news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Bahaya Sampah Plastik bagi Kehidupan Paus Sperma

17 Maret 2018 15:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Paus sperma. (Foto: Amila Tennakoon via Flicker)
zoom-in-whitePerbesar
Paus sperma. (Foto: Amila Tennakoon via Flicker)
ADVERTISEMENT
Populasi mamalia laut saat ini terancam oleh aktivitas manusia, yang kerap mencemari lautan yang merupakan habitat mereka. Meski sudah menjadi masalah besar yang sudah kita ketahui, tapi sejumlah pihak tak bertanggung jawab masih saja mencemari habitat satwa laut.
ADVERTISEMENT
Dalam acara diskusi konservasi ‘Ada Apa Dengan Paus Sperma’ di Jakarta Creative Hub, Jumat (16/3), dibahas mengenai kehidupan mamalia laut, utamanya paus sperma.
Sheyka N. Fadela, Marine Species Conservation Assistant dari WWF Indonesia, mengatakan bahwa aktivitas manusia menjadi ancaman bagi populasi paus sperma, hingga saat ini status konservasinya sudah memasuki status vulnerable (rawan).
Salah satu kegiatan manusia yang mengancam kehidupan paus sperma adalah pembuangan sampah ke laut, baik itu sampah plastik maupun sampah lainnya.
Sampah Plastik di Tepi Laut (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Sampah Plastik di Tepi Laut (Foto: Wikimedia Commons)
“Di Jerman pernah ada yang terdampar dan saat dibelek (dibedah) perutnya, isinya sampah plastik,” kata Sheyka, saat ditemui selepas acara tersebut.
“Tapi, memang sampah plastik itu bukan cause of death, bukan penyebab kematian tapi memperparah (kondisi dari paus sperma)," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Bahaya plastik bagi mamalia laut
Sheyka N. Fadela, WWF Indonesia (Foto: Zahrina Noorputeri/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Sheyka N. Fadela, WWF Indonesia (Foto: Zahrina Noorputeri/kumparan)
Menurut Sheyka, alasan mengapa sampah plastik berbahaya untuk paus sperma dan mamalia laut lainnya adalah karena ketika tertelan, paus akan mengalami ‘kenyang palsu’, seolah-olah ia sudah makan tapi tidak ada nutrisi yang ia dapat karena hanya menelan sampah.
Lebih parah lagi, sampah tersebut bisa malah menjadi racun bagi paus sperma.
“Sampah plastik yang tertelan membuat paus menjadi tidak nafsu makan (karena merasa sudah kenyang). Dan kedua, sampah itu mau plastik atau tidak, kan' membawa kuman," jelas Sheyka.
Kuman atau bakteri yang terbawa oleh sampah ketika tertelan oleh paus dikhawatirkan akan menempel pada tubuhnya dan menimbulkan penyakit. Sheyka juga mengkhawatirkan kandungan kimiawi yang ada pada plastik bisa meracuni paus yang memakannya.
ADVERTISEMENT
Aktivitas seismik juga ganggu kehidupan paus
Selain sampah yang menjadi polusi lautan, ancaman lain bagi kelangsungan hidup paus sperma dari manusia adalah karena aktivitas seismik. Misalnya, seperti yang dilakukan oleh perusahaan migas ataupun yang dihasilkan oleh kapal laut dan aktivitas militer.
Contohnya karena penggunaan air gun. Ketika air gun ditembakkan ke dasar laut, gelombang suaranya akan mengganggu komunikasi paus sperma. Gangguan komunikasi ini dianggap sebagai salah satu penyebab paus sperma terdampar, karena komunikasi terganggu, mereka pun tersesat dan ternyata sudah sampai di lautan dangkal.
Ini menjadi salah satu penyebab kenapa paus sering terdampar di pantai.
Ikan paus sperma yang mati di pantai Aceh Besar (Foto: TARA FOTO/Irwansyah Putra)
zoom-in-whitePerbesar
Ikan paus sperma yang mati di pantai Aceh Besar (Foto: TARA FOTO/Irwansyah Putra)
Alasan lain mengapa aktivitas manusia di lautan bisa mengganggu paus sperma adalah karena mereka kaget mendengar suara-suara asing tersebut.
ADVERTISEMENT
“Karena kaget, mereka cepat-cepat berenang ke atas. Ini sama seperti penyelam kalau terlalu cepat berenang ke atas mereka akan mengalami dekompresi,” kata Sheyka.
Dekompresi dapat menimbulkan gelembung-gelembung nitrogen yang kemudian menghambat aliran darah sehingga menyebabkan stroke dan kelumpuhan.
Karena itu, kata Sheyka, untuk meminimalisir gangguan akibat aktivitas manusia terhadap paus, biasanya sebelum dilakukan kegiatan seperti eksplorasi perusahaan migas, mereka wajib berkonsultasi dengan ahli biologi kelautan untuk memastikan tidak ada hewan laut, termasuk paus sperma, yang akan terganggu oleh kegiatan manusia.
Sheyka juga mengimbau agar kita mengurangi penggunaan plastik dan styrofoam sebagai salah satu cara untuk mengurangi polusi lautan dan menyelamatkan populasi paus sperma.