
"Seringkali dari waktu ke waktu kita, manusia, menghadapi ancaman dari bencana alam. Tetapi berkat kemampuan kognisi serta kecenderungan untuk saling berkoordinasi, kita dapat menghadapi hal itu, dan kita cukup tangguh," ujar Marean.
"Namun untuk urusan ini (bencana sedahsyat erupsi Gunung Toba) sepertinya kemampuan kita itu tidak akan membantu. Menurut opini saya, sebuah gunung api seperti ini dapat melenyapkan suatu peradaban dengan mudah. Pertanyaannya adalah apakah kita siap?"