Baru 33% RS di Indonesia yang Kelola Limbah Medis dengan Benar

28 Maret 2019 17:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi rumah sakit Foto: Pxhere
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi rumah sakit Foto: Pxhere
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dari 2.500-an rumah sakit di Indonesia, ternyata baru 33 persen dari mereka yang telah mengelola limbah medis secara benar. Hal ini disampaikan oleh Cucu Cakrawati Kosim, Kepala Subdirektorat Penyehatan Udara, Tanah, dan Kawasan, Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
ADVERTISEMENT
Cucu mengatakan limbah medis bisa menimbulkan berbagai infeksi penyakit. “Salah satunya bisa menyebabkan hepatitis B dan C, parahnya HIV, karena tidak dikelola dengan baik,” ujarnya saat menghadiri acara Indonesia Hygiene Forum di Jakarta, Kamis (28/3).
Menurutnya, rumah sakit adalah tempat strategis yang berpengaruh terhadap tingkat kesehatan manusia. Dia mengatakan rumah sakit bisa “menjadi sumber penyakit, karena banyak kuman di sana.”
Beberapa hasil penelitian, kata Cucu, menunjukkan bahwa di Indonesia pernah terjadi infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial atau infeksi yang diperoleh dari rumah sakit adalah infeksi yang bukan diderita pasien saat masuk ke rumah sakit, melainkan setelah ± 72 jam berada di tempat tersebut.
Dra. Cucu Cakrawati Kosim, M.Kes. usai acara Indonesia Hygiene Forum Foto: Alfaddillah/kumparan
Anis Karuniawati, dokter spesialis mikrobiologi klinis, juga membenarkan ucapan Cucu. “Riset membuktikan bahwa lingkungan rumah sakit yang tidak higienis (memang) berpotensi menjadi sumber infeksi,” katanya.
ADVERTISEMENT
Terkait penularan dan penyebaran bakteri di rumah sakit dari satu pasien ke pembesuk atau pasien lainnya, Anis secara detail menjelaskan bahwa hal itu bisa sangat mudah terjadi.
“Awalnya, bakteri pada tubuh pasien menempel pada permukaan sekitar pasien. Bakteri ini lalu hidup dan bertahan pada permukaan, lalu mengkontaminasi benda dan orang atau pasien lain. Bakteri lalu berpindah dari satu orang ke orang lainnya, sehingga bakteri dari pasien rawat sebelumnya akhirnya menjangkiti pasien rawat berikutnya,” paparnya.
dr. Anis Karuniawati, SpMK., Ph.D. berbicara di Indonesia Hygiene Forum Foto: Alfaddillah/kumparan
Oleh karena itu, Anis menegaskan, higienitas di rumah sakit menjadi sangat penting “karena semakin rendah jumlah bakteri dalam lingkungan, semakin rendah pula risiko terjadinya infeksi.”
Menurut Anis, penyebaran bakteri dari rumah sakit sebenarnya bisa dicegah dengan tindakan-tindakan yang sederhana. “Penyebaran infeksi melalui permukaan benda hidup bisa diinterupsi melalui perilaku mencuci tangan dengan sabun (hand hygiene) atau tindakan antiseptik lainnya. Sementara penyebaran melalui benda mati harus diinterupsi melalui pembersihan, disinfeksi, dan/atau sterilisasi,” jelasnya.
ADVERTISEMENT