Beras Terancam Jadi Makanan yang Kurang Bernutrisi

24 Mei 2018 14:16 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pekerja di Pasar Induk Beras Cipinang. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja di Pasar Induk Beras Cipinang. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Sulit rasanya membayangkan masyarakat Indonesia mengganti nasi dengan makanan lain sebagai makanan utamanya. Namun ada kemungkinan hal tersebut terpaksa harus dilakukan karena menurut hasil sebuah studi terbaru, gas karbon dioksida buatan manusia telah membuat nasi jadi kurang bernutrisi.
ADVERTISEMENT
Dalam studi yang dipublikasikan dalam jurnal Science Advances itu, tim peneliti menemukan bahwa beras mengandung tingkat vitamin lebih rendah ketika tumbuh di lingkungan yang memiliki konsentrasi karbon dioksida yang tinggi.
"Jika kita tidak melakukan apa-apa untuk menghadapi ini, maka ada kemungkinan terjadi dampak negatif pada kesehatan manusia," ujar Kristie Ebi, peneliti kesehatan publik di University of Washington, dikutip dari The Washington Post.
Studi Dilakukan di Jepang dan China
Studi ini dilakukan di Jepang dan China. Dalam studinya para peneliti mempelajari 18 jenis beras berbeda di dalam suatu eksperimen. Lingkungan 18 jenis beras itu terekspos dengan konsentrasi karbon dioksida antara 568 hingga 590 part per million (ppm).
Sekarang ini rata-rata konsentrasi karbon dioksida di udara dunia adalah sekitar 410 ppm, tapi tiap tahunnya terjadi peningkatan 2 ppm.
Ilustrasi padi (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi padi (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Dampak pada Ibu dan Anak
Studi menemukan bahwa pada daerah dengan konsentrasi karbon dioksida tinggi, kandungan vitamin seperti B1, B2, B5 dan B9 pada beras menurun. Bahkan ditemukan kandungan vitamin B9 atau asam folat menurun hingga 30 persen. "Telah ada beberapa studi mengenai pentingnya vitamin B ini," kata Ebi.
"Dan salah satu yang menurun saat konsentrasi CO2 meningkat adalah folat. Kita mengetahui bahwa kekurangan asam folat pada perempuan hamil dapat menyebabkan kelahiran anak-anak dengan kecacatan pada saat lahir. Jadi mereka sangat penting, terutama bagi kesehatan ibu dan anak," jelasnya.
Selain menemukan penurunan pada vitamin B tersebut, studi ini juga mengkonfirmasi temuan studi sebelumnya yang mengatakan bahwa ada penurunan pada protein, zat besi, serta zinc pada beras.
Ibu Hamil. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ibu Hamil. (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Mengapa Penurunan Kandungan Nutrisi Terjadi
Jadi tumbuhan akan menyerap karbon yang ada di udara untuk berkembang, dan jika konsentrasi karbon di udara cukup tinggi, tumbuhan akan menyerap karbon lebih banyak lagi.
Hal ini dapat menjadi masalah karena metabolisme tumbuhan mungkin kesulitan untuk mengimbangi penyerapan karbon tersebut. Hal ini kemudian menyebabkan tumbuhan akan menyerap lebih banyak karbon dan mengambil nutrisi yang lebih sedikit dari tanah saat berkembang.
"CO2 adalah makanan bagi tumbuhan dan bisa dikatakan membuatnya tumbuh lebih besar lagi," ujar Lewis Ziska, anggota tim studi. "Tapi seringkali ketika tumbuhan tumbuh semakin besar, tidak berarti kita mendapatkan tumbuhan yang berkualitas," tambahnya.
Buruh Tani Memanen Padi (Foto: ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani)
zoom-in-whitePerbesar
Buruh Tani Memanen Padi (Foto: ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani)
Bisa Terjadi pada Tumbuhan Lain
Menurut Chuck Rice, profesor argonomi di Kansas State University yang tidak terlibat dalam studi, hal yang sama pada padi dengan berasnya ini bisa juga terjadi pada tumbuhan serta bahan makanan lainnya.
ADVERTISEMENT
"Ada laporan lain yang menunjukkan bahwa dari estimasi laboratorium ditemukan adanya penurunan kandungan protein mulai dari dua hingga 10 persen pada gandum yang tumbuh di lingkungan kaya CO2," papar Rice.
"Mengenai studi (pada beras)ini, yang baru adalah temuan soal vitamin," tambahnya.
Rice menjelaskan studi ini bisa menyebabkan kemunduran besar pada usaha memperbaiki keadaan nutrisi global. "Di Kolombia, orang-orang menanam kacang-kacangan dan juga beras untuk melawan kekurangan mikronutrisi, seperti zat besi serta zinc," kata Rice.
"Dan apa yang studi ini lakukan adalah seperti meniadakan usaha yang kami lakukan untuk melawan kekurangan nutrisi di populasi luas," tambahnya lagi.