Bahaya Trauma pada Anak yang Dipaksa Berpisah dari Orang Tuanya

22 Juni 2018 9:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anak-anak imigran di perbatasan AS-Meksiko (Foto: AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Anak-anak imigran di perbatasan AS-Meksiko (Foto: AFP)
ADVERTISEMENT
Presiden Amerika Serikat Donald Trump punya kebijakan imigrasi ‘zero tolerance’ kepada para imigran yang masuk ke AS. Akibat aturan ini, sekitar hampir 2.000 anak terpaksa dipisahkan dari orang tuanya yang tertangkap menyeberangi perbatasan selatan AS tanpa dokumen resmi pada 19 April sampai 31 Mei lalu.
ADVERTISEMENT
Imigran ilegal yang tertangkap akan dimasukan ke dalam tahanan imigrasi. Sementara anak-anak mereka akan dipisahkan dan diurus oleh Office of Refugee Resettlement, yang berada di bawah naungan Department of Health and Human Services.
Pemisahan paksa yang dilakukan terhadap anak-anak imigran ini menimbulkan protes banyak pihak, karena dianggap dapat membahayakan psikologis anak-anak tersebut. Bahkan, dokter dan peneliti pun sepakat mengeluarkan peringatan bahwa pemisahan paksa ini dapat menimbulkan trauma.
Bayi dan balita yang tidak mendapatkan sentuhan dan pelukan dari orang tuanya dapat mengalami peningkatan hormon stres, menurut Lori Evans, asisten profesor di Department of Child and Adolescent Psychiatry di New York University Langone Health.
"Jika mereka masih sangat muda dan tidak menerima sentuhan orang tuanya, mereka akan mengalami stres tingkat tinggi," kata Evans seperti dikutip dari Live Science.
Anak-anak imigran di perbatasan AS-Meksiko (Foto: AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Anak-anak imigran di perbatasan AS-Meksiko (Foto: AFP)
Hormon stres seperti kortisol pada anak-anak yang terpisah dari orang tua mereka akan meningkat lebih tinggi dari biasanya, bahkan setelah anak-anak dibawa kembali ke keluarga mereka. Hormon lain, seperti oksitosin dan vasopresin yang sangat penting untuk ikatan emosional dan sosial, akan menjadi lebih rendah pada balita yang tidak menerima sentuhan fisik orang tuanya.
ADVERTISEMENT
Dokter dan psikolog setuju bahwa situasi traumatis ini dapat menimbulkan efek psikologis jangka panjang.
"Kebanyakan gangguan mental, emosi dan perilaku berakar pada masa kanak-kanak dan remaja... dan trauma masa kecil bisa meningkatkan risiko bunuh diri," menurut National Academy of Sciences, Engineering, and Medicines.
Psikolog anak Dr. Ranna Parekh mengatakan, anak-anak imigran yang terpisah dari orang tuanya ini memiliki risiko tinggi stres akut dan mengalami gangguan stres pascatrauma (post-traumatic stress disorder/PTSD).
"Orang dewasa yang sudah mengalami hidup yang baik maupun buruk sudah tahu bahwa dunia itu bukan hanya hitam dan putih,” kata Parekh. "Tapi anak-anak ini belum punya banyak pengalaman, dan gara-gara pemisahan paksa ini, mereka akan menganggap kalau dunia bukanlah tempat yang aman."
ADVERTISEMENT
Dengan adanya gelombang protes ini, Trump kemudian menandatangani perintah untuk mengakhiri pemisahan anak dengan orang tua yang ditahan pada Rabu (20/6) lalu.
Protes imigran di perbatasan AS-Meksiko (Foto: AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Protes imigran di perbatasan AS-Meksiko (Foto: AFP)