Begini Cara Pornografi Merusak Kesehatan Seksualmu

10 Desember 2018 7:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Menonton Film Porno (Foto: Thinkstock/OcusFocus)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Menonton Film Porno (Foto: Thinkstock/OcusFocus)
ADVERTISEMENT
Pornografi online menjangkau lebih banyak anak muda setiap tahunnya. Pada 2016 misalnya, 64 juta orang tercatat telah mengunjungi situs porno Pornhub. Angka ini meningkat pada 2017, menjadi 81 juta orang.
ADVERTISEMENT
Ironisnya, 60 persen pengunjung situs porno tersebut adalah kaum milenial.
Yang menjadi masalah, peningkatan konsumsi pornografi ini mengarah pada tipe kecanduan baru, di mana ketergantungan terhadap konten porno ini menyebabkan penderitanya kesulitan untuk menjalin hubungan dengan orang lain.
Dr. Angela Gregory, ahli terapi psikoseksual dari klinik kesehatan pria International Andrology London, mengatakan bahwa askes pornografi di situs online membuat anak-anak muda sekarang menerima paparan visual seksual jauh lebih dini dibanding anak-anak mudah di zaman dahulu.
“Dulu Anda memiliki kesadaran yang jauh lebih lambat dalam hal mencari tahu lebih banyak tentang seks, hubungan seksual, dan praktik seksual karena tidak ada yang tersedia," katanya kepada Newsweek. "(Tapi) sekarang Anda tidak perlu pergi ke ruang tamu dan menunggu orang tua tidur atau menunggu sampai Anda bisa sendirian untuk mengaksesnya. Hari ini Anda memiliki smartphone dan Anda bisa berada di mana saja.”
ADVERTISEMENT
Ilustrasi pedofil melihat foto-foto anak di media sosial (Foto: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pedofil melihat foto-foto anak di media sosial (Foto: Shutterstock)
Seorang mantan pecandu pornografi sekaligus penulis memori Getting Off, Erica Garza, bercerita bahwa dirinya sudah melihat film porno dan melakukan masturbasi sejak masih berusia 12 tahun. Sejak saat itu dia menjadikan kegiatan menonton film porno dan masturbasi sebagai sebagai cara untuk mencari perlindungan dari rasa sakit di dunia nyata, dari di-bully di sekolah hingga tidak menerima perhatian dari orang tuanya.
“Saya tidak ingin merasakan rasa tidak aman, saya tidak ingin merasakan kesepian, saya tidak ingin merasakan penolakan yang saya rasakan setiap hari. Jadi saya hanya masturbasi dan menonton film porno dan yang harus saya rasakan adalah kesenangan di antara kedua kaki saya,” kata perempuan yang kini berusia 35 tahun itu, juga dilansir Newsweek.
ADVERTISEMENT
“Saya menemukan konten semi porno (soft pornography) di TV kabel dan saya memiliki reaksi yang sama, sesuatu yang mendebarkan dan mengasyikkan. Jadi sejak awal, rasa puas dan senang ini terbungkus dengan rasa malu dan perasaan bahwa saya telah melakukan sesuatu yang salah. Rasa malu dan puas menjadi bagian integral dari seksualitas saya."
Selain menimbulkan rasa malu dan rasa bersalah, kecanduan pornografi juga membuat banyak orang sulit membangun hubungan intim dengan orang lain. Erica Garza sendiri mengakui bahwa kecanduan pornografi yang dideritanya membuat dirinya sulit intim dengan orang lain.
Ilustrasi Pornografi (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Pornografi (Foto: Thinkstock)
Apa yang dialami oleh seorang Erica Garza hanyalah satu dari sekian banyak bukti bahwa pornografi memang bisa memang merusak kesehatan seksual banyak orang, termasuk menimbulkan berbagai masalah emosi dan psikologis.
ADVERTISEMENT
"Apa yang kita lihat adalah peningkatan wanita yang tidak senang dengan alat kelamin mereka, dan pria yang khawatir dengan ukuran penis mereka," kata Gregory. “Sebelum pornografi —dengan cara yang kita kenal hari ini— kapan Anda pernah melihat vulva wanita lain? Kapan, jika Anda seorang heteroseksual, apakah Anda melihat ereksi pria lain? Anda tidak memiliki apa pun untuk dibandingkan dengan Anda. Sekarang Anda bisa,” bebernya.
Selain itu, seperti penyakit kecanduan lainnya, kecanduan pornografi juga akan membuat konsumsi Anda terhadap konten porno semakin meningkat. Penonton konten porno biasanya membutuhkan dosis yang semakin meningkat dari waktu ke waktu untuk merasakan tingkat kenikmatan yang sama.
"Bagi sebagian orang, tidak hanya ada elemen kompulsif, mereka ingin terus-menerus melihat dan melakukan masturbasi terhadap apa yang mereka lihat secara online dan saya pikir itu juga bisa menjadi eskalasi dalam apa yang mereka lihat," papar Gregory.
ADVERTISEMENT
“Mereka membutuhkan lebih banyak konten porno yang lebih menarik atau berbeda atau baru untuk mendapatkan tingkat gairah seksual yang sama. Karena begitu Anda tidak punya batasan, ke mana Anda pergi? Jika tidak ada batasan, seberapa jauh Anda pergi?” ujarnya lagi.
Dari tahun ke tahun ada semakin banyak orang yang menggunakan smartphone dan terhubung ke internet. Pada 2019, sekitar 2,5 miliar orang di seluruh dunia diprediksi akan menggunakan smartphone.
Karena semakin sulit untuk mengontrol akses anak-anak muda terhadap pornografi online, maka wajar jika banyak ahli khawatir bahwa akan ada semakin banyak orang yang memiliki ekspektasi seksual yang salah dan punya hubungan yang tidak sehat dengan pornografi.