news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Bumi 'Dibombardir' Sinyal Misterius dari Galaksi Lain

13 Oktober 2018 10:04 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Antariksa (Foto: Yuri B/pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Antariksa (Foto: Yuri B/pixabay)
ADVERTISEMENT
Bumi kita ternyata sedang "dibombardir" oleh sinyal radio misterius (fast radio burst/FRB) dari galaksi lain. Sinyal ini tak terlihat oleh mata telanjang dan kemunculan FRB ini sangatlah sebentar, mereka menghilang dalam hitungan milisekon setelah mencapai jarak tangkapan teleskop di Bumi.
ADVERTISEMENT
FRB sendiri adalah semacam kilatan energi yang telah melakukan perjalanan miliaran tahun cahaya dan memiliki intensitas layaknya 100 Matahari.
Asal usulnya masih diperdebatkan. Ada dugaan yang mengatakan FRB berasal dari sebuah supernova super besar, atau hasil putaran bintang neutron tercepat di alam semesta, hingga anggapan bahwa FRB adalah sinyal dari pesawat alien.
Sejauh ini ada sekitar 30 FRB yang pernah dideteksi, sejak pertama kali kehadirannya diketahui astronom pada 2007 yang kala itu menduga bahwa teknologi belum bisa menangkap jelas FRB.
Namun dilaporkan oleh Live Science, dalam sebuah riset terbaru yang telah dipublikasikan di jurnal Nature, ditemukan adanya "serbuan" FRB ke Bumi. "Serbuan" FRB ini berhasil dideteksi berkat teleskop-teleskop canggih di Australia.
ADVERTISEMENT
"Kami menemukan 20 FRB dalam satu tahun. Jumlah ini nyaris dua kali lipat dari jumlah FRB yang dideteksi di seluruh dunia sejak pertama kali ditemukan pada 2007," kata Ryan Shannon, pemimpin riset yang juga merupakan astronom di International Centre for Radio Astronomy Research (ICRAR), dikutip dari Live Science.
"Selain itu kami juga membuktikan bahwa FRB berasal dari ujung lain alam semesta, yakni bukan dari galaksi yang sama dengan kita," tambah dia.
Benda-benda langit di luar angkasa. (Foto: Flickr)
zoom-in-whitePerbesar
Benda-benda langit di luar angkasa. (Foto: Flickr)
Dalam riset ini Shannon dan timnya menggunakan Australian Square Kilometre Array Pathfinder (ASKAP), sebuah rangkaian alat berupa jajaran 36 antena identik yang terhubung pada satu teleskop radio. Mereka berfungsi memonitor langit untuk menangkap FRB yang belum pernah ditangkap sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Setiap antena ASKAP memonitor langit dari sudut yang berbeda. Menurut astronom, ASKAP merupakan penangkap transmisi radio dari luar angkasa terhebat yang ada di Bumi. Tujuan utama dari instrumen tersebut adalah untuk menangkap asal muasal FRB yang masih merupakan misteri.
Selain berhasil menangkap 20 FRB baru pada tahun lalu, peneliti ASKAP juga berhasil mengestimasi seberapa jauh masing-masing sinyal melakukan perjalanan melintasi alam semesta.
Hal ini dilakukan dengan mempelajari bentuk gelombang sinyal yang sampai ke Bumi. Jadi ketika sinyal FRB melintas alam semesta, mereka akan melewati debu-debu dan juga gas yang bisa membuat gelombang sinyal itu melambat atau meregang.
"Gelombang kemudian mencapai Bumi dengan panjang gelombang yang berbeda yang kemudian ditangkap teleskop pada waktu yang agak sedikit berbeda," kata Jean-Pierre Macquart, ahli senior ICRAR.
ADVERTISEMENT
"Waktu kedatangan dari tiap gelombang yang berbeda memberi tahu kita seberapa banyak material yang gelombang lewati dalam perjalanannya," tambahnya.
Banyak hal belum terungkap di semesta. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Banyak hal belum terungkap di semesta. (Foto: Thinkstock)
Semakin lebar penyebaran gelombang dalam sinyal, maka semakin besar kemungkinan bahwa gelombang tersebut telah melewati jarak yang sangat jauh, bahkan diduga bisa mencapai beberapa miliar tahun cahaya sebelum sampai ke Bumi.
Macquart menjelaskan, mempelajari FRB bisa membantu para astronom memahami material apa saja yang ada di galaksi berbeda.
"FRB bisa dijadikan semacam mercusuar kosmik," ujar Macquart. "Mereka bisa menemukan suatu zat, di mana zat itu berada di alam semesta, dan menemukan seberapa banyak zat itu menghilang," katanya.
Namun demikian masih diperlukan riset lebih lanjut atas FRB sebelum kita bisa memanfaatkannya.
ADVERTISEMENT