Bahaya Helium, Gas yang Diduga Ada di Kamar Kos Eril Dardak

14 Desember 2018 7:52 WIB
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Eril Arioristanto. (Foto: Facebook/Eril Arioristanto)
zoom-in-whitePerbesar
Eril Arioristanto. (Foto: Facebook/Eril Arioristanto)
ADVERTISEMENT
Eril Arioristanto Dardak, adik kandung Bupati Trenggalek Emil Dardak, meninggal dengan keadaan kepala terbungkus kantong plastik tapi tak ada tanda adanya kekerasan. Hal itu disampaikan oleh Kepala Satuan Reserse Kriminal Polrestabes Bandung AKBP M. Rifai.
ADVERTISEMENT
"Plastik putih yang membungkus kepalanya itu tidak terikat, karena di bagian leher juga longgar," kata Rifai, saat dihubungi kumparan, Kamis (13/12). "Di bagian leher itu juga tidak ada guratan."
Berdasarkan penuturan Rifai, di dalam kantong plastik yang membungkus kepala Eril itu juga terdapat selang oksigen. "Selang itu diplester menempel ke plastik," ujar dia.
Selain selang oksigen dan kantong plastik yang membungkus kepala Eril, di dalam kamar indekosnya juga ditemukan tabung gas bertuliskan He (helium).
Dugaan adanya gas helium dalam tabung di dalam kamar Eril dan penyebab pasti kematiannya kini masih diselidiki oleh Polrestabes Bandung.
Namun yang jelas, selama ini helium memang telah dikenal sebagai gas yang berbahaya bila terhirup oleh tubuh. Beberapa kasus yang terjadi di seluruh dunia dapat menjadi bukti bahwa menghirup helium bisa berbahaya bahkan mematikan bagi manusia.
Eril Arioristanto Dardak. (Foto: Instagram@emildardak)
zoom-in-whitePerbesar
Eril Arioristanto Dardak. (Foto: Instagram@emildardak)
Salah satu kejadian yang menunjukkan bahaya helium pernah tercatat dalam laporan kasus yang dipublikasikan di Western Journal of Medicine pada Mei 2000. Seorang pria berusia 27 tahun di Australia bernama Simon Mitchell mengalami stroke akibat menghirup helium langsung dari tabungnya. Segera setelah ia menghirup helium tersebut, Simon kehilangan kesadaran dan kemudian ia mengalami kebutaan. Ia didiagnosis menderita emboli arteri otak serebral.
ADVERTISEMENT
Stroke yang dialami oleh Simon dikatakan terjadi karena ia menghirup helium dari tabung bertekanan tinggi sehingga menyebabkan pembuluh darah di paru-parunya pecah. Akibatnya, gas tersebut masuk ke pembuluh darah pulmonal dan kemudian ke otaknya.
Kasus yang lebih parah lainnya pernah dialami seorang remaja dari Irlandia Utara bernama Jordan McDowell. Dilansir BBC pada 2010 lalu, Jordan meninggal pada usia 13 tahun di tahun 2010 setelah menghirup helium dari balon yang dibeli untuk ulang tahunnya.
Yang menyedihkan, belakangan kasus menghirup helium ini banyak ditemukan terkait dengan percobaan bunuh diri. Sebuah hasil studi yang telah dipublikasikan di jurnal Arch Med Sąd Kryminol pada 13 Mei 2018 misalnya membahas soal dua percobaan bunuh diri dengan cara menghirup helium.
ADVERTISEMENT
Hasil studi berjudul “Suicidal asphyxiation by using helium - two case reports.” ini melaporkan dua kasus bunuh diri yang dilakukan dengan menggunakan peralatan khusus yang disebut "kantong bunuh diri" alias “suicide bag” atau "exit bag" berisi helium yang dipasok melalui selang plastik.
ITB sampaikan duka cita atas meninggalnya Eril Dardak. (Foto: Dok. ITB)
zoom-in-whitePerbesar
ITB sampaikan duka cita atas meninggalnya Eril Dardak. (Foto: Dok. ITB)
Dalam kedua kasus tersebut, berdasarkan hasil pemeriksaan tempat kejadian perkara dan analisis materi yang terkumpul, bisa ditetapkan bahwa sebelum kematian mereka, kedua orang itu telah mencari di Internet terlebih dulu mengenai instruksi tentang cara bunuh diri menggunakan helium.
Mengenai bahaya helium, Public Health Agency Inggris pernah menjelaskan bahwa menghirup gas ini memang dapat mematikan. Hal ini karena ketika menghirup helium, oksigen yang ada di dalam tubuh akan digantikan oleh gas tersebut. Padahal, seperti yang kita ketahui, oksigen sangat penting bagi organ-organ di dalam tubuh. Salah satunya, karena oksigen ini berperan dalam mengeluarkan karbon dioksida dari dalam tubuh.
ADVERTISEMENT
Akibat tidak ada atau kurangnya pasokan oksigen, maka seseorang akan pusing, sakit kepala, sesak napas, pingsan atau bahkan meninggal. Kondisi seperti ini jamak terjadi karena orang tersebut mengalami asfiksia, gangguan pernapasan akibat kurangnya oksigen dalam tubuh.
Pemakaman Eril Arioristanto Dardak diwarnai isak tangis keluarga. (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pemakaman Eril Arioristanto Dardak diwarnai isak tangis keluarga. (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
Asfiksia sendiri ditandai dengan kondisi darah yang kekurangan oksigen, tapi tinggi kandungan karbon dioksida. Asfiksia bisa terjadi karena disengaja, misalnya menghirup helium, karbon dioksida, atau hidrogen. Selain itu, gantung diri juga bisa membuat seseorang meninggal akibat asfiksia.
Terkait apa yang sebenarnya terjadi pada Eril Dardak, Kepala Polrestabes Bandung Kombes Pol Irman Sugema menyatakan akan terus melakukan penyelidikan lebih lanjut dengan meminta bantuan Puslabfor Mabes Polri dan ITB untuk mengolah tempat kejadian perkara kembali. Namun pihaknya tidak bisa mengautopsi jasad Eril karena, menurut Irman, pihak keluarga tidak mengizinkan.
ADVERTISEMENT